Turun ke Jalan Berdemo, Warga Israel Terpecah Belah: Ada Pendukung & Penolak Gencatan Senjata
Di satu sisi, sejumlah warga Israel menyambut baik gencatan sanjata. Di sisi lain, ada pula yang tegas menolaknya.
Ribuan warga Israel turun ke jalan Selasa malam, (14/1/2025), untuk berunjuk rasa mendukung gencatan senjata. Sementara itu, pada saat yang sama ada ratusan yang berdemo menolaknya karena dianggap membahayakan masa depan Israel.
Dikutip dari Times of Israel, pada tahap pertama gencatan senjata akan ada 33 sandera di Jalur Gaza yang dibebaskan Hamas. Adapun ratusan warga Palestina yang Israel akan dibebaskan.
Menurut media itu, pemerintah Israel menunjukkan tanda-tanda akan menyepakati draf terakhir perjanjian gencatan senjata.
Di Lapangan Sandera, Tel Aviv, digelar unjuk rasa yang diikuti ribuan orang untuk mendukung gencatan senjata agar para sandera bisa kembali.
Unjuk rasa itu dihadiri artis-artis terkenal Israel dan mantan sandera di Gaza yang telah dibebaskan pada bulan November 2023.
Situsi berkebalikan terjadi di Yeruslem. Di sana pengunjuk rasa sayap kanan bergerak menuju Kantor Perdana Menteri Israel dan menghalangi beberapa persimpangan.
Unjuk rasa tersebut digelar oleh Forum Gevura yang beranggotakan keluarga-keluarga tentara Israel yang tewas.
Mereka menolak perundingan gencatan senjata Israel-Hamas. Lalu, mereka meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan serangan ke Gaza.
“Kami meminta Perdana Menteri untuk tidak menyerah pada kesepakatan ini,” kata pengunjuk rasa dengan pengeras suara.
“Kami tidak akan lupa, kami tidak akan memaafkan. Kalian tidak punya mandat untuk menyerah kepada Hamas.”
Ben Gvir berusaha gagalkan gencatan senjata
Menteri Keamanan Israel Itamar Ben Gvir menjadi salah satu pihak yang mengecam perundingan gencatan senjata Israel-Hamas.
Hari Senin kemarin dia mengaku sudah berkali-kali berupaya menggagalkan gencatan senjata. Dia meminta Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk bergabung dengannnya.
Pernyataan itu memincu kritik pedas dari keluarga para sandera dan anggota dewan pihak oposisi yang sudah lama menuding Netanyahu menolak gencatan senjata demi menjaga koalisi pemerintahannya tetap utuh.
Menteri Keamanan Israel Itamar Ben Gvir masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur pada hari Kamis, (26/12/2024). (X/itamarbengvir)Ben Gvir dan Smotrich sebelumnya pernah mengaku lebih suka menumbangkan pemerintahan Netanyahu daripada harus menerima gencatan senjata.
“Tahun lalu, dengan kekuatan politik kita, kita bisa mencegah kesepakatan ini, berkali-kali,” kata Ben Gvir di akun media sosial X miliknya.
Akan tetapi, Ben Gvir mengklaim kali ini tak punya kekuatan untuk mencegah perjanjian gencatan karena Netanyahu memasukkan Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar dari Partai Harapan Baru pada bulan September 2024.
“Baru-baru ini pihak lain yang mendukung penjanjian itu telah bergabung dengan pemerintah, dan kami tak lagi bisa menjaga keseimbangan kekuatan.”
Rincian gencatan senjata
Seorang pejabat Israel telah mengungkapkan rincian gencatan senjata Israel-Hamas kepada wartawan.
Pada tahap pertama gencatan senjata akan ada 33 warga Israel yang dibebaskan Hamas. Mereka adalah anak-anak, wanita (termasuk tentara wanita), pria berusia di atas 50 tahun, orang yang terluka, dan orang sakit.
Pada hari ke-16 setelah gencatan itu berlaku, tahap kedua akan dimulai. Pada periode itu tentara laki-laki dan pria usia militer akan dibebaskan. Jasad sandera yang meninggal akan dikembalikan.
Lain daripada itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan menarik diri. Namun, IDF tetap akan berada di perbatasan untuk menjaga perbatasan kota-kota Israel.
Ada pula pengaturan keamanan di Koridor Philadelphi yang berbatasan dengan Mesir. Tentara Israel akan mundur dari sana beberapa hari setelah gencatan disepakati.
IDF juga bakal mundur dari Koridor Philadelphi yang berada di Gaza tengah.
Warga Gaza yang tak bersenjata akan diizinkan kembali. Ada ada mekanisme untuk memastikan tidak ada senjata yang dibawa.
Menurut pejabat Israel itu, militan Palestina yang didakwa melakukan pembunuhan atau serangan mematikan juga akan dibebaskan. Namun, jumlahnya akan bergantung pada jumlah sandera yang masih hidup.
Di sisi lain, para militan yang ikut ambil bagian dalam serangan ke Israel tanggal 7 Oktober 2023 tidak akan dibebaskan.
Laporan menyebut ada sekitar 150 hingga 200 "pembunuh" yang akan dibebaskan. Mereka tidak diizinkan kembali Tepi Barat. Mereka akan perrgi ke Gaza dan barangkali ke Mesir, Turki, dan Qatar.
Times of Israel melaporkan masih ada 94 dari 251 sandera yang dibawa oleh Hamas setelah serangan itu.
Al Hadath menyebut Israel sudah mengirimi Hamas daftar nama ratusan orang Palestina yang ditahan Israel dan akan dibebaskan.
Marwa Barghouti, pemimpin Intifada yang ditahan Israel, tidak akan dibebaskan.
(Tribunnews)
Tag: #turun #jalan #berdemo #warga #israel #terpecah #belah #pendukung #penolak #gencatan #senjata