Menjunjung Privasi: Inilah 7 Ciri Orang yang Tidak Pernah Posting di Media Sosial, Menurut Psikologi
Ilustrasi orang yang tidak pernah posting di media sosial. (Freepik)
15:16
12 November 2024

Menjunjung Privasi: Inilah 7 Ciri Orang yang Tidak Pernah Posting di Media Sosial, Menurut Psikologi

 

Di era digital saat ini, kebanyakan orang berlomba-lomba membagikan momen kehidupannya di media sosial.

Namun, ada pula sebagian orang yang memilih jalan sebaliknya: mereka nyaris atau sama sekali tidak pernah memposting apapun di media sosial.

Fenomena ini bisa memicu berbagai pertanyaan, terutama terkait alasan di balik keputusan tersebut, di tengah maraknya penggunaan media sosial.

Dari perspektif psikologi, ternyata ada berbagai alasan yang mendasari orang yang memilih untuk tenang dan menjaga kehidupannya tetap privat.

Dikutip dari laman Geediting, orang-orang yang memilih untuk tidak aktif di media sosial bukan berarti seseorang tidak ingin terhubung dengan dunia luar, justru sebaliknya, mereka lebih memilih cara yang berbeda untuk menjalani hidup.

Bagi mereka, hidup yang otentik, tenang, dan berkualitas jauh lebih berharga dibandingkan mengejar popularitas di media sosial.

Selain itu, menjaga keseimbangan hidup, membangun hubungan yang mendalam, serta menghargai keaslian diri adalah prioritas utama bagi mereka.

Ini adalah bentuk kebahagiaan sejati yang, meskipun tidak terlihat di permukaan, memberikan kepuasan batin yang mendalam.

Selain alasan-alasan tersebut, inilah tujuh ciri orang yang lebih memilih untuk menjunjung tinggi privasi dan jarang terlihat di media sosial.

1. Memahami Nilai Kesendirian

Orang yang jarang memposting di media sosial umumnya sangat memahami dan menghargai makna kesendirian.

Bagi mereka, waktu pribadi adalah momen untuk merefleksikan diri, mengeksplorasi minat, atau sekadar menikmati momen tanpa distraksi.

Kesendirian menjadi waktu berharga yang mereka manfaatkan untuk menenangkan pikiran dan menemukan kedamaian.

Penelitian menunjukkan bahwa kesendirian dapat meningkatkan kualitas kesehatan mental, membantu individu memahami diri lebih dalam, serta mengasah kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih kuat.

Tidak merasa perlu untuk memamerkan kehidupan di dunia maya, mereka cenderung fokus pada dunia nyata.

Menghindari hiruk-pikuk media sosial adalah pilihan mereka untuk menjaga keseimbangan mental dan fisik, serta menolak tuntutan untuk selalu terlihat.

2. Lebih Fokus pada Pengalaman Hidup Nyata

Salah satu alasan kuat mengapa seseorang memilih untuk tidak aktif di media sosial adalah keinginan untuk menikmati hidup secara langsung.

Mereka sadar bahwa terlalu banyak waktu di dunia digital dapat mengurangi keindahan momen-momen nyata.

Alih-alih sibuk membagikan cerita atau foto di platform digital, mereka lebih memilih untuk benar-benar hadir dalam setiap momen.

Pengalaman hidup nyata dirasakan dengan lebih mendalam ketika tidak terganggu oleh kamera atau layar ponsel.

Mereka merasa bahwa kesenangan sejati bisa didapatkan melalui koneksi langsung dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar.

Pilihan ini membuat mereka bisa merasakan kebahagiaan dan kepuasan tanpa tekanan dari ekspektasi publik.

3. Tingkat Kecemasan yang Lebih Rendah

Menariknya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang aktif di media sosial cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah.

Media sosial dapat memberikan tekanan besar, terutama terkait dengan citra diri dan persepsi terhadap kehidupan orang lain.

FOMO (Fear of Missing Out) dan keinginan untuk “selalu terlibat” bisa meningkatkan kecemasan dan stres.

Orang yang menjauh dari media sosial merasa lebih tenang karena tidak terbebani dengan ekspektasi yang ditetapkan oleh standar online.

Mereka mampu menjaga perasaan positif terhadap diri sendiri, tanpa harus terpengaruh oleh penampilan orang lain di media sosial.

Ini membantu mereka memiliki mental yang lebih stabil dan suasana hati yang lebih baik.

4. Keaslian adalah Kuncinya

Orang yang memilih untuk tidak terlibat dalam dunia maya memiliki orientasi kuat terhadap keaslian.

Mereka tidak tertarik untuk menciptakan citra atau 'persona' tertentu di depan publik.

Bagi mereka, kejujuran dan keaslian adalah dua hal yang sangat penting, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam berinteraksi dengan orang lain.

Mereka merasa tidak perlu menunjukkan sisi terbaik atau momen tertentu agar terlihat sempurna di mata orang lain.

Sikap ini mencerminkan rasa percaya diri yang tinggi dan kemampuan untuk menerima diri apa adanya.

Dengan demikian, mereka lebih fokus pada upaya untuk mengembangkan kepribadian dan karakter yang otentik daripada mengikuti tren atau standar dari media sosial.

5. Menghargai Hubungan yang Mendalam

Seseorang yang tidak aktif di media sosial sering kali lebih menghargai hubungan interpersonal yang dalam dan bermakna.

Mereka lebih memilih untuk menjalin ikatan yang kuat secara langsung daripada membangun koneksi melalui layar.

Hubungan yang terjalin lebih akrab, dan komunikasi yang dilakukan terasa lebih tulus dan intens.

Psikologi menyebutkan bahwa interaksi tatap muka cenderung menghasilkan ikatan yang lebih dalam dibandingkan interaksi online.

Dengan membatasi penggunaan media sosial, mereka bisa menikmati percakapan yang lebih intim, memperkuat hubungan dengan teman dan keluarga tanpa gangguan dari hal-hal eksternal yang tidak perlu.

6. Menghormati Privasi

Bagi orang yang jarang menggunakan media sosial, privasi adalah hal yang berharga.

Mereka sangat selektif dalam memberikan informasi tentang kehidupan pribadi.

Pemikiran ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa mereka yang cenderung menjaga privasi memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dalam hidup.

Kehidupan pribadi menjadi sesuatu yang hanya diketahui oleh orang-orang terdekat.

Hal ini bukan berarti mereka antisosial, namun mereka lebih suka membatasi akses terhadap informasi yang sifatnya sangat personal.

Pilihan ini juga membuat mereka merasa lebih aman dan terlindungi dari potensi bahaya dunia digital, seperti pencurian identitas atau kebocoran informasi pribadi.

7. Hidup Penuh Kesadaran

Orang yang tidak terpaku pada media sosial cenderung menjalani hidup dengan penuh kesadaran (mindfulness).

Mereka lebih mampu fokus pada momen saat ini tanpa terganggu oleh notifikasi atau dorongan untuk membagikan momen di media sosial. Kondisi ini membuat mereka lebih terhubung dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Hidup dengan penuh kesadaran membuat mereka bisa merasakan kebahagiaan dari hal-hal kecil.

Mulai dari menikmati secangkir kopi di pagi hari hingga menghargai momen bersama keluarga, semuanya terasa lebih bermakna.

Mindfulness ini membuat hidup mereka lebih damai, dan kemampuan untuk fokus pada momen saat ini membantu mereka mencapai kebahagiaan yang lebih mendalam.

***

 

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #menjunjung #privasi #inilah #ciri #orang #yang #tidak #pernah #posting #media #sosial #menurut #psikologi

KOMENTAR