![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Catat 6.050 Kasus DBD di Awal Tahun 2025, Kemenkes Waspadai Lonjakan Dengue saat Musim Hujan](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/15/tribunnews/catat-6-050-kasus-dbd-di-awal-tahun-2025-kemenkes-waspadai-lonjakan-dengue-saat-musim-hujan-1287469.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Catat 6.050 Kasus DBD di Awal Tahun 2025, Kemenkes Waspadai Lonjakan Dengue saat Musim Hujan
Adapun kasus dengue dilaporkan dari 235 kabupaten/kota di 23 provinsi. Keterangan tersebut disampaikan Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr. Ina Agustina Isturini.
Dengue adalah ancaman nyata bagi masyarakat Indonesia. Kasusnya selalu ada sepanjang tahun dan cenderung meningkat di musim hujan.
“Pemerintah berupaya mengendalikan penyakit dengue melalui berbagai program, seperti pengendalian vektor, Gerakan 3M Plus, dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, yang diperkuat dengan edukasi berkelanjutan. Pemerintah juga menekankan sinergi lintas sektor. Salah satu melalui kegiatan Langkah Bersama Cegah DBD bersama dengan Takeda, yang membantu memperluas jangkauan edukasi dan pencegahan,” kata dia saat ditemui di Central Park, Jakarta, Sabtu (15/2/2025).
Menurut dr. Ina, dengue tidak bisa dilawan hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Pemerintah telah mengadopsi strategi berbasis inovasi, termasuk implementasi nyamuk Wolbachia, dan vaksinasi sebagai langkah perlindungan tambahan.
Masyarakat harus aktif berperan dengan menerapkan 3M Plus (menguras-menutup-mendaur ulang-plus berbagai upaya mencegah gigitan nyamuk).
Meningkat saat Musim Hujan
Spesialis Penyakit Anak dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi menyoroti potensi kenaikan kasus dengue di Indonesia terutama dalam musim hujan.
Di musim hujan harus semakin waspada terhadap dengue.
Dengue pada anak sering kali diawali dengan demam tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, munculnya bintik merah di kulit, muntah, serta sakit perut yang terus-menerus.
Jika terlambat ditangani, anak bisa mengalami syok dengue, yang ditandai dengan tangan dan kaki dingin, napas cepat, hingga penurunan kesadaran—dan kondisi ini bisa berakibat fatal.
“Hingga saat ini, belum ada obat spesifik untuk menyembuhkan dengue. Pencegahan menjadi kunci utama, salah satunya bisa melalui vaksinasi,” ungkap dr Tiwi.
Ditambahkan Spesialis Penyakit Dalam dr Suzy Maria, Sp.PD, K-AI, orang dewasa lebih berisiko mengalami infeksi parah, terutama mereka yang memiliki komorbid seperti diabetes, hipertensi, gangguan imun, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
“Pada kelompok ini, dengue dapat berkembang lebih cepat menjadi dengue berat, yang berisiko menyebabkan kegagalan organ. Seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali, dan infeksi yang berikutnya berisiko lebih parah seperti perdarahan hebat atau syok dengue,” kata dr Suzy.
Langkah Bersama Cegah DBD pertama kali diluncurkan pada 5 November 2023 di Jakarta dengan melibatkan lebih dari 5.000 partisipasi masyarakat, dan berhasil mencatatkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai kegiatan edukasi publik dengan komitmen terbanyak, yaitu 2.500 tanda tangan dari masyarakat. Selain itu, kegiatan serupa juga pernah diselenggarakan di Kota Bandung, Jawa Barat, Surabaya, Jawa Timur, serta di Kota Medan.
Tag: #catat #6050 #kasus #awal #tahun #2025 #kemenkes #waspadai #lonjakan #dengue #saat #musim #hujan