Dari Krisis Usia Petani ke Peluang Baru bagi Anak Muda Indonesia
- FAO dan Kemenpora menjalankan operasi regenerasi petani dengan menyasar pemuda sebagai agripreneur masa depan.
- Program Petani Keren membekali anak muda dengan modul pertanian modern, teknologi, pasar, dan kewirausahaan.
- Kolaborasi lintas sektor dan koperasi dinilai krusial untuk keberlanjutan regenerasi petani nasional.
Krisis usia petani mendorong Kemenpora dan FAO menjalankan operasi regenerasi petani nasional. Program Petani Keren menjadi strategi utama untuk menarik anak muda masuk ke sektor pertanian modern.
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia bersama Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menggelar Farmers’ Regeneration Summit di Jakarta.
Kegiatan ini menjadi puncak pelaksanaan program Petani Keren yang menyasar generasi muda.
Forum ini dirancang untuk memperkuat peran pemuda dalam sistem pertanian berbasis inovasi dan kewirausahaan. Pendekatan ini ditujukan untuk menjawab ketimpangan usia petani di Indonesia.
Terminal Workshop Regenerasi Petani dibuka dengan potong buah bersama pemangku kepentingan dan komunitas cost player. Momentum ini menandai peluncuran modul pembelajaran Petani Keren.
Modul tersebut berbasis usia dan mencakup pemetaan keanekaragaman hayati lokal serta permintaan pasar.
Materi juga membahas pertanian ramah lingkungan, teknologi pertanian, dan pengolahan hasil bernilai tambah.
Sebanyak 100 anak muda berusia 17–35 tahun dari berbagai daerah telah mengikuti pelatihan ini. Sebagian peserta mulai berkembang menjadi agripreneur dan membangun usaha pertanian mandiri.
FAO juga meluncurkan modul adaptasi Youth and United Nations Global Alliance (YUNGA) untuk anak usia 7–17 tahun. Modul ini disesuaikan dengan konteks Indonesia bersama World Food Forum Indonesia.
Dalam acara tersebut, FAO menyerahkan policy brief kepada Kemenpora RI sebagai bahan kebijakan.
Data BPS 2023 menunjukkan hampir 80 persen petani Indonesia berusia di atas 40 tahun, sementara setengah pengangguran berasal dari usia 15–29 tahun.
Policy brief menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk membuka akses pemuda terhadap lahan, modal, dan teknologi. Penguatan koperasi serta kelembagaan ekonomi juga dinilai krusial.
“Regenerasi petani adalah isu lintas generasi dan lintas sektor. Kementerian Pemuda dan Olahraga percaya bahwa keterlibatan anak muda dalam sektor pertanian, peternakan, dan perikanan harus didorong melalui pendekatan kewirausahaan dan kepemimpinan yang inovatif," Asisten Deputi Pengembangan Kepemudaan Global Kemenpora RI, Esa Sukmawijaya.
" Hal ini sejalan dengan agenda pembangunan nasional dan upaya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi inklusif,” ujarnya.
Selain modul pembelajaran, program Petani Keren mengembangkan model pertanian cerdas, semi-intensif, dan permakultur. Model ini diterapkan di Jakarta dan Lampung sebagai ruang belajar langsung.
Pendekatan lapangan ini memungkinkan anak muda memahami pertanian modern secara praktis dan kontekstual. Peserta diajak melihat pertanian sebagai peluang usaha berkelanjutan.
“Kami berharap dapat mempromosikan lebih banyak peluang kerja bagi generasi muda di sektor pertanian. Program Petani Keren telah mengubah persepsi peserta tentang citra petani tradisional, memungkinkan mereka untuk membayangkan diri mereka sebagai pengusaha dinamis dalam sektor pertanian modern," ujar Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal.
"Kami berharap upaya ini akan menjangkau lebih banyak anak muda di seluruh negeri dan kami akan memastikan modul pembelajaran yang telah dikembangkan dapat diakses oleh semua orang,” sambungnya.
Farmers’ Regeneration Summit diselenggarakan dengan dukungan Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI) dan Perkumpulan Warga Muda. Forum ini menjadi ruang dialog kebijakan dan kolaborasi lintas sektor.
Kegiatan ini melibatkan komunitas hobi, pemuda dari Indonesia Timur, serta kelompok difabel. Pendekatan tersebut memastikan regenerasi petani berlangsung inklusif.
Direktur Eksekutif Perkumpulan Warga Muda, I Putu Arya Aditia, menekankan pentingnya memperluas ruang diskusi regenerasi petani. Isu ini dinilai harus hadir di ruang sosial anak muda.
“Regenerasi petani tidak cukup dibahas di ruang kebijakan formal. Isu ini perlu hadir di komunitas hobi, ruang kreatif, kelompok seniman serta kelompok yang selama ini jarang dilibatkan, termasuk pemuda dari Indonesia Timur dan difabel, agar pertanian dipahami sebagai isu bersama dan relevan dengan kehidupan dan tren kebudayaan pop hari ini,” ujarnya.
Direktur ICCI, Firdaus Putra, menegaskan peran koperasi dalam keberlanjutan regenerasi petani. Menurutnya, kelembagaan ekonomi dinilai memperkuat posisi tawar anak muda.
“Regenerasi petani membutuhkan ekosistem pendukung yang kuat. Koperasi dan kelembagaan ekonomi menjadi instrumen penting untuk memperluas akses anak muda terhadap pembiayaan, pasar, dan penguatan posisi tawar dalam sistem agripangan,” jelasnya.
Dari sisi lintas kementerian, Agust Jovan Latuconsina menilai regenerasi petani sebagai agenda pembangunan jangka panjang. Isu ini berkaitan dengan infrastruktur dan konektivitas wilayah.
“Regenerasi petani harus dipandang sebagai bagian dari pembangunan jangka panjang, termasuk keterkaitannya dengan infrastruktur, wilayah, dan konektivitas ekonomi. Kolaborasi lintas kementerian dan lembaga menjadi kunci agar inisiatif seperti ini dapat berdampak dan berkelanjutan,” ujarnya.
Inisiatif Petani Keren dimulai pada 2024 melalui skema Technical Cooperation Programme FAO. Program ini didukung pemerintah, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.
Gagasan Petani Keren pertama kali disampaikan delegasi Indonesia di World Food Forum 2023 di Roma. Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari Direktur Jenderal FAO, QU Dongyu.
Tag: #dari #krisis #usia #petani #peluang #baru #bagi #anak #muda #indonesia