Orang yang Melakukan Perbuatan Baik Demi Popularitas di Media Sosial Biasanya Punya 6 Ciri Kepribadian Ini
Ilustrasi orang yang sedang memainkan sosial media. (Freepik)
10:32
20 November 2024

Orang yang Melakukan Perbuatan Baik Demi Popularitas di Media Sosial Biasanya Punya 6 Ciri Kepribadian Ini

 

 

Maraknya aktivitas di media sosial yang menjadikan amal atau perbuatan baik sebagai konten memiliki persepsi ganda.   Tentunya, tidak semua perbuatan baik yang dibagikan di media sosial bersifat dangkal atau egois.    Banyak orang yang membagikan aksi amal di media sosial dengan tujuan untuk menginspirasi orang lain atau menyebarkan energi positif.

Pada dasarnya, kegiatan amal yang baik atau buruk hanya bisa dilihat dari perbedaan yang terletak terletak pada niat. 

Meski niat dari setiap perbuatan sejatinya tidak ada yang tahu, namun jika tujuan utama adalah untuk membantu dan menciptakan dampak nyata, maka postingan tersebut adalah cara yang sah untuk mengedukasi atau memotivasi.

Sebaliknya, jika fokusnya hanya pada citra diri, maka kebaikan tersebut kehilangan esensinya.

Ya, perbuatan baik biasanya dilakukan dengan niat tulus untuk membantu orang lain atau menciptakan dampak positif di sekitar.    Namun apabila hal tersebut dilakukan hanya untuk konten atau mencari popularitas, hal tersebut bisa dilihat dari 6 ciri berikut ini.  

  Menurut psikologi orang yang melakukan perbuatan baik demi popularitas seringkali memiliki enam ciri kepribadian ini, sebagaimana dikutip dari Geediting.com.

1. Mereka Mencari Perhatian

Salah satu ciri paling mencolok dari individu yang berbuat baik demi popularitas adalah kebutuhan untuk selalu menjadi pusat perhatian. Mereka ingin dipandang sebagai sosok yang inspiratif, peduli, dan berpengaruh.

Namun, alih-alih fokus pada dampak dari perbuatan baik mereka, perhatian utama justru terletak pada bagaimana mereka terlihat di mata orang lain.

Contohnya, mereka tidak akan melewatkan kesempatan untuk merekam setiap momen aksi kebaikan mereka, memastikan semuanya terlihat sempurna untuk diunggah ke media sosial.

2. Mereka Membutuhkan Validasi Konstan

Validasi dari orang lain sering menjadi "bahan bakar" bagi orang-orang ini. Setiap like, komentar, dan pujian memberikan rasa puas yang mendalam.

Mereka merasa dihargai ketika orang lain memuji aksi mereka, bahkan jika aksi tersebut dilakukan lebih untuk menunjukkan kebaikan mereka daripada membantu sesungguhnya.

Misalnya, seseorang yang membagikan momen menyumbang ke panti asuhan mungkin lebih tertarik pada ucapan “kamu hebat” daripada kebahagiaan anak-anak yang mereka bantu.

3. Mereka Cenderung Dangkal

Orang yang berbuat baik demi popularitas sering kali memiliki motivasi yang dangkal.

Mereka tidak benar-benar peduli dengan dampak jangka panjang dari aksi mereka, selama aksi tersebut menghasilkan pujian atau peningkatan citra di media sosial.

Sebagai contoh, mereka mungkin membagikan video donasi besar-besaran tanpa memastikan apakah bantuan tersebut benar-benar diterima oleh pihak yang membutuhkan.

Bagi mereka, hasil konkret tidak sepenting pengakuan yang didapat dari unggahan.

4. Mereka Memiliki Daya Saing Tinggi

Persaingan di media sosial tidak hanya terjadi dalam hal fashion, pencapaian, atau gaya hidup.

Bahkan dalam perbuatan baik pun, beberapa orang bersaing untuk menjadi yang paling "terlihat peduli."

Orang dengan ciri ini sering merasa perlu membuktikan bahwa mereka lebih baik daripada orang lain dalam hal membantu sesama.

Mereka mungkin mencoba menyumbang lebih banyak, melakukan aksi yang lebih mencolok, atau mencari cara agar konten mereka menjadi viral. Tujuan akhirnya? Menonjol di antara keramaian.

5. Mereka Kurang Memiliki Empati

Meski terlihat peduli, orang-orang ini sering kali kurang memiliki empati sejati terhadap orang yang mereka bantu.

Fokus mereka adalah pada bagaimana aksi tersebut terlihat di mata audiens, bukan pada perasaan atau kebutuhan penerima bantuan.

Misalnya, mereka mungkin memaksa seseorang yang membutuhkan untuk direkam demi mendapatkan "momen emosional," tanpa mempertimbangkan perasaan orang tersebut.

Akibatnya, bantuan yang diberikan terasa tidak tulus dan lebih seperti eksploitasi.

6. Mereka Cenderung Egois

Di balik tindakan mereka yang tampak mulia, ada sifat egois yang mendominasi. Perbuatan baik dilakukan bukan semata-mata untuk membantu, tetapi untuk keuntungan pribadi, seperti meningkatkan jumlah pengikut, membangun citra diri, atau mendapatkan peluang bisnis.

Bagi mereka, kebaikan adalah alat untuk mencapai tujuan lain. Ini terlihat jelas ketika aksi sosial mereka selalu dikaitkan dengan promosi diri atau bahkan sponsor.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #orang #yang #melakukan #perbuatan #baik #demi #popularitas #media #sosial #biasanya #punya #ciri #kepribadian

KOMENTAR