7 Ciri Orang yang Sering Menguntit Mantan dari Pasangannya Saat Ini di Media Sosial, Menurut Psikologi
- Di era media sosial saat ini, sudah lumrah bagi orang untuk terus memantau mantan dari pasangannya atau orang-orang di masa lalu pasangannya.
Meski rasa ingin tahu mungkin tampak tidak berbahaya, penguntitan yang terus-menerus dapat mengungkap ketidakamanan yang lebih dalam dan masalah yang belum terselesaikan.
Mengenali ciri-ciri yang mendorong perilaku ini dapat menjelaskan kompleksitas emosional yang berperan.
Mulai dari kurangnya kepercayaan hingga keinginan yang tidak sehat untuk terhubung, sifat-sifat ini tidak hanya memengaruhi individu tetapi juga dapat membebani hubungan saat ini.
Dilansir dari geediting.com, Rabu (30/10), berikut 7 ciri orang yang diam-diam menguntit mantan pasangannya di media sosial menurut psikologi.
1. Didorong oleh rasa ingin tahu
Kita semua memiliki kerinduan alami untuk mengetahui lebih banyak tentang hal yang tidak kita ketahui, dan ini khususnya berlaku ketika menyangkut masa lalu pasangan kita.
Ini adalah sifat yang mungkin tampak tidak berbahaya pada pandangan pertama, tetapi jika dibiarkan, dapat menimbulkan obsesi yang tidak sehat.
Misalnya, jika pasangan Anda sering mengunjungi profil media sosial mantannya, mereka mungkin berpendapat bahwa itu hanya karena rasa ingin tahu semata.
Namun, penting untuk dipahami bahwa perilaku ini melampaui rasa ingin tahu yang normal ketika menjadi kebiasaan sehari-hari atau memengaruhi kesehatan emosional hubungan Anda.
Ini bukan tentang meredam rasa ingin tahu, tetapi tentang mengenali kapan sifat ini digunakan sebagai kedok untuk perilaku obsesif.
Ingatlah bahwa menguntit mantan pasangan secara teratur di media sosial menunjukkan kurangnya penyelesaian emosional dan rasa hormat terhadap batasan hubungan saat ini.
2. Tingkat empati yang tinggi
Percaya atau tidak, seseorang yang sering menguntit mantan pasangannya di media sosial mungkin sebenarnya memiliki tingkat empati yang tinggi.
Di permukaan, ini mungkin tampak seperti sifat positif, tetapi dalam konteks ini, ini dapat memicu obsesi yang tidak sehat.
Katakanlah pasangan Anda sering kali tersesat di dunia daring mantannya. Mereka mungkin membenarkannya dengan mengatakan bahwa mereka hanya mencoba memahami perasaan atau pengalaman mantannya dengan lebih baik.
Mereka bahkan mungkin mengungkapkan keprihatinan atau kesedihan atas perjuangan atau kemunduran mantannya, meskipun sudah bertahun-tahun sejak mereka putus.
Namun, meningkatnya empati ini dapat mengaburkan batas antara kepedulian dan obsesi.
Hal itu dapat membuat pasangan Anda melupakan batasan yang seharusnya ada antara mereka dan mantannya, yang menyebabkan keterikatan emosional yang dapat membuat hubungan Anda saat ini menjadi tegang.
3. Takut ditinggalkan
Orang-orang yang secara rutin memeriksa mantan pasangannya di media sosial mungkin memendam rasa takut ditinggalkan atau digantikan.
Ketakutan ini dapat memicu kebutuhan kompulsif untuk membandingkan diri dengan mantan, dalam upaya meyakinkan diri bahwa mereka cukup baik.
Misalnya, pasangan Anda mungkin secara obsesif mengamati unggahan mantannya untuk mencari tanda-tanda bahwa mereka mungkin lebih bahagia atau lebih baik tanpanya.
Atau, mereka mungkin fokus pada kelemahan atau kegagalan mantan sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka sendiri.
Akan tetapi, perilaku ini sering kali merupakan gejala rendahnya kepercayaan diri dan rasa tidak aman, bukannya mencerminkan realitas situasi.
Ketakutan ditinggalkan dapat menciptakan siklus kegelisahan dan keterpaksaan yang sulit dilepaskan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa ketakutan ini dapat berasal dari pengalaman masa kecil atau hubungan masa lalu di mana individu merasa diabaikan atau ditinggalkan.
Penting untuk mengatasi ketakutan ini secara langsung, karena jika tidak ditangani, ketakutan ini dapat mengarah pada perilaku tidak sehat dan merusak hubungan saat ini.
4. Mencari validasi
Inti dari semuanya, menguntit mantan pasangan secara diam-diam di media sosial bisa jadi merupakan pencarian putus asa untuk mendapatkan validasi. Mungkin tampak membingungkan, tetapi itu hanyalah cara lain yang dilakukan orang untuk meyakinkan diri sendiri.
