Usai Dialog Rusia-AS di Arab Saudi, Eropa Dilema: Apakah Harus Kirim Pasukan ke Ukraina
PARA PEMIMPIN EROPA - Foto ini diambil pada Selasa (18/2/2025) dari akun Kanselir Jerman Olaf Scholz di X (@Bundeskanzler), memperlihatkan sejumlah pemimpin negara Eropa yang menghadiri pertemuan darurat di Paris pada Senin (17/2/2025), setelah perwakilan Rusia dan AS melakukan pertemuan di Arab Saudi tanpa Ukraina dan membahas rencana mengakhiri perang Rusia-Ukraina. 
15:20
18 Februari 2025

Usai Dialog Rusia-AS di Arab Saudi, Eropa Dilema: Apakah Harus Kirim Pasukan ke Ukraina

Para pemimpin negara Eropa mengadakan pertemuan darurat selama tiga jam di Paris, Prancis, pada Senin (17/2/2025), yang berujung pada dilema apakah mereka akan mengirim pasukan ke Ukraina.

Agenda tersebut dihadiri oleh setidaknya 10 pemimpin dari negara-negara Eropa yang merupakan anggota Uni Eropa atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), termasuk Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni.

Pertemuan darurat itu terjadi pada hari yang sama dengan pertemuan perwakilan Rusia dan Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi, sebagai bentuk kemarahan Eropa karena Ukraina tidak diundang dalam pertemuan Rusia-AS.

Sebelumnya, Kremlin mengonfirmasi pertemuan perwakilan tinggi Rusia dan AS di Arab Saudi untuk membahas rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin menengahi perundingan antara Rusia dan Ukraina yang akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak tahun 2022.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya mengisyaratkan kesediaannya untuk berunding dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam upaya mengakhiri perang.

Presiden Ukraina juga meminta jaminan keamanan dari negara-negara Eropa dan AS jika berhasil mencapai gencatan senjata dengan Rusia.

Eropa Dilema, Apakah Harus Kirim Pasukan ke Ukraina

Meski ada kesepakatan untuk memperkuat upaya pertahanan Eropa dan mendukung Ukraina, negara-negara Eropa dilema pada isu lain yaitu apakah mereka harus mengirim tentara ke Ukraina.

Keberadaan pasukan Eropa di Ukraina bertujuan untuk memastikan keamanan Ukraina jika terjadi gencatan senjata dengan Rusia seperti yang diharapkan Zelensky.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan kesiapannya untuk mengirim pasukan ke Ukraina jika diperlukan untuk menjamin keamanan Inggris dan Eropa.

"Saya siap mempertimbangkan komitmen pasukan Inggris bersama pasukan lain jika kesepakatan perdamaian berkelanjutan tercapai," katanya, Minggu (16/2/2025).

Pada Senin (17/2/2025), Swedia juga mengatakan pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk mengerahkan pasukan jika negosiasi memungkinkan tercapainya perdamaian yang adil dan abadi antara Rusia dan Ukraina.

Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz menilai pembahasan mengenai kemungkinan pengiriman pasukan ke Ukraina tidak tepat dan prematur, dan menjelaskan ia sedikit kesal karena hal tersebut baru dibahas sekarang.

Senada dengan Jerman, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menekankan bahwa negaranya tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina.

Hubungan AS-Eropa Mulai Berubah

Sejumlah pemimpin negara Eropa menyadari perubahan dalam hubungan Eropa dan AS sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer meminta Amerika Serikat (AS) setelah pertemuan dengan perwakilan Rusia di Arab Saudi untuk memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina, mengingat itu adalah satu-satunya cara untuk mencegah Rusia melancarkan serangan baru ke Ukraina.

"Harus ada dukungan dari Amerika Serikat, karena jaminan keamanan dari Amerika Serikat adalah satu-satunya cara untuk secara efektif menghalangi Rusia menyerang Ukraina lagi," kata Keir Starmer, Senin, seperti di Pravda.

Keir Starmer mengatakan dia akan bertemu Donald Trump minggu depan di Washington dan menekankan Inggris memiliki "peran unik" untuk dimainkan dalam memastikan Eropa dan AS bekerja sama secara erat.

Sementara itu, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk mengumumkan bahwa Eropa menyadari hubungannya dengan Amerika Serikat telah memasuki "fase baru."

"Semua peserta dalam pertemuan ini menyadari bahwa hubungan transatlantik, NATO, dan persahabatan kita dengan Amerika Serikat telah memasuki babak baru. Kita semua menyadari hal itu," kata Donald Tusk kepada wartawan.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Editor: Whiesa Daniswara

Tag:  #usai #dialog #rusia #arab #saudi #eropa #dilema #apakah #harus #kirim #pasukan #ukraina

KOMENTAR