6 Cara Menghadapi Bos yang Toxic agar Kesehatan Mental Tetap Terjaga
ilustrasi pekerja, pegawai.(Dok. Freepik/tirachardz)
10:05
17 Desember 2025

6 Cara Menghadapi Bos yang Toxic agar Kesehatan Mental Tetap Terjaga

- Banyak karyawan harus berhadapan dengan bos yang toxic, mulai dari gaya kepemimpinan penuh tekanan, komunikasi yang merendahkan, hingga perilaku manipulatif yang menguras energi emosional.

Psikoterapis Israa Nasir menegaskan, bahwa menghadapi bos toxic membutuhkan strategi yang matang. 

Tanpa langkah yang tepat, kondisi ini bisa berdampak serius pada kesehatan mental, rasa percaya diri, bahkan keputusan karier seseorang.

Cara Menghadapi Bos Toxic

Berikut 6 cara menghadapi bos yang toxic agar tetap profesional, terlindungi, dan tidak kehilangan kendali atas diri sendiri.

1. Dokumentasikan semua interaksi dengan bos yang toxic

Langkah penting saat berhadapan dengan bos yang toxic adalah mendokumentasikan segala bentuk interaksi, terutama yang berkaitan dengan janji, instruksi kerja, atau tuduhan.

Nasir menyarankan karyawan untuk mencatat percakapan penting, baik melalui email, pesan tertulis, maupun catatan pribadi. 

“Ini membantu kamu tetap berpijak pada fakta tentang apa yang sebenarnya terjadi ketika masalah muncul ke permukaan,” ujarnya, seperti dilansir dari PureWow, Selasa (16/12/2025).

Dokumentasi ini bukan untuk mencari konflik, melainkan sebagai bentuk perlindungan diri jika suatu saat terjadi kesalahpahaman atau eskalasi masalah. 

Meski begitu, Nasir juga mengingatkan agar langkah melapor ke HR dilakukan secara strategis, karena tidak semua tempat kerja berpihak pada korban bos toxic.

2. Tetapkan batasan tegas 

Menghadapi bos yang toxic tidak berarti harus menerima semua perlakuannya. Pelatih kepemimpinan Dr. Margie Warrell menekankan pentingnya menetapkan batasan yang jelas.

“Ketahui perilaku apa yang bisa dan tidak bisa kamu toleransi. Jika bos terus melampaui batas, sampaikan dengan tenang namun tegas,” imbau Warrell.

Batasan ini bisa berupa jam kerja yang wajar, cara berkomunikasi yang saling menghormati, hingga ekspektasi tugas yang realistis. 

Menyampaikan batasan dengan sikap profesional justru menunjukkan kematangan dan kejelasan posisi.

3. Fokus pada hal yang bisa dikendalikan

Salah satu kesalahan umum saat berhadapan dengan bos toxic adalah mencoba mengubah kepribadiannya. Padahal, menurut Warrell, hal itu di luar kendali kita.

“Kamu tidak bisa mengubah bosmu, tetapi kamu bisa mengelola reaksimu, menjaga profesionalisme, dan fokus pada kualitas pekerjaanmu,” jelasnya.

Nasir menambahkan bahwa dukungan profesional, seperti terapi, bisa membantu karyawan mengelola stres dan emosi akibat lingkungan kerja yang toxic. 

Fokus pada diri sendiri membantu menjaga kestabilan mental di tengah situasi yang sulit.

4. Bangun kedekatan relasi dengan rekan kerja terpercaya

Menghadapi bos toxic sendirian dapat menimbulkan rasa terisolasi. Oleh karena itu, membangun relasi dengan rekan kerja yang tepercaya menjadi langkah penting.

“Memiliki sistem dukungan sangat krusial dalam situasi seperti ini,” kata Nasir. 

Ia menyarankan agar diskusi tetap berfokus pada isu pekerjaan, bukan menyerang pribadi bos.

Contohnya, jika bos toxic sering memotong pembicaraan, rekan kerja bisa membantu dengan mengembalikan fokus, seperti meminta kamu melanjutkan pendapat. 

Warrell menambahkan, berbagi pengalaman dengan kolega atau mentor juga membantu memberi perspektif dan mengurangi beban emosional.

5. Jangan anggap serius

Menghadapi bos toxic memang melelahkan, apalagi jika komentar atau sikapnya terasa personal. 

Namun, Warrell mengingatkan, perilaku tersebut sering kali berakar pada ketidakamanan diri sang atasan.

“Hanya karena seseorang berada di posisi tinggi, bukan berarti mereka sudah matang secara emosional. Sering kali, mereka digerakkan oleh rasa tidak aman,” ujarnya.

Dengan tidak mempersonalisasi perilaku toxic, karyawan bisa menjaga harga diri dan tidak terjebak dalam narasi negatif yang dibangun oleh bosnya.

6. Prioritaskan diri sendiri

Bos yang toxic dapat menguras energi fisik dan mental. Maka dari itu, menjaga kesehatan diri di luar kantor menjadi sangat penting.

Warrell dan Nasir sepakat, karyawan perlu membangun kehidupan yang seimbang di luar pekerjaan. 

Aktivitas yang menyenangkan, hubungan sosial yang sehat, serta waktu istirahat yang cukup membantu memulihkan energi yang terkuras akibat lingkungan kerja toxic.

Menetapkan batasan waktu kerja dan memberi ruang untuk diri sendiri bukanlah bentuk kelemahan, melainkan strategi bertahan yang sehat.

Menghadapi bos yang toxic memang tidak mudah, apalagi jika posisi pekerjaan sedang dibutuhkan. 

Meskipun demikian, dengan strategi yang tepat, karyawan tetap bisa melindungi kesehatan mental dan profesionalismenya.

Jika lingkungan kerja toxic sudah terlalu berdampak pada kesejahteraan, mengevaluasi kembali pilihan karier juga menjadi langkah yang layak dipertimbangkan. 

Sebab, tidak ada pekerjaan yang sepadan dengan rusaknya kesehatan mental akibat perilaku toxic atasan.

 

Tag:  #cara #menghadapi #yang #toxic #agar #kesehatan #mental #tetap #terjaga

KOMENTAR