Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Media sosial sudah menjadi bagian dari keseharian remaja, dari mencari hiburan, mengikuti tren, hingga membangun pertemanan.
Namun, di balik manfaatnya, psikolog mengingatkan bahwa media sosial dapat memengaruhi perkembangan emosi dan identitas remaja yang masih sangat labil.
"Pengaruh paling signifikan adalah perubahan cara remaja membangun identitas diri atau bagaimana mereka mengenali dirinya," kata Psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana, dikutip dari Antara, Jumat (12/12/2025).
Vera menjelaskan bahwa remaja adalah kelompok usia yang paling sensitif terhadap penilaian sosial.
Pada masa ini, mereka sedang berada dalam fase penting mencari jati diri, menilai siapa diri mereka, serta menempatkan diri dalam kelompok sosial tertentu.
Media sosial kemudian menjadi ruang besar yang membentuk cara remaja melihat dirinya.
Dampak media sosial bagi emosi remaja
Mudah terjebak perbandingan sosial
Menurut Vera, konten media sosial dipenuhi standar pencapaian, gaya hidup, hingga estetika tertentu.
Hal itu membuat remaja sering membandingkan diri dengan orang lain, dan proses perbandingan ini terjadi berulang kali setiap kali mereka melakukan scroll.
Vera menjelaskan, bagian otak remaja yang bertugas mengendalikan impuls dan menilai risiko belum berkembang sempurna.
"Remaja jadi lebih mudah membandingkan diri, lebih sensitif terhadap penilaian sosial, dan cenderung mencari validasi dari luar," ujar Vera.
Karena itu, mereka lebih mudah terbawa emosi ketika melihat komentar negatif, unggahan teman yang tampak lebih “sempurna”, atau standar sosial yang tidak realistis.
Ilustrasi remaja dan media sosial.
Mencari validasi lewat likes dan komentar
Vera menambahkan, media sosial dapat mengubah cara remaja memaknai penerimaan sosial.
Banyak remaja merasa lebih percaya diri ketika unggahannya mendapat banyak likes atau komentar positif.
Sebaliknya, ketika responsnya rendah, mereka bisa merasa tidak disukai atau tidak cukup baik.
Kondisi ini berisiko mengganggu pembentukan identitas diri.
Alih-alih tumbuh berdasarkan nilai pribadi, remaja dapat terdorong menyesuaikan diri dengan apa yang dianggap populer atau mendapatkan validasi paling cepat di dunia maya.
Mengganggu regulasi emosi
Selain memengaruhi identitas, penggunaan media sosial yang tidak terkontrol juga dapat mengganggu kemampuan remaja dalam mengatur emosi.
Paparan konten negatif, cyberbullying, hingga tekanan sosial online dapat memicu kecemasan, FOMO, dan sulit mengendalikan perasaan.
Vera menegaskan bahwa membatasi screen time saja tidak cukup. Yang lebih penting adalah bagaimana remaja memahami emosinya selama menggunakan media sosial, serta bagaimana keluarga mendampingi mereka mengelola tekanan tersebut.
Peran pendampingan orang tua
Vera menyarankan agar orang tua tidak hanya fokus pada larangan atau pembatasan waktu.
Pendampingan aktif jauh lebih efektif dalam membantu remaja memahami nilai dirinya di luar media sosial. Beberapa langkah yang ia sarankan meliputi:
- Menguatkan konsep diri remaja, bahwa nilai diri tidak ditentukan oleh likes atau komentar.
- Mengajari literasi digital, termasuk cara kerja algoritma dan pentingnya berpikir kritis saat melihat konten.
- Mendorong aktivitas offline, seperti olahraga, hobi, atau interaksi sosial langsung.
- Membangun komunikasi dua arah, agar remaja merasa aman bercerita saat menghadapi tekanan digital.
Jika penggunaan media sosial sudah mengganggu tidur, memengaruhi sekolah, atau memicu kecemasan berat, Vera menyarankan orang tua segera berkonsultasi dengan tenaga profesional.
Media sosial tetap punya dampak positif
Media sosial tetap memiliki sisi positif, seperti membantu remaja belajar hal baru dan menemukan komunitas.
Namun, pendampingan tetap diperlukan agar remaja dapat mengenali batas sehat dalam penggunaannya.
Dengan pemahaman dan pendampingan yang tepat, media sosial dapat menjadi ruang ekspresi yang aman tanpa menghambat perkembangan emosi dan identitas remaja.
Tag: #sering #scroll #medsos #remaja #jadi #mudah #mencari #validasi #menurut #psikolog