Daftar Emiten yang Riuh ''Rights Issue'', Pasar Modal Bersiap Sambut Aksi Jumbo
Ilustrasi saham. Sejumlah emiten melakukan aksi korporasi berupa pembelian kembali (buyback) saham dengan nilai besar dalam beberapa waktu terakhir. Analis menilai, tren ini mencerminkan posisi kas emiten yang kuat serta valuasi saham yang masih di bawah nilai wajarnya.(UNSPLASH/TOTOS ADAM)
12:44
13 November 2025

Daftar Emiten yang Riuh ''Rights Issue'', Pasar Modal Bersiap Sambut Aksi Jumbo

- Gelombang rights issue sedang bersiap menggemparkan pasar modal. Sejumlah emiten dari berbagai sektor tengah menyiapkan aksi korporasi yang diperkirakan dapat mengerek aktivitas perdagangan dan menarik perhatian investor besar.

Rights issue bukan perkara asing di bursa, namun daftar emiten yang bersiap mengeksekusinya kali ini mampu mencuri sorotan. Dari teknologi, properti, pertambangan, hingga industri aviasi, masing-masing membawa agenda strategis yang dapat mengubah arah fundamental perusahaan dalam beberapa tahun mendatang.

Berikut deretan emiten yang diprediksi paling “riuh” dan menarik perhatian pelaku pasar.

INET: Rights Issue Rp 3,2 Triliun untuk Ekspansi WiFi-7 dan Kabel Bawah Laut

PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menjadi salah satu emiten paling disorot. Perseroan akan menerbitkan hingga 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 250, dana maksimal Rp 3,2 triliun.

Pemegang saham pengendali, PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara, telah menyatakan siap menyerap Rp 1,78 triliun haknya, sekaligus bertindak sebagai pembeli siaga hingga 5,65 miliar saham, apabila ada porsi HMETD yang tidak terserap.

Sebagian besar dana, yakni Rp 2,8 triliun akan digelontorkan untuk ekspansi jaringan Fiber To The Home (FTTH) berteknologi WiFi-7 melalui anak usaha GPI. Penetrasi jaringan akan difokuskan untuk menggaet 2 juta pelanggan di Bali dan Lombok.

Dana lain akan dialokasikan untuk pelunasan biaya sewa kabel bawah laut (IRU) dan modal kerja pembangunan jaringan di Pulau Jawa.

INET juga akan menerbitkan 3,07 miliar Waran Seri II yang berpotensi menyumbang tambahan dana Rp 921,6 miliar.

Analis Teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengatakan keunggulan INET semakin ditopang oleh implementasi teknologi FTTH berbasis WiFi-7 melalui kolaborasi dengan WIFI IJ.

Penggunaan teknologi generasi terbaru ini memberikan diferensiasi yang kuat dibanding operator incumbent, sekaligus menurunkan risiko perang harga yang sering menekan margin di industri telekomunikasi.

Dengan keunggulan teknologi tersebut, INET diperkirakan dapat mempertahankan margin yang lebih menarik di tengah kompetisi yang semakin ketat.

Dari sisi kinerja, pertumbuhan INET diproyeksikan akan meningkat signifikan. Pendapatan perusahaan diperkirakan melonjak menjadi Rp 916,2 miliar pada tahun kalender 2026 (FY26F), naik tajam dari Rp 123,2 miliar di tahun ini (FY25E).

Laba bersih juga diprediksi meningkat drastis menjadi Rp 281,7 miliar, dibandingkan hanya Rp 13,9 miliar sebelumnya. Hal ini mencerminkan net profit margin (NPM) sebesar 30,7 persen, jauh lebih tinggi dibanding 11,3 persen pada FY25E.

“Kami memproyeksikan pendapatan akan meningkat menjadi Rp916,2 miliar pada tahun buku 2026 (FY26F) dari Rp123,2 miliar pada tahun buku 2025 (FY25E), dengan laba bersih naik signifikan menjadi Rp281,7 miliar (dibandingkan Rp13,9 miliar), yang setara dengan margin laba bersih (NPM) sebesar 30,7 persen (dibandingkan 11,3 persen pada FY25E),” demikian analisa MNC Sekuritas yang diterima Kompas.com, Kamis (13/11/2025).

INET telah menetapkan jadwal lengkap pelaksanaan rights issue. Aksi korporasi ini dimulai dengan masa perdagangan saham terakhir yang masih disertai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), yaitu pada 25 November 2025 untuk pasar reguler dan negosiasi, serta 27 November 2025 untuk pasar tunai.

