Donald Trump Tuduh Tiongkok Uji Coba Nuklir Diam-Diam, Hubungan Washington–Beijing Kembali Memanas
- Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok kembali memanas setelah Presiden AS, Donald Trump, menuding Beijing melakukan uji coba senjata nuklir secara rahasia.
Tuduhan tersebut disampaikan Trump dalam wawancara dengan program '60 Minutes' CBS dan langsung memicu kekhawatiran global atas potensi kebangkitan perlombaan senjata nuklir.
“Rusia melakukan pengujian, Tiongkok juga melakukan pengujian, tapi mereka tidak membicarakannya,” ujar Trump tanpa menunjukkan bukti yang jelas. Ia menambahkan bahwa bahkan Korea Utara dan Pakistan juga telah melakukan uji coba serupa.
Pernyataan itu muncul hanya beberapa hari setelah pertemuan Trump dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan yang sebelumnya sempat menumbuhkan harapan akan mencairnya hubungan dua negara besar tersebut. Namun, tuduhan baru ini justru mengembalikan tensi geopolitik ke titik panas.
Trump sendiri mengklaim telah memerintahkan militer AS untuk 'segera memulai kembali proses pengujian senjata nuklir' untuk pertama kalinya sejak 1992. “Negara lain melakukan pengujian, dan saya tidak ingin AS menjadi satu-satunya negara yang tidak melakukannya,” katanya.
Namun, langkah Trump itu menimbulkan kebingungan, bahkan di dalam negeri sendiri. Dalam wawancara terpisah dengan Fox News, Menteri Energi AS Chris Wright menegaskan bahwa pengujian yang dimaksud tidak melibatkan ledakan nuklir, melainkan uji sistem non-kritis untuk memastikan komponen nuklir tetap berfungsi.
“Tes ini bukan ledakan nuklir. Kita hanya memastikan sistem bekerja sebagaimana mestinya,” jelas Wright, seraya menambahkan bahwa kemampuan komputasi modern memungkinkan AS mensimulasikan efek ledakan dengan akurasi tinggi tanpa perlu benar-benar meledakkan bom.
Tuduhan Trump langsung menuai kecaman dan kekhawatiran dari berbagai pihak. Wali Kota Nagasaki serta kelompok penyintas bom atom Hiroshima dan Nagasaki (Nihon Hidankyo) mengecam rencana uji coba baru AS, menyebutnya 'langkah mundur dari semangat pelucutan senjata nuklir dunia'.
Sementara itu, Beijing membantah tuduhan Trump dan menyerukan agar Washington tetap menghormati komitmennya terhadap Traktat Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT).
“Kami berharap AS menghormati kewajibannya dan mengambil langkah nyata untuk menjaga stabilitas dan sistem nonproliferasi global,” demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
Menurut laporan tahunan Pentagon pada akhir 2024, Tiongkok memiliki lebih dari 600 hulu ledak nuklir aktif, dan diperkirakan akan melampaui 1.000 unit pada 2030. Sementara Rusia masih menjadi kekuatan nuklir terbesar dengan lebih dari 4.300 hulu ledak aktif dan tersimpan, dibandingkan dengan 3.700 milik AS.
Para pengamat memperingatkan bahwa langkah Trump dapat memicu kembali perlombaan senjata nuklir global di tengah pudarnya perjanjian kontrol senjata internasional.
“Jika AS benar-benar kembali ke uji coba nuklir, itu bisa menjadi awal dari Perang Dingin versi baru, dengan Tiongkok sebagai pemain utama selain Rusia,” kata analis pertahanan dari SIPRI, Anders Karlsson, dikutip dari laporan institusi tersebut.
Kendati demikian, belum jelas apakah pemerintahan AS akan benar-benar melakukan uji coba nuklir dalam arti sebenarnya, atau sekadar melakukan simulasi lanjutan. Namun, satu hal pasti: retorika Trump kembali menguji stabilitas hubungan Washington–Beijing, yang sebelumnya sempat menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Tag: #donald #trump #tuduh #tiongkok #coba #nuklir #diam #diam #hubungan #washingtonbeijing #kembali #memanas