Israel Teliti Cara Berpikir Yahya Sinwar Pakai Kecerdasaan Buatan: Keputusan Pentolan Hamas Rasional
DUDUK DI SOFA - Foto yang terkenal, di mana pemimpin Hamas, Yahya Sinwar duduk di atas sofa di puing-puing reruntuhan rumahnya pada 2021 silam. Foto ini kembali mengemuka seiring klaim PM Israel, Benjamin Netanyahu yang menyebut tentara Israel telah mengepung rumah itu pada perang Gaza, Desember 2023. 
01:00
31 Maret 2024

Israel Teliti Cara Berpikir Yahya Sinwar Pakai Kecerdasaan Buatan: Keputusan Pentolan Hamas Rasional

Yahya Sinwar benar-benar menjadi sosok yang 'menghantui' kehidupan warga pendudukan Israel saat ini.

Orang nomor satu buruan tentara IDF yang memimpin gerakan pembebasan Palestina di Jalur Gaza itu bahkan diteliti cara berpikirnya menggunakan metode komputerisasi canggih.

Kajian digital ini dilakukan Universitas Reichman Israel yang menegaskan kesimpulan kalau keputusan pemimpin Hamas di Gaza tersebut adalah rasional.

Hasil kajian menjelaskan, setiap keputusan yang diambil Yahya Sinwar didasarkan pada cara berpikir untuk memperkuat maksud dan tujuan gerakannya.

Studi ini dilakukan di Laboratorium Pengambilan Keputusan Terkomputerisasi di Universitas Reichman di Israel.

Khaberni melansir, studi dilakukan dengan menggabungkan kecerdasan buatan dengan metode canggih untuk mengidentifikasi pola keputusan yang diambil seseorang.

Studi tersebut kemudian diterbitkan oleh media Israel, Jerusalem Post, yang melaporkan kalau kesimpulan ini tidak didasarkan pada sudut pandang Israel atau Barat, melainkan pada penilaian berdasarkan ideologi dan tujuan Hamas.

"Sebanyak 14 keputusan Yahya Sinwar baru-baru ini direkonstruksi menggunakan program kecerdasan buatan, yang paling menonjol adalah operasi banjir Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober," tulis laporan tersebut.

Studi ini menemukan kalau rasionalitas Yahya Sinwar jelas dan terlihat dalam 12 dari 14 keputusan, mengingat tujuan yang dinyatakannya terkait keberadaan Hamas.

Tujuan Hamas yang sering dinyatakan dalam pernyataan gerakan tersebut adalah mempertahankan otoritas gerakan  dan kelangsungan hidupnya di negara tersebut, memimpin perlawanan agresi dan pendudukan Israel, serta membebaskan tahanan Palestina yang ditahan pihak Tel Aviv.

Pemimpin Gerakan Hamas, Yahya Sinwar di Jalur Gaza. Sinwar dikabarkan menjadi orang nomor satu yang masuk dalam daftar bunuh tentara Israel. Pemimpin Gerakan Hamas, Yahya Sinwar di Jalur Gaza. Sinwar dikabarkan menjadi orang nomor satu yang masuk dalam daftar bunuh tentara Israel. (jn/screencapture)

Permalukan Israel di Hadapan Dunia

Rasionalitas yang diterapkan Yahya Sinwar juga berlaku pada negosiasi pertukaran tahanan dengan Israel.

Rasionalitas ini yang membuat Hamas bersikukuh mempertahankan tuntutan negosiasi agar Israel menghentikan agresi secara penuh, menarik pasukan dari Gaza secara permanen, membiarkan warga Palestina kembali ke rumah-rumah mereka tanpa gangguan, serta pembebasan ratusan tahanan Palestina yang dipenjara Israel.

Mantan kepala Unit Tahanan dan Orang Hilang di dinas intelijen Israel, Mossad, Rami Igra, pada Minggu (17/3/2024) menyatakan ketidakyakinannya soal peluang keberhasilan negosiasi kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Menurut dia, pimpinan gerakan Hamas, Yahya Sinwar hanya berusaha menghambat Israel dalam upayanya membebaskan para sandera Israel yang ada di tangan Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas.

Igra mengatakan dalam sebuah wawancara dengan saluran Ibrani 103FM, “Sinwar tidak tertarik dengan kesepakatan itu dan menghambat kami,” katanya.

Ia menambahkan, “Hamas menetapkan syarat-syarat, antara lain penghentian perang, penarikan diri dari Gaza, dan kembalinya Hamas ke Gaza. Artinya, kejadian pada 7 Oktober terulang kembali,” klaimnya.

Dia melanjutkan: “Saya tidak begitu tahu apa yang sedang kita bicarakan saat ini, tapi sepertinya kita terus-menerus melalui babak yang sama, karena kali ini, tidak seperti waktu-waktu sebelumnya, ada paket yang terdiri dari dua tahap dengan hubungan antara paket-paket tersebut, sementara pada akhirnya kami akan melakukan negosiasi untuk menghentikan negosiasi.”

