Mengapa Jumlah Pemilih Kulit Hitam Pendukung Donald Trump Capai Rekor Tertinggi?
Pada tahun 2018, Hillary Clinton menyebut mantan Presiden Amerika Serikat ke-45 itu bodoh dan rasis setelah membuat komentar yang disebut-sebut sangat menghina negara Haiti dan Afrika.
Nikki Haley, rekan satu partai Trump dari Partai Republik, yang belum lama ini hengkang dari pencalonan presiden, menyebut komentar Trump tentang orang Afrika-Amerika, di mana komentar itu dinilai tak pantas.
Bahkan belum lama ini, Trump sendiri menyebut bahwa dakwaan kriminal dan mugshot-nya telah menarik para pemilih kulit hitam.
Mugshot adalah foto yang diambil oleh kepolisian untuk tersangka kriminal.
"Saya didakwa tanpa alasan, atas sesuatu yang tidak penting," ucap Trump saat menghadiri pertemuan kaum konservatif kulit hitam, dikutip dari CNN.
"Saya didakwa dua kali, tiga kali, dan empat kali. Banyak orang mengatakan bahwa itulah sebabnya orang-orang kulit hitam menyukai saya karena mereka (sama-sama pernah merasa) sangat disakiti dan didiskriminasi," urai Trump.
Ia melanjutkan, pemilih kulit hitam "memahami lebih baik daripada kebanyakan orang".
Menurut Trump, pemilih kulit hitam memandang dirinya juga didiskirimasi.
"Beberapa kejahatan terbesar dalam sejarah bangsa kita datang dari sistem korup yang mencoba menargetkan dan menundukkan orang lain dan menolak kebebasan mereka, menolak hak-hak mereka," papar Trump.
"Saya pikir itu sebabnya orang kulit hitam sekarang sangat memihak saya karena mereka melihat apa yang terjadi pada saya terjadi pada mereka," jelasnya.
Namun, terlepas dari semua ini, jajak pendapat menunjukkan bahwa popularitas Donald Trump semakin meningkat di kalangan pemilih kulit hitam Amerika.
Mengapa demikian, dan seberapa besar perbedaan yang dapat dihasilkan pada bulan November? Simak alasannya berikut ini.
Apa hasil jajak pendapat?
Dikutip dari Al Arabiya, pada tahun 2016, Trump memperoleh 8 persen suara orang kulit hitam berdasarkan jajak pendapat, yang merupakan tingkat dukungan tertinggi dari para pemilih kulit hitam untuk Partai Republik sejak George Bush pada tahun 2000.
Pada pemilihan presiden AS tahun 2020, dukungan terhadap Trump di kalangan pemilih kulit hitam telah melonjak menjadi 12 persen.
Meskipun jajak pendapat saat ini berbeda-beda, survei terbaru dari GenForward menunjukkan bahwa jika pemilu diadakan hari ini, 17 persen pemilih kulit hitam akan memilih Donald Trump sementara 20 persen mengatakan mereka akan memilih orang lain selain Trump atau Biden.
Blok pemilih kulit hitam merupakan hal yang unik di AS.
Saat ini, mereka adalah satu-satunya kelompok pemilih yang secara konsisten mengidentifikasi diri mereka dengan Partai Demokrat – 77 persen pemilih kulit hitam mendukung Partai Demokrat pada tahun 2020.
Sebagai perbandingan, 42 persen pemilih kulit putih dan 63 persen pemilih Latin mengidentifikasi diri mereka sebagai Demokrat.
Namun kini, hanya 63 persen pemilih kulit hitam – angka terendah sejak GenForward mulai mengumpulkan data pada tahun 1999 – mengatakan bahwa mereka akan mendukung Biden tahun ini, menurut survei tersebut.
Angka-angka ini dapat menimbulkan masalah bagi Partai Demokrat dalam pemilihan presiden bulan November mendatang, terutama di negara-negara bagian yang belum menentukan pilihan (swing states).
Mirip dengan strategi Partai Demokrat pada pertengahan abad ke-19, Trump berupaya menarik pemilih kulit hitam yang tidak puas untuk bergabung dengan Partai Demokrat.
Trump juga mengklaim bahwa warga kulit hitam Amerika memiliki kondisi ekonomi yang lebih baik di bawah kepemimpinannya dengan angka pengangguran yang sangat rendah.
Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa penurunan ini merupakan kelanjutan dari tren penurunan yang dimulai pada masa pemerintahan Obama.
Mantan Presiden AS Donald Trump meninggalkan Trump Tower menuju pengadilan federal Manhattan untuk sidang pencemaran nama baik yang kedua terhadapnya, di New York City pada 17 Januari 2024. (Charly TRIBALLEAU / AFP)Tidak ada pemilu lagi di AS
Dilansir dari The Guardian, Trump sempat berkelakar di hadapan para pendukungnya di Ohio pada Sabtu (16/3/2024), apabila dirinya kalah dalam Pilpres AS 2024, maka kemungkinan tidak akan ada lagi pemilihan di AS.
"Jika kita tidak memenangkan pemilu kali ini, saya rasa tidak akan ada lagi pemilu di negara ini," kata kandidat Calon Presiden (Capres) Partai Republik tersebut, dikutip dari Reuters.
“Sekarang, jika saya tidak terpilih, ini akan menjadi pertumpahan darah. Itu akan menjadi yang terkecil. Ini akan menjadi pertumpahan darah bagi negara ini,” katanya, tapi Trump tidak menguraikan maksud pernyataannya.
Menanggapi pidato Trump, Juru bicara tim kampanye Joe Biden, James Singer mengecam ekstremisme Donald Trump.
“Dia menginginkan tanggal 6 Januari lagi, tetapi rakyat Amerika akan memberinya kekalahan lagi dalam pemilu bulan November ini karena mereka terus menolak ekstremismenya, kecintaannya pada kekerasan, dan kehausannya akan balas dendam," ucapnya.
Untuk dicatat, Amerika Serikat akan menggelar pemilihan presiden pada 5 November 2024 mendatang.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Tag: #mengapa #jumlah #pemilih #kulit #hitam #pendukung #donald #trump #capai #rekor #tertinggi