Jurus Disiplin dan Kehati-hatian Fiskal Prabowo Dinilai Jaga Stabilitas Perekonomian Indonesia
Ekonom Global Shan Saeed mengungkapkan pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada di kisaran 5,0%–5,8%, menempatkan Indonesia sebagai salah satu ekonomi dengan kinerja terbaik di Asia.
Hal itu ditopang doktrin stabilitas makroekonomi Presiden Prabowo Subianto—kombinasi disiplin antara kehati-hatian fiskal, kendali inflasi, dan ekspansi industri jangka panjang.
"Disiplin fiskal menjadi kekuatan utama. Pemerintah menjaga defisit anggaran di sekitar 2,7% terhadap PDB, sementara rasio utang publik dipertahankan di bawah 40%, mempertegas rekam jejak Indonesia sebagai negara dengan tata kelola makro yang stabil di tengah melemahnya posisi fiskal banyak negara di dunia," ujarnya dalam keterangan, Jumat (14/11).
Menurut Saeed, pemerintah fokus pada tiga variabel ekonomi stabilitas makroekonomi, tanggung jawab fiskal, dan kredibilitas pertumbuhan jangka panjang.
"Inflasi tetap terjaga. Inflasi inti diproyeksikan berada dalam rentang 2,5%–3,2%, mencerminkan sikap moneter yang terukur dari Bank Indonesia dan normalisasi rantai pasok. Stabilitas harga ini meningkatkan visibilitas bagi pelaku usaha, rumah tangga, dan investor," ujarnya.
Selain itu, rupiah menjadi jangkar kepercayaan baru. Dengan pergerakan di kisaran Rp15.200–16.000 per dolar AS, menurutnya, stabilitas nilai tukar mencerminkan perbaikan neraca transaksi berjalan, manajemen devisa yang disiplin, penerimaan komoditas yang terdiversifikasi, serta arus modal masuk yang menguat.
"Di tengah volatilitas global, rupiah muncul sebagai salah satu mata uang paling stabil di kawasan," ungkapnya.
Penanaman Modal Asing (PMA/FDI) terus menunjukkan percepatan. Sepanjang 2025, FDI diperkirakan mencapai USD 52–57 miliar, ditopang oleh komitmen besar pada hilirisasi mineral, baterai kendaraan listrik, petrokimia, pusat data, hingga manufaktur berat. Sektor manufaktur menyumbang 38%–42% dari total FDI—tanda pergeseran struktural Indonesia ke orbit industri bernilai tambah tinggi.
Manufaktur tetap menjadi mesin utama pertumbuhan. Output industri tumbuh 4,5%–5,5%, didorong oleh lonjakan impor barang modal, kawasan industri baru, dan diversifikasi rantai pasok dari Asia Timur. Hilirisasi nikel, tembaga, dan bauksit memperkuat ekspor bernilai tambah, sekaligus meletakkan dasar industrialisasi jangka panjang.
Di samping itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mendapatkan dukungan arus masuk investor asing, ditopang oleh kinerja emiten yang solid dan likuiditas domestik yang tangguh. Cadangan devisa tetap tinggi—USD 140–145 miliar—memberikan bantalan kuat terhadap risiko eksternal.
Yang paling menentukan, kata dia, kepercayaan investor terus menguat. Kombinasi stabilitas rupiah, disiplin makro, kapasitas manufaktur yang mengembang, serta rezim investasi yang kredibel menempatkan Indonesia sebagai standout performer di Asia Tenggara.
"Doktrin Stabilitas Makro Prabowo bukan sekadar slogan. Ini adalah arsitektur strategis yang mulai membentuk lintasan baru ekonomi Indonesia—memperkuat fundamental, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memposisikan Indonesia sebagai kekuatan industri baru di Asia. “Indonesia First” menjadi tema kunci kepemimpinan ekonomi Presiden Prabowo," pungkasnya.
Tag: #jurus #disiplin #kehati #hatian #fiskal #prabowo #dinilai #jaga #stabilitas #perekonomian #indonesia