Ada Anggota NATO yang Terbangkan Drone Kamikaze Ukraina ke Tatarstan
Drone Ukraina 
14:20
3 April 2024

Ada Anggota NATO yang Terbangkan Drone Kamikaze Ukraina ke Tatarstan

Serangan drone kamikaze Ukraina di Tatarstan, Rusia membuat kaget berbagai pihak.

Pasalnya jarak perbatasan Ukraina dengan Tatarstan di bagian tengah Rusia lebih dari 1.000 kilometer.

Artinya Ukraina memiliki teknologi pesawat terbang tanpa awak (UAV) yang cukup mumpuni.

Meskipun Ukraina mengklaim bahwa drone tersebut adalah roduk dan pengembangan dalam negeri, namun CNN menyebutkan bahwa serangan tersebut ada campur tangan anggota NATO.

Pejabat Ukraina yang tidak disebut namanya menggambarkan bagaimana Kiev menggunakan UAV dengan jangkauan lebih jauh dan “kemampuan lebih canggih” untuk menyerang sasaran yang terletak lebih dari 1.000 km (621 mil) dari perbatasan.

“Penerbangan ditentukan terlebih dahulu dengan sekutu kami, dan pesawat mengikuti rencana penerbangan untuk memungkinkan kami menyerang sasaran dengan presisi tinggi,” kata sumber itu.

Pengakuan menerima bimbingan dari luar negeri menyusul sejumlah laporan bahwa personel Barat memberikan intelijen dan informasi kepada pasukan Ukraina tentang target tertentu.

The Washington Post mengutip seorang pejabat senior Ukraina tahun lalu yang mengatakan bahwa tentara Kiev “hampir tidak pernah” menggunakan senjata canggih, termasuk peluncur roket HIMARS buatan AS, tanpa menerima koordinat dari Pentagon.

Pada hari Selasa, drone Ukraina menargetkan Tatarstan Rusia, wilayah 650 km sebelah timur Moskow (400 mil), yang sebelumnya belum pernah diserang oleh UAV.

Satu drone bertujuan untuk menyerang kilang minyak di Nizhnekamsk, sebuah kota yang terletak sekitar 1.100 km (680 mil) dari perbatasan. Walikota Ramil Mullin mengatakan pesawat tersebut dinonaktifkan oleh pertahanan udara dan tidak menimbulkan kerusakan.

Drone lain menyerang asrama mahasiswa di dalam kawasan industri di Elabuga, melukai 13 orang. Pusat tersebut menampung beberapa perusahaan yang membuat peralatan berteknologi tinggi, termasuk drone, menurut media Rusia.

Tanggapan Beda Dua Dedengkot NATO

Dua dedengkot NATO, AS dan Perancis, menanggapi beda serangan drone tersebut.

Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne bereaksi berbeda terhadap pertanyaan tentang perkembangan tersebut.

Ukraina melancarkan serangan drone terhadap beberapa fasilitas minyak Rusia pada bulan Maret, mengklaim bahwa serangan tersebut “memberikan pukulan simbolis dengan mendekatkan perang ke Moskow” dan mengganggu aliran bahan bakar ke militer di garis depan.

Serangan berlanjut pada bulan April, dengan serangan terbaru menargetkan beberapa fasilitas industri di Elabuga dan Nizhnekamsk, kota-kota di Republik Tatarstan Rusia, pada Selasa pagi.

Blinken berusaha menjauhkan diri dari situasi tersebut dengan mengatakan bahwa AS “tidak mendukung atau mengizinkan serangan Ukraina di luar wilayahnya.” Sejourne, bagaimanapun, tampaknya mendukung setiap langkah yang diambil Kiev, dengan alasan bahwa Ukraina hanya membela diri.

“Rakyat Ukraina bertindak untuk membela diri, dan kami menganggap Rusia sebagai agresor, dan, dalam keadaan seperti itu, hampir tidak ada lagi yang bisa dikatakan,” katanya kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa ia tidak memiliki komentar spesifik mengenai serangan pesawat tak berawak tersebut. Tak satu pun dari kedua diplomat tersebut membahas perbedaan posisi mereka mengenai masalah ini.

Pada akhir Maret, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui bahwa Washington telah berusaha menghentikan pasukannya menargetkan kilang minyak Rusia dengan drone.

“Reaksi AS tidak positif terhadap hal ini,” katanya pada saat itu, namun tetap menyatakan bahwa AS tidak berdaya untuk menghentikan serangan tersebut.

Awal bulan itu, Financial Times juga melaporkan bahwa Gedung Putih khawatir serangan Ukraina terhadap infrastruktur Rusia akan menyebabkan kenaikan harga gas.

Hal ini berpotensi merusak upaya pemilu Presiden Joe Biden, kata surat kabar itu pada saat itu.

Moskow menanggapi serangan Ukraina dengan menargetkan pembangkit listrik di seluruh Ukraina.

Zelensky kemudian mengklaim bahwa serangan Ukraina ke wilayah Rusia adalah bentuk pencegahan, karena Kiev kehabisan rudal pertahanan udara yang dipasok oleh Barat.

Klaim Ukraina

Ukraina mengklaim bahwa drone pengembangan anak negeri tersebut mampu menembus ketatnya pertahanan Rusia dan mampu terbang hingga jarak 1.000 kilometer di tengah bumi Rusia.

Drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) buatan Ukraina ini tentunya membuat Presiden Rusia Vladimir Putin was-was, pasalnya bisa mencapai jarak yang cukup jauh dan sesuai dengan sasaran yang dipilih.

Menteri Transformasi Digital Mikhail Fedorov kepada media Jerman, Welt mengungkapkan bahwa seruan Presiden Volodymyr Zelensky untuk memproduksi satu juta unit telah memacu warganya mengembangkan produksi UAV.

Militer Ukraina dibantu oleh masyarakat terus meningkatkan Ukraina telah meningkatkan produksi drone dalam negeri secara signifikan.

Fedorov mengklaim Kiev kini mampu memproduksi drone jarak jdengan jangkauan penerbangan 700 km – 1.000 km. "Produksinya sepuluh kali lipat dibandingkan tahun lalu," kata Fedorov kepada Welt.

UAV yang diproduksi pun banyak variasinya dan dibuat sesuai kebutuhan seperti FPV, pengintaian, transportasi, tempur, kamikaze, drone laut dan darat.

Terakhir adalah UAV kamikaze baru yang mampu menyerang sasaran pada jarak melebihi 1.000 km seperti saat penyeragan di Tatarstan.

Majunya teknologi drone tersebut juga diiringi dengan pengembangan sistem robot berbasis darat dan peralatan peperangan elektroniknya sendiri.

Editor: Hendra Gunawan

Tag:  #anggota #nato #yang #terbangkan #drone #kamikaze #ukraina #tatarstan

KOMENTAR