Psikologi: Ini 7 Ciri Orang Merasa Kesepian Selama Natal Dibandingkan Momen Lain dalam Setahun Berlalu
ciri orang merasa kesepian selama natal menurut psikologi. (Freepik/ azerbaijan_stockers)
10:14
22 Desember 2025

Psikologi: Ini 7 Ciri Orang Merasa Kesepian Selama Natal Dibandingkan Momen Lain dalam Setahun Berlalu

 – Dalam kajian psikologi, momen Natal sering dikaitkan dengan meningkatnya rasa kesepian pada sebagian orang.

Natal kerap dipersepsikan sebagai waktu kebersamaan, sehingga psikologi kesepian menjadi lebih terasa dibandingkan hari lain.

Dari sudut pandang psikologi, kesepian saat Natal dapat muncul akibat tekanan sosial dan ekspektasi emosional.

Psikologi memandang Natal sebagai periode sensitif yang bisa memperkuat perasaan kesepian secara tidak disadari.

Dilansir dari geediting.com pada Senin (22/12), bahwa ada tujuh ciri orang merasa kesepian selama natal dibandingkan momen lain dalam setahun berlalu menurut psikologi.

  1. Kamu cenderung perfeksionis

Perfeksionisme membuat seseorang menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk segala aspek perayaan hari raya.

Pohon harus didekorasi dengan sempurna, hadiah harus dibungkus rapi, dan makanan harus tanpa cela.

Ketika realitas tidak memenuhi ekspektasi yang mustahil ini, perasaan gagal dan kecewa mulai muncul.

Riset menunjukkan perfeksionisme berkaitan erat dengan perasaan terisolasi dan mengorbankan hubungan sosial demi standar yang dibuat sendiri.

Yang lebih buruk, perfeksionis sering menahan diri untuk terhubung secara autentik karena terlalu sibuk mengelola kesan orang lain.

  1. Kamu seorang introvert

Introvert memerlukan waktu menyendiri untuk mengisi ulang energi setelah berinteraksi dengan orang lain dalam waktu lama.

Musim perayaan pada dasarnya adalah maraton sosial yang panjang dengan pesta, kumpul keluarga, dan acara bertubi-tubi.

Bagi introvert, ini bukan hanya melelahkan tetapi benar-benar menguras tenaga secara fisik, mental, dan emosional.

Riset menunjukkan introvert mengalami kehilangan energi saat berinteraksi sosial, terutama dalam acara yang tidak berhenti selama masa perayaan.

Paradoksnya, kamu bisa dikelilingi banyak orang di pesta namun tetap merasa sendirian karena stimulasi konstan menciptakan kelelahan.

  1. Kamu membawa kesedihan yang belum terselesaikan

Kehilangan orang terkasih membuat hari raya menjadi pengingat yang sangat menyakitkan akan ketidakhadiran mereka di momen spesial.

Kesedihan tidak mengikuti jadwal atau kalender, dan tidak akan menghilang hanya karena seharusnya ini waktu yang membahagiakan.

Riset tentang kesedihan menunjukkan hari raya membesarkan perasaan kehilangan, membuat duka semakin dalam dan isolasi terasa mencekik.

Tradisi perayaan sarat dengan kenangan, setiap lagu atau dekorasi bisa memicu gelombang kehilangan yang segar kembali.

Yang membuat ini sangat menyakitkan adalah semua orang merayakan sementara kamu berduka, menciptakan jurang antara ekspektasi dan realitas.

  1. Kamu sering membandingkan diri dengan orang lain

Media sosial penuh dengan foto keluarga yang tampak sempurna, dekorasi mewah, dan liburan eksotis di masa perayaan.

Sementara itu, kamu menghadapi realitas ketegangan keluarga, stres finansial, dan kekacauan kehidupan yang sebenarnya terjadi.

Studi menunjukkan tingkat perbandingan sosial yang tinggi berkaitan dengan depresi dan perasaan terisolasi dari lingkungan sekitar.

Ketika terus-menerus mengukur perayaanmu dengan sorotan kehidupan orang lain, kamu pasti akan merasa kurang dan tidak cukup baik.

Foto-foto sempurna itu tidak menunjukkan pertengkaran sebelum pemotretan atau stres persiapan yang terjadi di balik layar.

  1. Kamu sangat sensitif terhadap stimulasi sensorik

Beberapa orang memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap input sensorik seperti suara keras, cahaya terang, dan keramaian berlebihan.

Pusat perbelanjaan saat Natal dipenuhi musik yang menggelegar, kerumunan yang bising, dan dekorasi yang berlebihan di mana-mana.

Bagi mereka yang sensitif, lingkungan seperti ini tidak terasa meriah melainkan sangat membebani dan menguras sistem saraf.

Ketika terus-menerus merasa kewalahan, kamu secara otomatis menarik diri dari keramaian untuk melindungi diri dari kelelahan mental.

Meskipun ini melindungi sistem sarafmu, penarikan diri tersebut juga mengisolasi karena kamu tidak berpartisipasi dalam aktivitas bersama.

  1. Kamu sedang mengalami transisi besar dalam hidup

Transisi kehidupan seperti pensiun, pindah kota, perceraian, atau sarang kosong membuat perayaan terasa sangat aneh dan asing.

Riset menunjukkan hari raya bisa menjadi penanda perubahan yang menyoroti jarak antara kehidupan sekarang dan masa lalu.

Sistem dukungan lama dan rutinitas yang biasa sudah hilang, tetapi yang baru belum terbentuk dengan solid.

Kamu terjebak di ruang antara di mana belum merasa benar-benar menjadi bagian dari mana pun saat ini.

Perasaan tidak memiliki tempat ini diperbesar oleh suasana perayaan yang menekankan kebersamaan dan tradisi keluarga yang stabil.

  1. Kamu kesulitan meminta bantuan atau mengungkapkan kebutuhan

Banyak orang menyimpan perasaan sendiri dengan asumsi orang lain seharusnya sudah tahu apa yang mereka butuhkan tanpa diminta.

Mungkin kamu merasa akan menjadi beban, atau menganggap semua orang terlalu sibuk merayakan untuk peduli dengan perjuanganmu.

Riset tentang kesendirian menunjukkan keengganan mengakui perasaan terisolasi justru memperburuk situasi yang sedang dialami saat ini.

Ironisnya, diam tentang perasaanmu justru meningkatkan isolasi karena orang tidak bisa memberi dukungan tanpa tahu kamu sedang kesulitan.

Mengakui perasaan terisolasi di tengah "masa paling membahagiakan" terasa seperti mengaku gagal, sehingga kamu menderita dalam diam sendirian.

 

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #psikologi #ciri #orang #merasa #kesepian #selama #natal #dibandingkan #momen #lain #dalam #setahun #berlalu

KOMENTAR