Beras Alami Deflasi 0,45 Persen di 26 Provinsi, BPS Ungkap Penyebabnya
Menko Pangan Zulkifli Hasan Mengecek stok beras di Gudang Bulog, Jakarta Utara, Senin (4/11). (Nurul Fitriana/JawaPos.com)
21:27
2 Desember 2024

Beras Alami Deflasi 0,45 Persen di 26 Provinsi, BPS Ungkap Penyebabnya

- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas beras mengalami deflasi atau mengalami penurunan di 26 provinsi tanah air. Deflasi beras per November 2024 tercatat sebesar 0,45 persen dengan andil sebesar 0,02 persen.   “Komoditas beras mengalami deflasi sebesar 0,45 persen, dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen pada November 2024,” kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/12).   Amalia menjelaskan, penurunan harga beras terdalam terjadi di Papua Pegunungan yang mengalami deflasi beras hingga sebesar 4,64 persen. Ia menyebut memasuki periode November harga beras memang kerap mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya jika mengacu pada tiga tahun terakhir.  

  Namun, deflasi beras baru tercatat pada November 2024 ini. Sebelumnya, komoditas beras masih mengalami inflasi 0,37 persen pada November 2022, dan sebesar 0,43 persen di November 2023. Adapun menurut catatan BPS, inflasi beras masih terjadi di delapan provinsi, dengan inflasi tertinggi berada di Jambi sebesar 1,17 persen.   “Secara historis tekanan inflasi komoditas beras di bulan November menunjukan penurunan dibandingkan dengan kondisi Oktober. Hal ini terjadi pada 3 tahun terakhir, 2022-2024,” jelas Amalia.   Lebih lanjut, Amalia membeberkan bahwa penyebab terjadinya deflasi beras pada November ini disebabkan oleh penurunan harga yang terjadi di komoditas gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG), beras medium, dan premium.   Menurutnya, penurunan ini terjadi karena ada terjadi panen di beberapa sentra produksi selama November 2024 di beberapa daerah. “Secara nasional penurunan harga GKP terdalam memang ada di Bali dan Jambi. Bali terjadi peningkatan stok karena memang terjadi panen Tabanan, Jambi ini terlihat banyak stok gabah di penggilingan,” bebernya.  

  Selain itu, adanya panen juga membuat stok di penggilingan menjadi melimpah. Amalia menilai hal tersebutlah yang membuat harga gabah di tingkat penggilingan mengalami penurunan.   Oleh sebab itu, dengan menurunnya harga gabah di tingkat petani dan melimpahnya stok beras di penggilingan memicu penurunan harga atau deflasi pada harga beras.   Berdasarkan data yang dimiliki BPS, harga Gabah Kering Panen (GKP) mengalami penurunan 1,86 persen pada November 2024, kemudian Gabah Kering Giling (GKG) juga mengalami penurunan 1,48 persen di November dibandingkan Oktober 2024.   Sementara itu, harga beras di penggilingan juga tercatat mengalami penurunan 1,23 persen pada November dibandingkan Oktober. Hal yang sama juga terjadi pada harga beras di tingkat grosir yang tercatat turun 0,81 persen dan di tingkat eceran turun 0,45 persen.

Editor: Bintang Pradewo

Tag:  #beras #alami #deflasi #persen #provinsi #ungkap #penyebabnya

KOMENTAR