Internal Israel Kacau, 24 Tentara Tewas dan Media Sibuk Tulis Berita Penenang
Kekacauan ini terlihat dari reaksi pejabat-pejabat Israel yang mengatakan hari itu adalah hari terburuk sejak pertempuran melawan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang berlangsung lebih dari empat bulan.
Mantan Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, mengkritik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang tidak mengeluarkan sandera terlebih dahulu dari Jalur Gaza.
Menanggapi brutalnya pertempuran besar itu, pejabat Israel mulai khawatir dengan potensi terbunuhnya sandera yang masih ada di sana.
"Jika Anda (Netanyahu) ingin melenyapkan Hamas, Anda harus mengeluarkan para tahanan terlebih dahulu," kata Yair Lapid, Selasa (23/1/2024).
"Saya sebelumnya telah mengatakan di Knesset dan kepada Perdana Menteri secara pribadi bahwa ada dukungan penuh untuk perjanjian apa pun, tidak peduli betapa menyakitkannya perjanjian itu. Bahkan jika harganya tinggi dan harus menghentikan perang," lanjutnya.
Ia menyebut hari Selasa adalah pagi yang sulit setelah mendapat kabar terbunuhnya 24 tentara Israel.
Yair Lapid menyoroti kekacauan di pemerintahan Israel, di mana antar menteri masih sering bertengkar ketika mencoba menghadapi perang melawan Hamas.
"Setiap pertemuan pemerintah Israel atau Dewan Keamanan berakhir dengan kebocoran dan pertengkaran antar menteri. Ini bukan cara perang dan negara dikelola, dan Anda adalah aib bagi Israel,” lanjutnya, dikutip dari The Times of Israel.
Menurutnya, pemerintahan Netanyahu tidak mampu mengatur perang di Jalur Gaza dengan baik.
Hal ini diperparah dengan kebocoran informasi yang terus menerus dari dalam kabinet perang dan dampaknya bagi warga Israel.
Media Israel Sibuk Tulis Berita Penenang
Segera setelah munculnya berita terbunuhnya 24 tentara Israel di Jalur Gaza, sejumlah media Israel mulai menerbitkan berita dengan kalimat-kalimat penenang.
Hal ini untuk mencegah ketegangan dan kekhawatiran di antara rakyat Israel.
Kata-kata "kepahlawanan tentara" berulang kali digunakan untuk menyampaikan berita utama itu.
Media-media Israel juga mengulang kalimat "pertempuran sengit di Jalur Gaza".
Selain itu, mereka juga berbicara tentang "pencapaian tentara Israel".
Sejumlah media Israel menekankan agar militernya tidak kehilangan apa yang disebut "mendekati sasaran penting Hamas" dalam berbagai propaganda sebelumnya.
Tindakan media-media Israel ini secara tidak langsung mengungkapkan kesepakatan yang tidak tertulis antara media Israel dan pemerintah Israel untuk menjaga kondisi sosial dan moral orang Israel.
Yossi Yehoshua, seorang analis militer di surat kabar Yedioth Ahronoth, berpendapat perang akan terus berlanjut selama tidak ada kesepakatan antara Israel dan Hamas.
"Selama tidak ada kesepakatan, pertempuran akan terus berlanjut,” katanya.
Pertempuran terbaru antara Israel dan Hamas terjadi setelah Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), kemudian Israel meluncurkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza.
Jumlah warga Palestina yang tewas karena serangan Israel di Jalur Gaza mencapai 25.474 jiwa sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (22/1/2024) dan 1.147 kematian di wilayah Israel.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Tag: #internal #israel #kacau #tentara #tewas #media #sibuk #tulis #berita #penenang