



Apakah Stres Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter…
Setiap orang pasti pernah mengalami stres dalam hidupnya, meski dalam tingkat yang berbeda-beda.
Mengutip laporan Ipsos untuk Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 2024, di atas tiga dari lima orang atau rata-rata 62 persen dari 31 negara dilaporkan mengalami stres yang bisa berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Ketika diliputi stres, terkadang membuat kita tidak mampu melakukan aktivitas harian seperti biasa. Jika demikian, apakah stres berbahaya?
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ mengatakan bahwa sebenarnya stres adalah tanda seseorang menghadapi tantangan atau ancaman.
“Jadi, bukan sesuatu yang pasti bermasalah,” ujar Jiemi kepada Kompas.com pada Minggu (15/6/2025).
Namun, pada tingkat tertentu, stres bisa menyebabkan masalah lebih serius dan membutuhkan pertolongan ahli kejiwaan.
Artikel ini selanjutnya akan mengulas lebih lanjut tentang stres dan tanda bahayanya.
Stres sebagai reaksi alami
Mengutip Cleveland Clinic, stres merupakan reaksi alami tubuh pada setiap orang saat terjadi perubahan atau tantangan.
Tubuh dirancang untuk mengalami stres dan bereaksi terhadapnya.
Saat seseorang mengalami perubahan atau tantangan, yang disebut juga stresor, tubuh akan menghasilkan respons fisik dan mental. Itulah yang disebut stres.
Respons stres membantu tubuh menyesuaikan diri dengan situasi baru.
Stres bisa bersifat positif, misalnya membuat seseorang tetap waspada, termotivasi, dan siap menghindari bahaya.
Namun, stres menjadi masalah jika pemicu stres terus berlanjut tanpa ada kelegaan atau periode relaksasi.
Ketika stres menjadi bahaya
Jiemi mengatakan bahwa stres bisa berbahaya ketika sudah tidak adaptif.
“Misalnya kalau anaknya nangis dan dia membentak anaknya sambil memukul, maka sudah tidak adaptif, sudah mengganggu sekitar jadinya,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa respons tubuh yang sudah tidak adaptif terhadap stres akan memunculkan distress atau penderitaan, bisa pada individu tersebut atau pada individu di sekitarnya.
“Dalam kondisi yang berat bisa menimbulkan disability atau masalah dalam melakukan aktivitas. Jadi, diam saja tidak bisa ngapa-ngapain,” terangnya.
Selanjutnya, tanda stres sudah berbahaya ketika sudah memengaruhi kondisi fisik.
Jiemi mengatakan, tanda stres yang muncul secara fisiologis bisa meliputi susah tidur, nyeri kepala, migrain, nyeri tengkuk, nyeri otot, yang berkelanjutan.
“Stres juga bisa memperburuk keadaan penyakit fisik seseorang, seperti diabetes, hipertensi, jadi susah turun tensinya atau susah turun gulanya. Atau kecemasan pada orang dengan sakit jantung,” ungkapnya.
Jika hal-hal tersebut sudah terjadi, ia mengatakan, itu tanda stres sudah berbahaya dan membutuhkan pertolongan ahli kejiwaan profesional.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa stres yang berbahaya sering kali muncul dari jenis stres kronis atau yang berlangsung jangka panjang.
“Yang dikhawatirkan justru yang jangka panjang dan tidak tertangani dengan baik. Itu yang memunculkan respons kesehatan,” ucapnya.
“Atau bisa juga yang pendek, tapi sangat besar. Yang besar walaupun pendek itu bisa (memicu respons kesehatan yang berbahaya),” imbuhnya.
Ia mencontohkan stres akut, seperti saat orang terdekat meninggal dunia, mendadak disabilitas karena kecelakaan, menjadi korban begal atau pelecehan, serta setelah mengalami bencana alam.