Asal Usul Cupid, Sang Dewa Cinta Pembawa Panah Ikonik yang Selalu Dikaitkan dengan Perayaan Hari Valentine
– Saat kita merayakan Hari Valentine, ada satu simbol yang tak bisa lepas dari momen penuh cinta ini, yaitu Cupid. Dewa cinta pembawa panah ini selalu identik dengan perayaan yang mengedepankan kasih sayang antar sesama.
Cupid, dengan busur dan panahnya, dipercaya memiliki kekuatan untuk membuat siapa saja yang terkena panahnya jatuh cinta.
Namun, kenapa Cupid selalu dikaitkan dengan Valentine? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengungkap jejak sejarah yang panjang, yang menghubungkan mitologi, tradisi, dan literasi Eropa sejak lama.
Dilansir dari Jstor Daily, pada Rabu, (29/1), Profesor Jack B. Oruch dari Universitas Kansas dalam tulisannya menjelaskan bahwa pada abad pertengahan, penulis-penulis besar Inggris seperti Geoffrey Chaucer, John Gower, dan beberapa lainnya, adalah orang pertama yang mengaitkan Hari Valentine dengan cinta dan kesuburan.
Merekalah yang mengembangkan ide tentang perayaan Valentine sebagai hari untuk merayakan cinta.
Menurut Oruch, sejak kematian Chaucer pada tahun 1400, Valentine mulai dipahami sebagai hari yang berhubungan dengan Cupid, sang dewa cinta, yang selalu menjadi simbol para kekasih.
Seiring berjalannya waktu, Cupid pun semakin melekat dengan perayaan Valentine, sebagai juru penyampai cinta.
Berdasarkan artikel dari Times Now News, asal-usul Cupid dapat ditelusuri kembali ke tahun 700 SM, di mana ia dikenal dengan nama Eros dalam mitologi Yunani. Eros, yang berarti "keinginan," adalah anak dari dewi cinta, Aphrodite.
Dalam kisahnya, Eros digambarkan sebagai sosok muda berusia remaja, yang menggunakan kekuatan panahnya untuk menciptakan kerusuhan, menjatuhkan cinta antara para dewa dan manusia.
Namun, di sisi lain, Cupid dalam mitologi Romawi lebih dikenal sebagai anak dari Venus, dewi cinta, yang digambarkan sebagai bayi lucu dengan sayap dan panah ajaib yang menautkan hati para dewa dan manusia.
Eros, meskipun lebih dikenal sebagai seorang remaja tampan dalam mitologi Yunani, namun ia memiliki reputasi yang agak gelap.
Beberapa sejarawan bahkan menggambarkannya sebagai sosok yang penuh perhitungan dan penuh strategi, hingga memaksakan orang-orang jatuh cinta kepada pasangan yang salah.
Sementara itu, di sisi lain, Cupid lebih dikenal dengan karakternya yang ceria dan menggemaskan, meskipun tetap menyimpan sisi nakalnya yang khas.
Di balik semua ini, menurut Times Now News, ada satu kisah yang sangat terkenal mengenai Cupid, yaitu kisahnya dengan seorang gadis bernama Psyche.
Venus, sang ibu, saat itu memerintahkan Cupid untuk membuat Psyche jatuh cinta pada monster. Namun, alih-alih melakukan itu, Cupid malah jatuh cinta pada Psyche setelah panahnya secara tak sengaja menembus dirinya sendiri.
Setelah serangkaian ujian dan tantangan berhasil dilalui, Psyche akhirnya berhasil memenangkan hati Cupid, dan bersama-sama mereka mencapai status dewa cinta.
Seiring dengan berkembangnya zaman, popularitas Cupid sebagai dewa cinta terus meningkat, terutama pada abad ke-18 dan ke-19.
Dalam periode ini, Cupid semakin dikaitkan dengan perayaan Hari Valentine karena kemampuannya untuk menyatukan pasangan.
Pada awal abad ke-20, Hallmark pun mulai memproduksi kartu-kartu Valentine dengan gambar Cupid, yang semakin memperkuat ikatan antara sang dewa cinta dan hari penuh kasih ini.
Dengan hadirnya kartu-kartu Valentine, citra Cupid sebagai dewa cinta mulai bergeser menuju komersialisasi.
Menurut Leigh Eric Schmidt, profesor agama dan politik di Washington University di St. Louis, hal ini terjadi karena pada abad ke-19, terjadi lonjakan minat yang besar masyarakat terhadap karakter Cupid.
Dalam bukunya The Fashioning of a Modern Holiday: St. Valentine’s Day, 1840-1870, yang dikutip dari artikel Jstor Daily, Schmidt menggambarkan hari Valentine dan Cupid sebagai fenomena "maniak". Karena antusiasme masyarakat yang sangat besar terhadap perayaan cinta ini.
Tentu saja, pergeseran ini dimanfaatkan oleh para pedagang dengan menciptakan karakter Valentine khusus untuk anak-anak.
Terlebih masyarakat kelas menengah di Amerika saat itu sangat menghargai dan menyayangi anak-anak. Sehingga terciptalah karakter Cupid yang digambarkan sebagai sosok bayi yang imut dan lucu, dengan kepolosan dan kasih sayang yang ditujukan kepada anak-anak.
Tak hanya itu, Cupid juga menjadi inspirasi di berbagai karya seni, mulai dari lukisan, patung, hingga sastra. Dalam seni rupa, Cupid sering digambarkan bersama ibunya, Venus, atau dalam momen-momen yang menggambarkan kekuatan cintanya.
Salah satu lukisan terkenal yang menggambarkan Cupid adalah Cupid and Psyche karya William-Adolphe Bouguereau, yang memperlihatkan hubungan romantis penuh emosi antara dewa cinta dan manusia biasa.
Popularitas Cupid sebagai simbol cinta bahkan meluas ke dunia film dan budaya populer. Banyak film romantis, terutama yang dirilis di sekitar perayaan Valentine, sering menggunakan konsep Cupid sebagai pemicu hubungan antara karakter utama.
Bila anda penikmat musik K-Pop, mungkin tidak asing lagi dengan lagu Cupid dari Fifty Fifty yang juga tak kalah populernya. Kehadirannya sebagai metafora cinta membuat Cupid menjadi ikon yang terus relevan sepanjang zaman.
Dengan segala evolusinya, Cupid tetap menjadi simbol cinta yang ikonik dan lekat dengan perayaan Valentine.
Sosoknya yang membawa busur dan panah tidak hanya menjadi representasi cinta, tetapi juga pengingat bahwa kasih sayang adalah bagian penting dalam kehidupan manusia.
Tak heran jika Cupid terus diabadikan dalam berbagai bentuk hingga saat ini, terutama dalam perayaan Valentine dan dianggap sebagai dewa cinta yang ikonik dan tak lekang oleh waktu.
Tag: #asal #usul #cupid #sang #dewa #cinta #pembawa #panah #ikonik #yang #selalu #dikaitkan #dengan #perayaan #hari #valentine