Proyeksi IHSG Hari Ini: Ada Peluang Rebound
Ilustrasi saham, pergerakan saham. (SHUTTERSTOCK/SHUTTER_O)
08:24
17 November 2025

Proyeksi IHSG Hari Ini: Ada Peluang Rebound

- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang bangkit pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Senin (17/11/2025).

Akhir pekan lalu IHSGditutup melemah tipis 0,02 persen ke level 8.370 akibat dominasi tekanan jual.

Analis Teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengatakan pergerakan IHSG yang masih berada dalam fase konsolidasi dinilai membuka ruang rebound terbatas.

Dalam skenario terbaik, IHSG diperkirakan masih berada pada bagian wave (iii) dari wave [iii], sehingga peluang penguatan menuju area 8.487-8.539 dinilai cukup terbuka pada perdagangan hari ini.

Struktur teknikal tersebut menunjukkan bahwa pelemahan yang terjadi sebelumnya masih tergolong wajar dan menjadi bagian dari pola kenaikan yang lebih besar.

Meski demikian, pelaku pasar tetap perlu mencermati potensi koreksi lanjutan, khususnya pada rentang 8.279-8.332, yang menjadi area penting untuk menentukan kekuatan tren penguatan IHSG ke depan.

Best case (hitam), IHSG masih berada pada bagian dari wave (iii) dari wave [iii], sehingga IHSG masih berpeluang menguat ke rentang area 8.487-8.539. Cermati area 8.279-8.332 sebagai area koreksi berikutnya,” ujar Herditya dalam analisis hariannya.

Adapun level teknikal IHSG saat ini berada pada support 8.332, 8.276 dan resistance 8.488, 8.532.

Sebaliknya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus alias Nico, memperkirakan IHSG berpotensi melemah terbatas dengan support dan resistance 8.310-8.410, di tengah meningkatnya tekanan dari eksternal maupun melemahnya momentum pemulihan ekonomi global.

“Berdasarkan analisis teknikal, kami melihat IHSG berpotensi melemah terbatas dengan support dan resistance 8.310-8.410,” katanya.

Sejumlah indikator ekonomi utama dari China hingga Amerika Serikat memicu kehati-hatian pelaku pasar, meski potensi rotasi dana asing ke pasar saham domestik turut membuka ruang stabilisasi bagi IHSG.

Dari China, badai pelemahan ekonomi kembali menghantam. Data Retail Sales YoY turun dari 3 persen menjadi 2,9 persen, disusul Industrial Production YoY yang merosot dari 6,5 persen menjadi 4,9 persen.

Pelemahan semakin nyata ketika Fixed Assets Ex Rural YTD YoY jatuh lebih dalam, dari -0,5 persen menjadi -1,7 persen, penurunan terdalam dalam 10 bulan pertama tahun ini.

Indikator ini mencerminkan lemahnya investasi pada infrastruktur, pabrik, hingga properti non-pedesaan, sehingga memberi sinyal bahwa aktivitas ekonomi Tiongkok melambat lebih cepat dari perkiraan.

Investasi sektor properti juga kembali tertekan, dengan Property Investment YTD YoY turun dari -13,9 persen menjadi -14,7 persen.

Pelemahan yang berlangsung sejak 2021 ini memperlihatkan bahwa kepercayaan investor, permintaan domestik, hingga penyaluran kredit belum pulih meski pemerintah menggelontorkan stimulus 500 miliar yuan.

Dari Amerika Serikat, pasar menantikan kepastian pembukaan pemerintahan pada Kamis mendatang, yang diperkirakan meningkatkan volatilitas.

Sejumlah data penting akan dirilis pekan ini, mulai dari inflasi, Initial Jobless Claims, Nonfarm Payrolls, hingga publikasi FOMC Meeting Minutes pada 20 November.

Pasar semakin sensitif terhadap angka pengangguran AS, terutama jika mendekati atau melebihi 5 persen.

Sementara dari Eropa, inflasi diproyeksikan stabil di kisaran 2,1 persen YoY.

Jepang juga merilis data PDB di tengah ekspektasi pertumbuhan negatif.

Dalam negeri, pelaku pasar menunggu keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19 November sebagai katalis domestik utama.

Bank Indonesia (BI) mencatat capital outflow sebesar Rp 3,79 triliun pada pekan kedua November 2025.

Tekanan berasal dari pasar SBN (Rp 6,33 triliun) dan SRBI (Rp 1,39 triliun), sedangkan pasar saham justru mencatat net buy Rp 3,92 triliun.

Menariknya, premi risiko Indonesia justru menurun, tecermin dari turunnya CDS 5 tahun ke 73,51 bps dari 76,05 bps sebelumnya.

Hal ini menunjukkan arus keluar lebih mencerminkan rotasi portofolio, bukan penarikan dana secara total.

Sepanjang 2025, investor asing telah mencatatkan jual neto Rp 37,24 triliun di saham, Rp 6,45 triliun di SBN, dan Rp 140,40 triliun di SRBI.

BI menegaskan akan terus memperkuat bauran kebijakan dan koordinasi untuk menjaga stabilitas eksternal di tengah tekanan global akibat kenaikan yield obligasi AS dan penguatan dollar.

Lalu emiten apa saja yang bisa dicermati pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini? Simak rekomendasi saham dari para analis ini:

1. MNC Sekuritas
- ESSA buy on weakness. Secara teknikal, ESSA berada di awal wave ii dari wave.
- HRTA speculative buy. HRTA saat ini berada pada bagian dari wave (a) dari wave [b].
- SSMS buy on weakness kembali menjadi pilihan. SSMS berada dalam fase wave v dari wave (c) dari wave [b].
- WINS buy on weakness. Saham ini berada di awal wave Y dari wave (B).

2. Pilarmas Investindo Sekuritas
- DOOH support di level 154 dan resistance di 172. Dengan target harga di Rp 170.
- PANI  support di 14.525 dan resistance di 15.200. Target pergerakannya berada pada kisaran 15.175.
- CPIN  support di 4.720 serta resistance di 4.900. Target pergerakan harga ditetapkan di 4.880.

Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Semua rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.

Tag:  #proyeksi #ihsg #hari #peluang #rebound

KOMENTAR