Mitos atau Fakta, Lari Bisa Merusak Lutut? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
Banyak orang percaya bahwa lari dapat merusak lutut dan meningkatkan risiko osteoartritis. Faktanya, banyak penelitian justru menunjukkan bahwa lari tidak hanya aman, tetapi juga dapat memperkuat lutut dan meningkatkan kesehatan sendi.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa 29% masyarakat umum percaya bahwa sering berlari dapat merusak lutut, dan 54% berpikir bahwa lari jarak jauh lebih berbahaya. Menariknya, ketika dibandingkan dengan pendapat tenaga medis, lebih banyak profesional kesehatan yang justru melihat lari sebagai aktivitas yang bermanfaat bagi kesehatan lutut.
Lalu, bagaimana sebenarnya hubungan antara lari dan kesehatan lutut? Apakah benar bahwa berlari meningkatkan risiko osteoartritis, atau justru sebaliknya? Mari kita kupas lebih dalam mitos dan fakta seputar dampak lari terhadap kesehatan sendi, dikutip dari The Guardian, Rabu (5/2).
Mitos atau Fakta, Lari Bisa Merusak Lutut?
Menurut Richard Blagrove, dosen senior di bidang fisiologi di Loughborough University, anggapan bahwa lari menyebabkan osteoartritis adalah mitos. Penelitian menunjukkan bahwa pelari memiliki tingkat osteoartritis lutut dan pinggul yang tiga kali lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak berlari sama sekali.
Bahkan, pelari kompetitif memiliki risiko osteoartritis empat kali lebih rendah. Ini disebabkan oleh efek positif lari dalam memperkuat otot di sekitar sendi lutut, meningkatkan kepadatan tulang, serta menjaga kesehatan tulang rawan.
Studi yang mengamati lebih dari 115.000 peserta menunjukkan bahwa lari justru dapat melindungi sendi dari kerusakan. Ketika seseorang berlari, terjadi sedikit stres pada otot, tendon, dan tulang rawan, tetapi tubuh merespons dengan memperbaikinya menjadi lebih kuat dan lebih sehat.
Meski begitu, bukan berarti pelari bisa terbebas dari cedera lutut. Patellofemoral pain syndrome atau nyeri di sekitar tempurung lutut sering dialami oleh pelari, terutama pemula yang meningkatkan intensitas atau jarak lari terlalu cepat.
Cedera ini juga bisa disebabkan oleh teknik lari yang kurang tepat atau pemilihan sepatu yang tidak sesuai. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan durasi dan intensitas latihan secara bertahap agar tubuh dapat beradaptasi.
Bagaimana Mengurangi Risiko Cedera Lutut Saat Berlari?
Jika ingin memulai kebiasaan berlari tanpa risiko cedera, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
-
Mulai Secara Bertahap – Jangan langsung berlari dalam jarak jauh atau intensitas tinggi. Mulailah dengan berjalan cepat, kemudian tingkatkan kecepatan secara bertahap.
-
Gunakan Sepatu yang Tepat – Sepatu lari yang sesuai dengan bentuk kaki dan teknik lari dapat membantu mengurangi tekanan pada lutut.
-
Perkuat Otot Penopang Lutut – Latihan kekuatan pada otot paha, betis, dan pinggul dapat membantu menopang lutut dan mencegah cedera.
-
Istirahat dan Pemulihan – Jika mengalami nyeri lutut, berikan waktu bagi tubuh untuk pulih dengan cukup istirahat dan peregangan.
Bagi mereka yang memiliki kondisi lutut seperti osteoartritis, lari mungkin dapat memperburuk gejala karena berkurangnya bantalan tulang rawan pada sendi. Dalam kondisi seperti ini, olahraga berdampak rendah seperti berjalan, bersepeda, atau berenang bisa menjadi alternatif yang lebih aman. Konsultasi dengan dokter atau fisioterapis dapat membantu menentukan program latihan yang paling sesuai.
Michael Fredericson, MD, dari Stanford University, menyarankan agar orang yang baru mulai berlari di usia 50 tahun ke atas lebih dulu membangun kebugaran melalui latihan penguatan inti dan otot pinggul sebelum benar-benar mulai berlari.
***
Tag: #mitos #atau #fakta #lari #bisa #merusak #lutut #berikut #penjelasan #ilmiahnya