Australia Kecewa Netanyahu Tolak Seruan Pembentukan Negara Palestina: Merusak Prospek Perdamaian
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv pada 17 Desember 2023. Pemerintah Australia mengatakan pernyataan Netanyahu telah merusak prospek perdamaian. 
21:30
22 Januari 2024

Australia Kecewa Netanyahu Tolak Seruan Pembentukan Negara Palestina: Merusak Prospek Perdamaian

- Pemerintah Australia sangat kecewa dengan komentar Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menolak seruan internasional mengenai jalan menuju negara Palestina.

Kekecewaan Australia ini disampaikan oleh asisten Menteri Luar Negeri, Tim Watts.

Pemerintah Australia lantas mengatakan pernyataan Netanyahu merusak prospek perdamaian.

Australia pun mendesak Israel untuk memenuhi komitmennya menegakkan hukum internasional dalam operasi militernya di Gaza.

Pasalnya, kini jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 25.000 orang.

Watts mengatakan, pemerintah Australia masih percaya bahwa pasca-konflik tidak akan ada pengurangan luas wilayah Gaza dan tidak akan ada kehadiran permanen Israel di Gaza.

“Kami telah meminta komentar, sejujurnya, seperti komentar Netanyahu baru-baru ini yang melemahkan prospek penyelesaian negosiasi jangka panjang atas perselisihan yang sedang berlangsung ini,” ujarnya kepada Sky News, Senin (22/1/2024).

“Kami juga menyerukan hambatan lain terhadap perdamaian seperti aktivitas pemukiman ilegal di Tepi Barat," jelas dia.

Menurutnya, pemerintah Australia telah jelas dan konsisten sejak pecahnya konflik ini, dilansir The Guardian.

Australia sebelumnya menyampaikan, Israel mempunyai hak untuk mempertahankan diri terhadap serangan yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

“Kekerasan seksual yang mengerikan, pembunuhan yang mengerikan, penculikan sandera yang masih ditahan di Gaza lebih dari 100 hari setelah serangan mengerikan tersebut," kata Watts mengutip pernyataan pemerintah Australia.

“Kami juga telah mengatakan bahwa cara Israel menggunakan hak membela diri sangatlah penting, dan meskipun Hamas secara terang-terangan melanggar hukum internasional (dan) hukum humaniter internasional, Israel sebagai negara demokrasi mempunyai standar yang lebih tinggi, seperti yang diterapkan oleh semua negara demokrasi pada diri mereka sendiri."

“Jadi kami telah memperjelas bahwa prinsip-prinsip hukum internasional seperti proporsionalitas, perbedaan, dan kehati-hatian harus dijunjung tinggi oleh Israel," terangnya.

Ia mengatakan, hilangnya nyawa tak berdosa di Gaza merupakan hal yang mengerikan dan harus dihentikan.

Watts menegaskan, gencatan senjata yang berkelanjutan harus mencakup kembalinya sandera dan penghentian serangan roket dari Hamas ke Israel.

Pernyataan Netanyahu Mengecewakan

Menteri Pertahanan Inggris, Grant Shapps, juga mengatakan pernyataan Netanyahu mengecewakan, meskipun hal tersebut tidak mengejutkan.

Komentar tersebut akan mengurangi harapan di beberapa kalangan bahwa krisis Gaza dapat mengakibatkan para pemimpin Israel dan Palestina memulai kembali perundingan diplomatik dan memulai proses perdamaian yang terbengkalai.

Sebelumnya, Netanyahu menegaskan posisinya, yang telah ia pegang selama sebagian besar karier politiknya dan diulangi pada awal pekan ini.

“Dalam percakapannya dengan Presiden Biden, Perdana Menteri Netanyahu menegaskan kembali kebijakannya bahwa setelah Hamas dihancurkan, Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas Gaza untuk memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel, sebuah persyaratan yang harus dipenuhi, bertentangan dengan tuntutan kedaulatan Palestina," kata Kantor PM Israel, Sabtu (20/1/2024), dikutip dari BBC.

Netanyahu berkali-kali menyatakan penolakannya terhadap negara Palestina mana pun sejak melancarkan perang di Gaza.

Namun, Israel tetap mengikuti sikap pemerintahan Joe Biden mengenai masalah tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) saat menyambut Presiden AS Joe Biden setibanya di bandara Ben Gurion Tel Aviv pada 18 Oktober 2023. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) saat menyambut Presiden AS Joe Biden setibanya di bandara Ben Gurion Tel Aviv pada 18 Oktober 2023. (AFP/BRENDAN SMIALOWSKI)

Sementara itu, Netanyahu sempat melakukan percakapan telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

AS yakin solusi dua negara sangat penting bagi stabilitas jangka panjang.

Namun, pada pekan ini, Gedung Putih mengakui pemerintah AS dan Israel melihat sesuatu secara berbeda.

Joe Biden menegaskan solusi dua negara masih mungkin dilakukan dengan Netanyahu.

"Ada beberapa jenis solusi dua negara. Ada sejumlah negara anggota PBB yang tidak memiliki militer sendiri," ujarnya, Minggu (21/1/2024).

Pembicaraan perdamaian yang didukung AS menuju apa yang disebut “solusi dua negara” yang akan menjadikan Israel hidup berdampingan dengan negara Palestina di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dan Yerusalem Timur, gagal satu dekade lalu.

Update Konflik Palestina-Israel

Diberitakan Al Jazeera, setidaknya 190 orang tewas dan 340 luka-luka di Gaza selama 24 jam terakhir.

Puluhan orang dilaporkan tewas di kota selatan Khan Younis yang terkepung ketika pasukan Israel menargetkan rumah sakit, ambulans, dan sekolah tempat ribuan warga sipil berlindung.

Dr Ahmed al-Moghrabi, kepala bedah plastik dan luka bakar di Rumah Sakit Nasser Khan Younis, mengatakan "ada pengeboman di sekitar kita”.

Setidaknya 25.295 orang telah tewas dan 63.000 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas 7 Oktober mencapai 1.139 orang.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Editor: Nanda Lusiana Saputri

Tag:  #australia #kecewa #netanyahu #tolak #seruan #pembentukan #negara #palestina #merusak #prospek #perdamaian

KOMENTAR