Produktivitas Rendah Hambat Daya Saing, Menaker Tekankan Transformasi SDM dan Industri
Menaker Yassierli pada Indonesia Productivity Summit 2025 di Jakarta, Jumat (12/12). (Nanda Prayoga/JawaPos.com)
06:09
13 Desember 2025

Produktivitas Rendah Hambat Daya Saing, Menaker Tekankan Transformasi SDM dan Industri

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menekankan bahwa peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan faktor krusial bagi Indonesia untuk memperkuat daya saing ekonomi di tengah kompetisi global yang semakin menantang.

Menurut Yassierli, produktivitas berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, selain peran investasi dan penciptaan lapangan kerja, sehingga perlu menjadi perhatian utama dalam kebijakan jangka panjang pemerintah.

“Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas. Kalau produktivitas naik, daya saing kita juga akan meningkat,” kata Yassierli pada Indonesia Productivity Summit 2025 di Jakarta, Jumat (12/12).

Ia menjabarkan bahwa data menunjukkan produktivitas tenaga kerja Indonesia masih berada di bawah rata-rata kawasan ASEAN, meskipun dalam beberapa tahun terakhir tren peningkatannya menunjukkan perbaikan.

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat produktivitas tenaga kerja Indonesia pada 2022 berada di kisaran 26,6 ribu dolar Amerika Serikat (AS) per pekerja, lebih rendah dari rata-rata ASEAN yang mencapai sekitar 30,2 ribu dolar AS per pekerja.

Yassierli juga menyampaikan bahwa pertumbuhan produktivitas Indonesia sebenarnya sejalan dengan Malaysia dan Thailand, namun masih tertinggal dari negara-negara seperti Tiongkok, Vietnam, dan India pada periode yang sama. 

Ia menilai kondisi ini dipengaruhi oleh komposisi tenaga kerja nasional yang mayoritas masih berpendidikan maksimal SMA, yakni sekitar 85-86 persen dari total pekerja. Selain itu, ia menekankan besarnya jumlah pekerja informal, sekitar 60 persen, yang turut membatasi percepatan peningkatan produktivitas secara nasional.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Yassierli menyatakan bahwa pemerintah akan memperkuat pendekatan bottom-up melalui program peningkatan produktivitas langsung di tingkat perusahaan, sebagai pelengkap kebijakan top-down seperti industrialisasi dan hilirisasi.

“Pendekatan bottom-up ini penting karena perbaikan produktivitas di level perusahaan, jika dilakukan secara luas, akan berdampak signifikan terhadap produktivitas nasional,” ujar dia.

Sebagai informasi, Kementerian Ketenagakerjaan menggelar Indonesia Productivity Summit 2025 di JIEXPO Convention Center and Theater. 

Dengan mengangkat tema “Driving Innovation, Productivity, and Human Capital: Indonesia’s Path to Global Competitiveness 2045,” forum ini menjadi ajang penting bagi kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pelaku industri, akademisi, serta komunitas profesional. Tujuannya adalah memperkuat ekosistem peningkatan produktivitas nasional sebagai landasan daya saing tenaga kerja dan sektor industri menuju Indonesia Emas 2045.

Indonesia Productivity Summit ditetapkan sebagai forum strategis Kementerian Ketenagakerjaan melalui Direktorat Jenderal Bina Pelatihan Vokasi dan Produktivitas. Dukungan penuh dari Menaker Yassierli, semakin menegaskan bahwa produktivitas harus digerakkan sebagai upaya nasional yang besar, inklusif, dan berkesinambungan. 

Dalam arahannya, Yassierli juga menekankan bahwa peningkatan produktivitas tidak hanya berkaitan dengan ekonomi, tetapi juga menjadi elemen penting dalam pembangunan kualitas manusia, transformasi industri, serta peningkatan daya saing global Indonesia.

Pelaksanaan Indonesia Productivity Summit 2025 menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam kompetisi global, sekaligus mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang. (*)

Editor: Dinarsa Kurniawan

Tag:  #produktivitas #rendah #hambat #daya #saing #menaker #tekankan #transformasi #industri

KOMENTAR