Jika pasangan Anda sering memeriksa profil media sosial mantannya , mereka mungkin mencari tanda-tanda yang memvalidasi bahwa mereka adalah pilihan yang lebih baik.
Mereka mungkin mencari kepastian bahwa mereka lebih dicintai, dihargai, atau bernilai dibandingkan dengan mantan.
Namun, siklus mencari validasi eksternal ini dapat menguras tenaga dan tidak benar-benar menyelesaikan masalah ketidakamanan atau harga diri yang mendasarinya.
Validasi yang sebenarnya datang dari dalam, dan tidak ada perbandingan dengan mantan yang dapat memberikannya.
5. Keinginan untuk terhubung
Kita semua mendambakan hubungan yang dalam dan bermakna, itu bagian dari menjadi manusia. Terkadang, keinginan ini dapat membuat orang-orang mempertahankan hubungan masa lalu, meskipun hanya melalui media sosial.
Misalnya, pasangan Anda mendapati dirinya memeriksa profil mantannya lebih sering daripada yang mereka akui.
Mereka mungkin berpendapat bahwa hal itu membantu mereka tetap terhubung dengan masa lalu atau teman bersama.
Hubungan ini mungkin tampak tidak berbahaya di permukaan, tetapi dapat membuat mereka tetap terikat secara emosional dengan hubungan yang telah berakhir. Namun kenyataannya, kita semua pernah mengalaminya dengan satu atau lain cara.
Mungkin bukan dengan media sosial mantan, tetapi dengan menyimpan surat-surat atau hadiah-hadiah lama, atau mengenang kenangan-kenangan masa lalu. Merupakan perjuangan yang umum untuk melepaskan dan melangkah maju.
Namun, meski hubungan masa lalu menjadi bagian dari cerita kita, hal itu tidak seharusnya menghalangi kita untuk sepenuhnya menjalani masa kini atau masa depan.
Daripada berpegang pada hubungan masa lalu, jauh lebih sehat untuk berinvestasi secara emosional di masa kini.
6. Kurangnya kepercayaan
Mari kita hadapi kenyataan, menguntit mantan pasangan Anda tanpa henti di media sosial merupakan tanda yang jelas dan terang tentang satu hal, kurangnya kepercayaan.
Tidak peduli bagaimana hal itu dibenarkan atau diremehkan, perilaku ini adalah tanda bahaya yang mencolok dalam hubungan apa pun.
Misalnya, jika pasangan Anda terus-menerus memeriksa postingan dan story mantannya, mereka mungkin berkata bahwa mereka hanya mengawasi situasi yang berpotensi mengancam.
Namun mari kita sebut sekop sebagai sekop, ini bukan tentang perlindungan, ini tentang kecurigaan.
Kepercayaan adalah tulang punggung hubungan apa pun. Tanpa kepercayaan, Anda akan dilanda kecemasan, kebencian, dan banyak sekali drama yang tidak perlu.
Jika pasangan Anda tidak bisa memercayai bahwa mantannya benar-benar ada di masa lalu, bagaimana Anda bisa memercayai mereka untuk hadir sepenuhnya dalam hubungan Anda?
Sekarang saatnya untuk berbicara jujur tentang kepercayaan. Jika kita ingin hubungan kita berkembang, kita perlu melepaskan masa lalu dan berfokus pada membangun fondasi kepercayaan dan rasa hormat yang kuat di masa sekarang.
7. Kurangnya kesadaran diri
Terakhir, kurangnya kesadaran diri memainkan peran penting dalam mengapa sebagian orang mendapati diri mereka secara kompulsif menelusuri profil media sosial mantan pasangannya.
Ketika seseorang kurang memiliki kesadaran diri, mereka sering kali tidak mengenali rasa tidak aman atau ketakutan yang mendorong perilaku ini.
Alih-alih memahami bahwa tindakan tersebut berasal dari perasaan yang belum terselesaikan, seperti kecemburuan, keraguan terhadap diri sendiri, atau kebutuhan untuk validasi, mereka berfokus ke luar, mencari kepastian atau rasa kendali.
Hal ini dapat menciptakan lingkaran umpan balik di mana mereka terpaku membandingkan diri dengan mantan, tanpa menyadari bahwa emosi terpendam merekalah yang memicu keingintahuan ini.
Langkah paling penting menuju perubahan adalah mengenali dan menerima perasaan-perasaan ini daripada menekannya.
Ini tentang mengakui masalah dan mengambil langkah-langkah untuk membangun kebiasaan dan mekanisme penanggulangan yang lebih sehat.
Tag: #ciri #orang #yang #sering #menguntit #mantan #dari #pasangannya #saat #media #sosial #menurut #psikologi