Refleksi Hari Ibu: Ruang Aman bagi Ibu Menentukan Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Ibu dengan anak usia dini.(Dok. Tanoto Foundation )
18:05
22 Desember 2025

Refleksi Hari Ibu: Ruang Aman bagi Ibu Menentukan Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

- Seorang perempuan kerap diperkenalkan dengan banyak nama. Ia dipanggil dengan namanya sendiri, nama suaminya, atau nama anaknya. 

Satu tubuh, banyak panggilan. Satu jiwa, banyak peran. 

Namun, di balik ragam nama itu, tersimpan beban yang jarang dibicarakan secara jujur: tanggung jawab sebagai istri, tuntutan sebagai ibu, kewajiban sebagai anak perempuan, dan tidak jarang, peran sebagai tulang punggung ekonomi keluarga.

Di ruang publik dan media sosial, perempuan, khususnya ibu, sering disapa dengan kalimat yang terdengar menenangkan, seperti “ibu itu kuat”, “perempuan itu hebat”, atau “sabar ya, Bu, pahalanya besar”.

Sayangnya, kalimat-kalimat tersebut kerap menjadi selimut halus yang menutupi luka perempuan.

“Kalimat pujian tentang ketangguhan ibu sering kali justru menjadi cara paling sopan untuk mengabaikan penderitaan mereka,” ujar Dosen Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Beatrix Novianti Bunga dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (22/12/2025).

Beatrix menilai, ungkapan-ungkapan tersebut seolah menormalisasi beban berlapis yang harus diterima perempuan tanpa ruang untuk mengeluh.

Padahal, bagi anak usia dini, ketangguhan ibu yang lahir dari luka batin bukanlah kabar baik. Anak tidak hanya tumbuh dari gizi dan stimulasi, tetapi juga dari rasa aman emosional yang ia rasakan setiap hari.

Dalam hal ini, rasa aman sangat ditentukan oleh kondisi psikologis orang dewasa terdekatnya, terutama ibu.

Selama lebih dari sepuluh tahun mendampingi kelas-kelas pengasuhan, Beatrix menyaksikan bahwa persoalan terbesar dalam pengasuhan bukan semata kurangnya pengetahuan orangtua, melainkan ketiadaan ruang aman bagi ibu.

Ruang-ruang itu sering kali sederhana, seperti beralas tikar, kursi plastik, segelas air mineral. Namun, justru di sanalah kejujuran menemukan tempatnya.

“Ibu-ibu bercerita tentang tekanan ekonomi, relasi yang memburuk dengan pasangan, kelelahan yang menumpuk, hingga rasa bersalah karena merasa gagal menjadi ‘ibu ideal’,” kata Beatrix.

Anggota Early Childhood Education and Development (ECED) Council itu menyebut, sebagian ibu tertawa sambil menahan air mata, sementara yang lain menangis karena untuk pertama kalinya merasa didengarkan tanpa dihakimi.

Pengalaman tersebut menunjukkan satu hal penting: ibu juga membutuhkan ruang aman untuk memulihkan diri secara emosional.

Tanpa ruang aman itu, luka akan menumpuk dan berdampak pada cara ibu merespons anak.

Kekerasan yang tak terlihat dan dampaknya

Tekanan terhadap ibu semakin berat ketika kekerasan terhadap perempuan terutama kekerasan psikis dan verbal masih tinggi.

Data Komisi Nasional (Komnas) Perempuan mencatat ratusan ribu kasus kekerasan terhadap perempuan setiap tahun. Kekerasan psikis sering kali luput dari perhatian karena tidak meninggalkan bekas fisik.

“Kalimat seperti ‘kamu istri macam apa?’ atau ‘diam saja, jangan banyak komentar’ sering dianggap konflik biasa,” ujar Beatrix.

Padahal, menurut dia, ungkapan semacam itu merupakan bentuk kekerasan psikis yang perlahan merusak harga diri dan rasa aman perempuan.

Ketika ibu hidup dalam ketakutan, rasa tidak berharga, atau kelelahan emosional berkepanjangan, rumah kehilangan fungsinya sebagai ruang aman bukan hanya bagi ibu, tetapi juga bagi anak.

Luka ibu dan tumbuh kembang anak 

Usia dini merupakan periode emas sekaligus paling rentan dalam perkembangan anak. 

Pada fase tersebut, otak berkembang sangat pesat, dan kualitas relasi dengan pengasuh utama menjadi fondasi bagi perkembangan emosi, sosial, dan kognitif anak.

“Luka emosional ibu tidak berhenti pada dirinya. Luka itu mengendap, menumpuk, lalu menetes ke anak. Bukan karena ibu tidak menyayangi, tetapi karena kelelahan membuat pengasuhan menjadi tidak konsisten,” jelas Beatrix. 

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stres pengasuhan yang tinggi berkaitan dengan meningkatnya masalah perilaku dan emosi anak, seperti kecemasan, agresivitas, dan kesulitan regulasi emosi.

Anak yang tumbuh tanpa rasa aman emosional berisiko mengalami toxic stress, yaitu stres berat dan berkepanjangan tanpa dukungan orang dewasa yang aman dan responsif. Kondisi ini tersebut terbukti berdampak pada perkembangan otak dan kemampuan belajar anak dalam jangka panjang.

Ruang aman anak dimulai dari ibu

Ruang aman bagi anak usia dini selalu dimulai dari ruang aman bagi ibunya. Di sinilah peran suami dan keluarga menjadi krusial.

Pertama, menyediakan ruang aman emosional bagi ibu dengan mendengarkan tanpa menghakimi, memvalidasi perasaan, dan memberi dukungan nyata.

Kedua, berbagi tanggung jawab pengasuhan dan pekerjaan domestik secara adil. Ketiga, menghentikan segala bentuk kekerasan, baik fisik, verbal, maupun emosional.

“Anak belajar tentang cinta, empati, dan martabat manusia pertama kali dari cara orang dewasa memperlakukan ibunya,” tegas Beatrix.

Mengembalikan makna Hari Ibu

Setiap 22 Desember, Hari Ibu dirayakan dengan bunga, ucapan manis, dan unggahan foto keluarga. 

Namun, pertanyaan mendasarnya kerap terlewat: apakah para ibu benar-benar hidup dalam ruang yang aman? Apakah anak-anak usia dini yang tumbuh bersama mereka merasakan rasa aman yang nyata?

Hari Ibu seharusnya tidak berhenti pada perayaan simbolik atas ketangguhan perempuan. Momentum ini perlu dimaknai sebagai perlindungan bagi ibu sekaligus anak usia dini.

Menurut Beatrix, pemaknaan Hari Ibu dimulai dengan berhenti sekadar berkata “Ibu itu kuat”, lalu berani bertanya dan bertindak.

“‘Apa yang bisa kita lakukan agar ibu tidak harus selalu kuat sendirian, sehingga anak-anak dapat tumbuh tanpa rasa takut?’,” ujarnya.

Hari Ibu, dengan demikian, menjadi pengingat bahwa perlindungan terhadap ibu dan perlindungan terhadap anak usia dini adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Ketika ibu dilindungi, anak pun terlindungi. Dan ketika anak tumbuh dalam rasa aman, fondasi masyarakat yang lebih sehat dan berkeadilan sedang ditanamkan.

Tag:  #refleksi #hari #ruang #aman #bagi #menentukan #tumbuh #kembang #anak #usia #dini

KOMENTAR