Dia melanjutkan, dengan mengatakan: “Meskipun saya ingin optimis, saya sangat pesimis, dan menurut saya Sinwar tidak berubah pikiran, dan menurut saya kita semua di media ketika kita berbicara tentang kesepakatan ya atau tidak. , kita harus melihat apakah hal ini menguntungkan Sinwar.”

Igra menyebut, Yahya Sinwar berhasil mendikte Israel soal negosiasi pertukaran tahanan dan gencatan senjata.

Selama ini yang terjadi, kata dia, Israel cenderung mengikuti tekanan yang diberikan pihak Hamas

Hal ini, kata Igra, adalah bentuk hal memalukan bagi Israel.

“(Ini Soal) Ke mana dia ingin pergi, bukan ke mana kita ingin pergi.”

Dia melanjutkan: "Dia saat ini berhasil mempermalukan kami di depan mata dunia, dan kita tidak bisa mengubahnya. Dia juga saat ini berhasil mencekik leher kami."

Badan Intelijen Korea Selatan menyebut Hamas menggunakan senjata buatan Korea Utara dalam perang melawan Israel di Gaza. Foto: Arab News Badan Intelijen Korea Selatan menyebut Hamas menggunakan senjata buatan Korea Utara dalam perang melawan Israel di Gaza. Foto: Arab News (Arab News)

Visi Komprehensif Hamas

Seperti diketahui, Hamas sudah menyajikan visi komprehensif untuk gencatan senjata di Gaza.

Pada tanggal 14 Maret lalu, Hamas menyampaikan rencana komprehensif untuk gencatan senjata abadi di Gaza kepada mediator Mesir dan Qatar.

Yang mencakup kesepakatan pertukaran tahanan, penghentian permusuhan, dan pengiriman bantuan kepada warga Palestina yang kelaparan dan dibersihkan secara etnis oleh tentara Israel.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh faksi perlawanan Palestina mengatakan rencana itu juga melibatkan pemulangan warga Palestina yang terlantar ke rumah mereka dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.

“Hak dan kekhawatiran rakyat kami akan tetap menjadi prioritas utama kami,” kata pernyataan itu.

Perlawanan Palestina teguh menuntut penarikan pasukan Israel dari Gaza agar bantuan kemanusiaan dapat didistribusikan secara bebas dan upaya rekonstruksi dapat dimulai.

Meskipun Hamas belum mengungkapkan secara terbuka rincian spesifik dari proposal tersebut, Reuters mengklaim telah meninjau salinan dokumen tersebut dan melaporkan pada hari Jumat bahwa mereka menyerukan pembebasan awal warga Israel yang ditawan di Gaza, termasuk wanita, anak-anak, orang tua, dan tahanan yang sakit.

Sebagai imbalan atas pembebasan 700–1.000 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Semua tawanan dari kedua belah pihak akan dibebaskan pada tahap kedua berdasarkan rencana Hamas, yang dilaporkan menyatakan bahwa tanggal gencatan senjata permanen akan disepakati setelah pertukaran awal tawanan dan tahanan, serta batas waktu penarikan Israel dari Gaza.

Namun demikian, prospek terobosan masih tipis karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan bahwa persyaratan yang ditawarkan mungkin tidak dapat diterima.

“Hamas terus mempertahankan tuntutan yang tidak realistis,” kata kantor PM Benjamin Netanyahu pada Kamis malam.

Kabinet perang Israel akan bertemu pada hari Jumat untuk membahas persyaratan yang diajukan oleh Hamas.

Para pemimpin perlawanan Palestina telah berulang kali menuduh Tel Aviv sengaja menghalangi gencatan senjata abadi yang dapat menghentikan pembunuhan massal warga sipil di Gaza.

Netanyahu secara terbuka menunjukkan sedikit minat untuk mencapai kesepakatan untuk membebaskan sisa warga Israel yang ditawan oleh Hamas di Gaza, sementara mitra koalisi supremasi Yahudinya, Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, melihat isu pembebasan tawanan Israel sebagai penghalang bagi upaya mereka untuk menaklukkan Gaza. Gaza, mengusir paksa 2,3 juta penduduk Palestina, dan mendirikan pemukiman Yahudi di tempat mereka.

Pada hari Rabu, faksi-faksi perlawanan Palestina di Gaza menegaskan tuntutan mereka untuk gencatan senjata komprehensif sebelum kesepakatan pertukaran tahanan, yang bertentangan dengan tuntutan Israel dan AS.

“Kami menegaskan posisi nasional kami, tidak ada kesepakatan atau pertukaran kesepakatan tanpa penghentian agresi secara menyeluruh terhadap rakyat Palestina,” bunyi pernyataan yang dirilis melalui Telegram.

Hal ini juga menyoroti bahwa "Mengelola masalah Palestina, termasuk Jalur Gaza, adalah masalah internal nasional Palestina. Kami tidak akan membiarkan pendudukan dan pendukungnya mengganggu atau memaksakan perwalian terhadap rakyat kami dengan cara apa pun."

(oln/khbrn/tc/*)

Tag:  #israel #teliti #cara #berpikir #yahya #sinwar #pakai #kecerdasaan #buatan #keputusan #pentolan #hamas #rasional

KOMENTAR