Jantung Bergetar, Bukan Berdenyut: Ancaman Aritmia yang Sering Tak Disadari
- Kematian mendadak pada usia muda, bahkan pada orang yang tampak sehat, kini menjadi perhatian serius di dunia medis. Salah satu penyebab terselubungnya adalah aritmia, gangguan irama jantung yang sering luput dari deteksi dini.
Aritmia sendiri berasal dari kata A dan ritmia. A itu biasanya tidak atau tidak beraturan, ritimia itu ritme jantung. Jadi, aritmia itu denyut jantung yang tak beraturan.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi di RS Premier Bintaro, dr. Beny Hartono, menjelaskan bahwa aritmia bisa menyerang siapa saja, tidak hanya orang tua atau pasien penyakit jantung, bahkan seorang atlet sekalipun.
“Pemain bola kan sehat tuh. Bisa kolaps tiba-tiba di lapangan. Biasanya kenapa? serangan jantung kan, tersumbat pembuluh darahnya. Biasanya jarang tuh pemain bola terkena serangan jantung,” kata Beny dalam Media Gathering RS Premier Bintaro dalam rangka World Heart & Stroke Day di Jakarta, Selasa (4/11).
Ia menambahkan, fungsi utama jantung sendiri sejatinya memompa darah ke seluruh tubuh. Proses ini berlangsung karena adanya sistem listrik alami di dalam jantung.
Sementara itu, denyut jantung orang normal berada di angka 60-100 kali per menit. Jika tak teratur maka hampir dipastikan ada kelainan jantung, meskipun pada keadaan tertentu denyut jantung bisa saja kurang dari 60 seperti dalam kondisi tidur dan istirahat.
“Jantung itu ada listriknya. Sumbernya di serambi kanan. Dia menyalurkan listrik ke seluruh jantung sehingga jantung itu bisa berdenyut. Jadi setelah sampai ke bilik, baru jantung itu bisa denyut. Kalau nggak ada listriknya, jantung itu akan diem. Kalau listriknya terputus akan diem dia,” jelasnya.
Dalam kondisi tertentu, pada jantung bisa terjadi gangguan listrik yang berakibat fatal. Beberapa kasus mendadak pada atlet, seperti yang terjadi pada pemain sepak bola muda, sering kali disebabkan oleh ventricular fibrillation atau getaran cepat pada otot jantung.
“Atlet-atlet itu karena ototnya terlalu tebal, itu listrik jantungnya jadi concern, sehingga ada serang-serangan aritmia. Irama jantungnya jadi cepat sekali, biasa jantung hanya berdenyut dia bergetar. Kalau bergetar itu nggak ada darah yang dipompakan, terutama ke otak nih. Beberapa menit aja nggak ada darah ke otak, pasien meninggal,” ungkap dia.
Ia mencontohkan kasus pemain sepak bola Denmark, Christian Eriksen, yang sempat kolaps di lapangan akibat gangguan irama jantung. Namun nasibnya baik lantaran berhasil selamat berkat tindakan cepat dan pemasangan alat ICD (Implantable Cardioverter Defibrillator).
“Biasanya kita akan pasang namanya alat pacu jantung. Jadi alatnya kecil, nanti ada kabelnya, kabel dimasukan melalui pembuluh darah sampai ke jantung. Fungsinya selain untuk pacu dia juga bisa memberikan kejut listrik di dalam jantung tadi,” jelasnya.
Selain irama jantung yang terlalu cepat (takikardia), aritmia juga bisa berupa detak jantung yang terlalu lambat (bradikardia) atau tidak teratur (fibrilasi atrium). Gejalanya bisa beragam, mulai dari pusing, pingsan, keringat dingin, hingga sesak napas.
Untuk kasus bradikardia, salah satu terapi yang umum dilakukan adalah pemasangan alat pacu jantung (pacemaker) agar ritme jantung kembali normal. Sementara pada kasus irama cepat, bisa dilakukan tindakan kateter ablasi, prosedur non-bedah untuk menormalkan jalur listrik jantung.
Bradikardia sendiri ditandai dengan detak jantung kurang dari 60 kali per menit dan umumnya ditangani dengan alat pacu jantung untuk menstimulasi aktivitas listrik. Takikardia terjadi saat jantung berdetak lebih dari 100-150 kali per menit sehingga jantung hanya bergetar tanpa memompa darah dan membutuhkan tindakan defibrilasi atau kejutan listrik.
Ia juga menekankan pentingnya deteksi dini, terutama bagi keluarga yang memiliki riwayat kematian mendadak pada usia muda.
“Yang penting check up aja nih kalau ada di rumah keluarga teman-teman yang pernah usia muda, kematian jantung mendadak, tiba-tiba lagi sehat sudah nggak ada. Nah itu keluarganya harus diperiksa tuh semuanya untuk discreening apakah ada kelainan genetik,” tukas dia.
Tag: #jantung #bergetar #bukan #berdenyut #ancaman #aritmia #yang #sering #disadari