Bitcoin Hari Ini Jatuh ke USD 95.000, Apakah Pasar Kripto Masuk Bear Market?
Pasar kripto kembali berada di bawah tekanan berat pada Jumat (14/11) setelah Bitcoin merosot di bawah USD 95.000 (Rp 1,58 miliar), memperdalam koreksi lebih dari 24% dari rekor puncaknya lima minggu lalu. Tekanan jual besar, outflow ETF, hingga dominasi penjual di derivatif membuat banyak analis mempertanyakan apakah pasar kripto telah resmi memasuki fase bear market.
Dikutip dari Decrypt, Jumat (14/11), Bitcoin jatuh lebih dari 8% dalam sehari dan memicu gelombang likuidasi lebih dari USD 1,24 miliar (Rp 20,7 triliun) dalam 24 jam. Dari jumlah tersebut, posisi long menjadi korban terbesar, seiring meningkatnya tekanan jual dari investor besar (whale) dan turunnya minat institusional maupun ritel terhadap perdagangan spot.
Sentimen bearish ini juga terlihat di pasar global. Indeks S&P 500 turun hampir 1% pada sesi pra-pasar, sementara harga emas ikut turun 2,76%, menandakan aversi risiko meluas ke seluruh kelas aset.
Bitcoin kini turun lebih dari 10% dibanding awal pekan, dan jika ditutup merah lagi, ini akan menjadi tiga pekan berturut-turut BTC mencetak candle mingguan negatif. Kejatuhan ini juga tercermin di pasar prediksi Myriad, di mana peluang BTC menyentuh USD 115.000 sebelum USD 85.000 anjlok dari 71% menjadi hanya 46% dalam empat hari.
Menurut Adam Chu, peneliti utama di platform analitik derivatif GreeksLive, tren jangka pendek hingga tiga bulan terakhir menunjukkan sinyal yang jelas. “Melihat pergerakan pasar dalam tiga bulan terakhir, kita harus menyimpulkan bahwa kita sedang berada dalam bear market,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa dominasi opsi put makin kuat setelah BTC kehilangan support USD 100.000.
Analisis CryptoQuant juga menunjukkan kondisi serupa. Maarten Regterschot, analis terverifikasi CryptoQuant, menyebut delapan dari sepuluh indikator on-chain kini berada di zona bearish. “Dari likuiditas stablecoin yang menyusut hingga aktivitas jaringan yang turun dan modal keluar dari derivatif, setup ini mirip dengan akhir 2021 dan awal 2022,” jelasnya.
Di pasar perpetual, open interest terus naik sejak likuidasi masif 10 Oktober yang menghapus USD 19 miliar posisi leverage. Namun cumulative volume delta (CVD) justru menurun, menandakan penjual tetap dominan. Data dari Velo memperlihatkan bahwa short sellers kini memegang kendali di hampir semua pasangan perpetual.
Penurunan Coinbase premium ke angka negatif juga menunjukkan melemahnya permintaan dari pasar Amerika Serikat, yang biasanya menjadi motor utama pembelian spot. Ditambah dengan keluarnya dana institusional dari ETF serta perlambatan akumulasi korporasi, tekanan bearish makin kuat.
Penurunan Bitcoin yang berkelanjutan dari USD 126.000 ke bawah USD 96.000 mendorong terbentuknya pola “death cross,” yakni ketika moving average 50 hari memotong ke bawah MA 200 hari, sinyal teknikal klasik yang menandai melemahnya momentum jangka panjang.
Meski demikian, beberapa analis menilai kondisi ini lebih mencerminkan transisi siklus daripada awal bear market penuh. Shivam Thakral, CEO BuyUCoin, mengatakan bahwa fokus bukan pada mencari puncak atau dasar harga, tetapi memahami kondisi pasar.
“Kita sedang berada dalam fase korektif dalam siklus yang lebih besar,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa katalis berupa data ekonomi, kejelasan regulasi, serta kekuatan on-chain akan menentukan apakah koreksi ini berubah menjadi bear market penuh.
Dengan Bitcoin berada di area sensitif USD 94.000–USD 100.000, pelaku pasar kini menunggu apakah tekanan jual akan mereda atau justru mengonfirmasi perubahan tren menuju bear trend baru.
Disclaimer: Artikel ini disajikan untuk tujuan informasi seputar perkembangan pasar kripto. Bukan merupakan ajakan atau rekomendasi investasi. Aset digital memiliki risiko tinggi, pastikan Anda memahami risikonya sebelum berinvestasi.
Tag: #bitcoin #hari #jatuh #95000 #apakah #pasar #kripto #masuk #bear #market