Demo Besar-besaran di Yerusalem, Puluhan Ribu Warga Israel Tuntut Netanyahu Mundur
Puluhan orang berkumpul di luar gedung parlemen Israel di Yerusalem pada hari Minggu (31/3/2024). 
13:40
1 April 2024

Demo Besar-besaran di Yerusalem, Puluhan Ribu Warga Israel Tuntut Netanyahu Mundur

Puluhan orang berkumpul di luar gedung parlemen Israel di Yerusalem pada hari Minggu (31/3/2024).

Para pengunjuk rasa menentang pemerintahan Benjamin Netanyahu.

Mereka juga menuntut pemerintah mengamankan kesepakatan gencatan senjata yang juga akan membebaskan tawanan.

Kelompok pengunjuk rasa, termasuk beberapa yang memimpin demonstrasi massal yang mengguncang Israel pada 2023, mengorganisir unjuk rasa di luar parlemen, Knesset, menyerukan pemilu baru untuk menggantikan pemerintah.

N12 News Israel mengatakan ini tampaknya merupakan demonstrasi terbesar sejak perang dimulai.

Situs berita Haaretz dan Ynet mengatakan acara tersebut menarik puluhan ribu orang.

Sejak kegagalan kemanan di Israel pada serangan 7 Oktober 2023, kabinet Netanyahu telah menghadapi kritik luas.

Menurut salah satu demonstran, Nurit Robinson, kabinet Netanyahu adalah pemerintahan yang gagal.

“Pemerintahan ini benar-benar gagal," katanya, dikutip dari Al-Arabiya.

Bukannya memberi kemajuan untuk Israel, Robinson menyebut Netanyahu akan membuat Israel semakin terperosok.

“Mereka akan membawa kita ke jurang yang dalam," tambahnya.

Para demonstran yang merupakan keluarga tawanan Israel mendesak adanya gencatan senjata segera.

Putaran baru perundingan mengenai gencatan senjata dan pertukaran tawanan diperkirakan akan dimulai pada hari Minggu di Kairo, meskipun Hamas mengatakan kelompok tersebut belum memutuskan apakah akan mengirim delegasi.

Sebelumnya, para mediator berharap keputusan gencatan senjata telah diputuskan sebelum Ramadhan.

Namun, hal tersebut tidak segera tercapai.

Salah seorang demonstran Einav Moses, yang ayah mertuanya disandera mengatakan penyebab gencatan senjata gagal tercapai adalah Netanyahu.

"Setelah enam bulan, sepertinya pemerintah memahami bahwa Bibi Netanyahu adalah sebuah hambatan,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.

Menurutnya, kabinet Netanyahu telah gagal dan tidak berniat membawa sandera kembali.

“Sepertinya dia tidak benar-benar ingin membawa mereka kembali, bahwa mereka telah gagal dalam misi ini," jelasnya.

Massa membentang hingga beberapa blok di sekitar Knesset.

Para demonstran berjanji akan menggelar demo di depan Knesset selama berhari-hari.

Mereka juga akan menggelar tenda untuk bermalam dan melancarkan aksinya.

"Para demonstran mengatakan mereka akan tidur di tenda-tenda di kota tersebut untuk melancarkan protes mereka," kata Hamdah Salhut dari Al Jazeera, yang melaporkan demonstrasi di Yerusalem Barat.

Salhut menyebut tujuan para demonstran adalah menggulingkan Netanyahu.

“Mereka mengatakan ingin menggulingkan Netanyahu; mereka bilang mereka muak dengan kebijakannya, yang tidak melihat kembalinya sisa tawanan Israel yang ditahan di Gaza,” kata Salhut.

Di tengah-tengah para demonstarn, pemimpin opisisi Yair Lapid tampak hadir.

Ia mengkritik Netanyahu dengan tajam.

Lapid mengatakan Netanyahu telah menghancurkan hubungan Israel dengan Amerika Serikat dan membiarkan para tawanan menjalani nasib mereka sendiri.

Ia juga menyebut Netanyahu melakukan ini semua demi kepentingan politik.

Perdana menteri melakukan “segalanya untuk politik, tidak melakukan apa pun untuk negara”, kata Lapid.

Sebelumnya, Netanyahu sempat mengatakan dirinya memahami penderitaan keluarga.

Kemudian ia juga menegaskan bahwa pemilu bukanlah solusi dari pembebasan tawanan saat ini.

Menurut Netanyahu, pemilu baru akan melumpuhkan Israel selama enam hingga delapan bulan.

Sebagai informasi, saat ini Netanyahu telah menjalani operasi hernia.

"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjalani operasi hernia yang berhasil," kata kantornya pada hari Senin.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Netanyahu

Editor: Pravitri Retno W

Tag:  #demo #besar #besaran #yerusalem #puluhan #ribu #warga #israel #tuntut #netanyahu #mundur

KOMENTAR