Protes Gencatan Senjata, Ben-Gvir Mundur dari Pemerintahan, Bujuk Smotrich Tempuh Jalan yang Sama
Selain mundur dari pemerintahan, Ben-Gvir juga akan menarik partainya, Jewish Power, dari koalisi yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Keputusan ini merupakan buntut dari kekecewaan atas kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas yang tercapai pada Rabu (15/1/2025) kemarin.
Gencatan senjata akan mulai berlaku hari ini, Minggu (19/1/2025).
Selain memprotes persetujuan kabinet Israel mengenai pembebasan sandera, Ben-Gvir menyebut kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas sebagai perjanjian yang sembrono.
Menurut laporan Haaretz, partai Jewish Power menyatakan bahwa Ben-Gvir akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Keamanan Nasional pada Minggu (19/1/2025).
Ben-Gvir tidak sendiri, dIa akan mundur bersamaan dengan anggota partai lainnya.
Di antaranya termasuk Yitzhak Wasserlauf, Amichai Eliyahu, dan beberapa anggota Knesset (MK) seperti Zvika Fogel, Limor Son Har-Melech, dan Yitzhak Kroizer, yang juga akan meninggalkan jabatan mereka.
Pada Kamis (16/1/2025) sebelumnya, Ben-Gvir menyatakan niatnya untuk mengundurkan diri jika perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan Hamas disetujui.
Pemerintah Israel menyetujui kesepakatan tersebut pada Jumat (17/1/2025) malam setelah melalui pertemuan kabinet yang berlangsung berjam-jam.
Dengan mundurnya partai Ben-Gvir, koalisi Netanyahu kehilangan enam kursi di parlemen Israel (Knesset).
Meski kehilangan partai Ben-Gvir, koalisi yang dipimpin Netanyahu masih mempertahankan mayoritas di Knesset, dengan 62 kursi dari partai sayap kanan, sayap kanan ekstrem, dan ultra-Ortodoks (Haredi).
Bujuk Bezalel Smotrich Tempuh Langkah Serupa
Ben-Gvir telah berusaha membujuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk menempuh langkah serupa.
Smotrich juga merupakan tokoh sayap kanan di pemerintahan Israel.
Smotrich hanya menentang kesepakatan tersebut selama pemungutan suara yang diperpanjang hingga Sabtu (18/1/2025) malam.
Perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan ini diharapkan akan mengakhiri lebih dari 15 bulan serangan mematikan Israel di Jalur Gaza.
Qatar, yang menjadi mediator dalam negosiasi, mengumumkan pada Rabu (15/1/2025) bertujuan untuk mengakhiri lebih dari 15 bulan serangan mematikan Israel di Gaza, menurut Al Jazeera.
Gencatan senjata yang dimulai pada pukul 08.30 pagi waktu setempat (06:30 GMT) pada Minggu (19/1/2025).
Kesepakatan ini tetap menjadi sumber ketegangan, terutama bagi anggota partai sayap kanan seperti Ben-Gvir yang merasa bahwa itu akan merugikan keamanan Israel.
Pemerintah Israel juga menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional akibat tindakan mereka di Gaza.
Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 47.000 warga Palestina tewas, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, serta lebih dari 110.700 orang terluka.
Pasukan Israel Tingkatkan Serangan di Tepi Barat
Al Jazeera Arabic melaporkan bahwa pasukan Israel telah meningkatkan serangan di kota-kota di seluruh Tepi Barat yang diduduki.
"Di Nablus, pasukan Israel menyerbu sejumlah lingkungan serta Masjidil Haram di pasar Sharfi," sumber mengatakan kepada Al Jazeera Arabic.
Di wilayah Tulkarem, peluru tajam ditembakkan saat pasukan Israel menyerbu kota Shufa, Kafr al-Labad, Anabta, dan Bal'a.
Tidak ada penangkapan atau cedera yang dilaporkan.
Sementara di Tammun, di provinsi Tubas, pasukan Israel mendirikan pos pemeriksaan militer baru.
Gencatan Senjata Israel-Hamas
Berikut ini yang perlu diketahui tentang kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas.
Pelaksanaan perjanjian akan dijamin oleh Qatar, Mesir dan AS.
- Fase pertama
Pada tahap pertama, yang berlangsung selama enam minggu, Hamas akan membebaskan 33 tawanan Israel, termasuk anak-anak, tentara wanita, warga sipil, dan pria berusia di atas 50 tahun.
Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 50 tahanan Palestina untuk setiap prajurit wanita dan 30 untuk setiap tawanan sipil.
Kemudian, Israel akan membebaskan semua wanita dan anak-anak di bawah usia 19 tahun yang ditahannya dari Jalur Gaza, sejak 7 Oktober 2023.
Israel juga akan secara bertahap mengizinkan warga Palestina yang tidak bersenjata untuk kembali ke wilayah utara Jalur Gaza.
Bantuan juga akan lebih banyak dikirim ke daerah kantong tersebut hingga 600 truk per hari.
- Fase kedua
Hamas akan membebaskan semua tawanan hidup yang tersisa, sebagian besar tentara pria, sebagai imbalan atas pembebasan lebih banyak warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Israel akan memulai penarikan penuh dari Gaza, termasuk dari Koridor Philadelphia, wilayah perbatasan antara Mesir dan daerah kantong Palestina.
- Fase ketiga
Jika persyaratan tahap kedua terpenuhi, jenazah tawanan yang tersisa akan diserahkan dan sebagai imbalannya akan ada rencana rekonstruksi selama tiga hingga lima tahun yang akan dilakukan di bawah pengawasan internasional.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Tag: #protes #gencatan #senjata #gvir #mundur #dari #pemerintahan #bujuk #smotrich #tempuh #jalan #yang #sama