



9 Hal yang Dilakukan Orang dengan Kecerdasan Emosional Rendah dalam Percakapan yang Langsung Membuat Orang Lain Tidak Nyaman
Ada semacam getaran tertentu yang muncul saat kamu berbicara dengan seseorang yang tampaknya tidak memahami dinamika sosial.
Percakapan terasa kaku, melelahkan, atau seperti jalan satu arah. Kamu mungkin bertanya-tanya mengapa tiba-tiba muncul dorongan untuk bersembunyi di balik selimut dengan headphone dan secangkir teh.
Kemungkinan besar, kamu sedang berhadapan dengan seseorang yang memiliki kecerdasan emosional rendah.
Meskipun tidak semua orang perlu menjadi ahli komunikasi, kesadaran emosional dasar sangat penting untuk menjaga interaksi sosial tetap sehat. Tanpa itu? Segalanya bisa terasa canggung dengan sangat cepat.
Dilansir dari VegOut, berikut sembilan perilaku dalam percakapan yang sering dilakukan orang dengan EQ rendah dan bagaimana hal itu membuat orang lain ingin segera mengakhiri pembicaraan.
1. Mendominasi Percakapan Seperti Podcast Pribadi
Orang dengan EQ rendah sering menyamakan “banyak bicara” dengan “terhubung”. Mereka melompat dari satu cerita ke cerita lain tanpa jeda, tanpa bertanya balik, atau membaca ekspresimu.
Tahu-tahu, sudah sepuluh menit berlalu dan kamu belum sempat bicara sepatah kata pun.
Mengapa ini membuat tidak nyaman? Karena kamu akan merasa seperti tidak dianggap ada. Ini bukan percakapan, melainkan pertunjukan satu arah.
Contoh nyata: Seseorang bisa mengoceh selama 20 menit tentang portofolio kripto mereka tanpa sekalipun bertanya pekerjaanmu. Ketika kamu menyebutkan bahwa kamu seorang penulis, responsnya hanya, “Oh, keren. Jadi, balik lagi soal Ethereum…”
2. Tidak Bisa Membaca Suasana Ruangan atau Ekspresimu
Orang dengan EQ rendah cenderung buta terhadap isyarat sosial. Kamu mungkin sudah bersandar menjauh, menyilangkan tangan, atau bahkan melirik jam berkali-kali, tapi mereka tetap bicara seolah kamu patung pameran.
Mengapa ini membuat tidak nyaman? Karena tanpa kemampuan membaca suasana, percakapan menjadi terasa dipaksakan dan melelahkan. Saat kamu harus pura-pura menerima telepon demi kabur, itu sudah jadi tanda besar.
3. Terlalu Cepat Membuka Diri
Baru lima menit mengobrol, dan sudah mendengar curhatan mendalam tentang mantan pacar mereka? Ini bukan keintiman melainkan pemaksaan.
Mengapa ini membuat tidak nyaman? Karena kamu jadi terjebak dalam peran terapis tanpa persetujuan. Alih-alih terasa akrab, percakapan berubah menjadi beban emosional yang terlalu cepat muncul.
4. Selalu Mengungguli Cerita Orang Lain
Kamu bilang minggu ini terasa berat di kantor, mereka langsung membalas dengan, “Itu belum seberapa. Dulu aku kerja 100 jam seminggu sambil sakit parah.” Alih-alih nyambung, percakapan jadi ajang pamer penderitaan.
Mengapa ini membuat tidak nyaman? Bukannya merasa didengar, kamu malah merasa dipinggirkan. Ini melelahkan, terutama jika semua yang kamu ucapkan langsung dipatahkan dengan cerita mereka yang "lebih dramatis".
5. Memberi Nasihat Tanpa Diminta Terus-menerus
Baru menyebut Wi-Fi sempat mati lima menit, sudah dapat kuliah tujuh langkah tentang produktivitas. Seolah-olah setiap keluhan kecil harus diselesaikan dengan solusi instan dari ahli yang tidak diminta.
Mengapa ini membuat tidak nyaman? Karena terkadang kamu hanya ingin didengarkan, bukan diselamatkan. Nasihat yang tidak diminta, apalagi tanpa pemahaman konteks, bisa terasa seperti ceramah.
Respons yang sehat secara emosional: “Itu terdengar menyebalkan. Kamu pengin curhat aja, atau sedang nyari saran?”
6. Tertawa atau Bereaksi dengan Cara yang Tidak Pantas
Pernah berbagi cerita serius, lalu malah ditanggapi dengan tawa gugup atau komentar aneh? Ini contoh klasik dari ketidaksensitifan emosional.
Mengapa ini membuat tidak nyaman? Karena rasanya seperti berbicara dengan orang yang hidup di frekuensi emosi yang berbeda. Kamu merasa terekspos, tapi tidak dihargai.
7. Takut Akan Keheningan Lalu Mengisinya dengan Kebisingan
Jeda dalam percakapan bisa jadi momen refleksi. Tapi bagi orang dengan EQ rendah, diam adalah musuh. Mereka akan buru-buru mengisinya dengan lelucon canggung, topik ngawur, atau ocehan tak berujung.
Mengapa ini membuat tidak nyaman? Karena suasana jadi ricuh, bukan tenang. Percakapan berubah menjadi gangguan suara yang mengacaukan momen kebersamaan.
8. Mengabaikan Perubahan Emosional
Nada bicaramu berubah, tubuhmu menegang, atau kamu mulai menarik diri namun mereka tetap melanjutkan pembicaraan seperti biasa. Tidak ada kepedulian, tidak ada tanya “kamu baik-baik saja?”
Mengapa ini membuat tidak nyaman: Rasanya seperti berada sendirian dalam percakapan. Kamu hadir secara emosional, tapi lawan bicaramu tidak. Seperti mencoba berdansa dengan orang yang tidak mendengar musik.
9. Tidak Punya Empati Dasar atau Kosakata Emosional
Coba bahas emosi yang kompleks seperti penyesalan, kerinduan, atau rasa bersalah yang samar lalu hadapi balasan datar seperti, “Itu aneh,” atau “Ya udah sih.”
Mereka cenderung memakai bahasa yang jauh secara emosional karena tidak tahu bagaimana harus merespons.
Mengapa ini membuat tidak nyaman? Karena kamu tidak merasa dipahami. Bahkan bisa mulai mempertanyakan dirimu sendiri, padahal sebenarnya kamu hanya butuh koneksi emosional yang lebih dalam.
EQ bukan soal menjadi sempurna dalam berkomunikasi. Ini tentang hadir secara emosional, memahami nuansa, dan peduli pada bagaimana perasaan orang lain.
Mengenali tanda-tanda EQ rendah bisa membantumu menjaga energi, menetapkan batas yang sehat, dan memilih dengan siapa kamu ingin benar-benar terhubung.
Tag: #yang #dilakukan #orang #dengan #kecerdasan #emosional #rendah #dalam #percakapan #yang #langsung #membuat #orang #lain #tidak #nyaman