Selanjutnya, perdagangan saham tanpa HMETD akan dimulai pada 26 November 2025 di pasar reguler dan negosiasi, dan 28 November 2025 di pasar tunai. Adapun pencatatan pemegang saham dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak memperoleh HMETD jatuh pada 27 November 2025.

Periode perdagangan sekaligus pelaksanaan HMETD dijadwalkan berlangsung pada 1-5 Desember 2025. Setelah itu, Waran Seri II yang diterbitkan bersamaan dengan rights issue akan mulai diperdagangkan pada 3 Desember 2025 hingga 1 Desember 2028. Waran tersebut dapat dikonversi menjadi saham baru pada periode 3 Juni 2026 hingga 1 Desember 2028.

CBRE: Rights Issue 48 Miliar Saham untuk Pelunasan Utang hingga Capex

Dari sektor pertambangan, PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) merencanakan rights issue besar dengan menerbitkan hingga 48 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 25 per saham.

Seluruh saham baru tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan memiliki hak yang sama dengan saham lama, termasuk hak atas dividen dan hak suara dalam RUPS. Adapun dana segar akan digunakan untuk membayar utang pihak ketiga, menopang modal kerja, dan menambah armada operasional.

CBRE menegaskan proses rights issue dilaksanakan sesuai ketentuan POJK No. 32/2015, yang mengharuskan adanya persetujuan RUPSLB, penyampaian pernyataan pendaftaran kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta perolehan pernyataan efektif dari regulator.

Perseroan memastikan pelaksanaan PMHMETD akan dilakukan dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

IRSX: Rights Issue 12,39 Miliar Saham dan Penerbitan Waran Seri II

PT Aviana Sinar Abadi Tbk (IRSX) siap menggelar HMETD I dengan penerbitan 12,39 miliar saham baru, setara dengan 66,67 persen modal setelah penambahan.

Perseroan juga menerbitkan 1,86 miliar Waran Seri II, yang dapat dikonversi menjadi saham baru. Setiap pemegang 100 saham baru hasil pelaksanaan HMETD akan memperoleh 15 waran seri II, di mana setiap 1 waran seri I dapat dikonversi menjadi 1 saham perseroan.

WIFI: Rights Issue Rp 5,9 Triliun untuk Jangkau 25 Juta Rumah

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) telah melaksanakan rights issue senilai Rp 5,9 triliun dengan rasio 4:5, yang diumumkan pada April 2025 lalu.

Sebanyak 2,95 miliar saham bakal diterbitkan atau setara 55,56 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh.

Target ambisius WIFI adalah menjangkau 25 juta rumah, dengan 5 juta rumah tersambung pada fase pertama. rights issue ini telah rampung pada Juli lalu, bahkan mencatat oversubscribed atau kelebihan permintaan, menunjukkan tingginya minat investor.

GMFI: Rights Issue Strategis Bernilai Inbreng Rp 5,66 Triliun

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) akan menerbitkan 124,27 miliar saham Seri B sebagai bagian dari rights issue II. Di mana nilai nominal Rp 25 per saham.

Aksi ini mencakup penyetoran modal non-tunai (Inbreng) berupa lahan seluas 972.123 m2 di kawasan Bandara Soekarno-Hatta dari PT Angkasa Pura Indonesia (API). Mencakup area operasional utama Hanggar 1 hingga Hanggar 4, senilai Rp 5,66 triliun dan kemudian diikuti transaksi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

NINE: Targetkan Rights Issue Rp 80 Miliar, Harga Saham Dibidik Rp 500

PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) berencana menggelar rights issue dimulai November 2025 dan rampung paling lambat April 2026 dengan target dana Rp 80 miliar. Perseroan dapat menerbitkan 2,1 miliar saham dari modal dasar 4,2 miliar lembar.

Emiten optimistis harga saham bisa mencapai Rp 500 per lembar menjelang pelaksanaan rights issue, lebih tinggi dari kisaranRp 300- Rp 400 yang diperkirakan sebelumnya.

PANI: Rights Issue Rp 16,73 Triliun

PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), emiten properti milik Sugianto Kusuma atau Aguan, sudah mengumumkan rights issue atau PMHMETD III. Di mana harga pelaksanaan Rp 15.000 per saham.

PANI menargetkan menghimpun dana Rp 16,73 triliun melalui penerbitan 1,12 miliar saham baru. Pemegang saham utama, PT Multi Artha Pratama, menyatakan komitmen penuh melaksanakan haknya sekitar 979 juta saham.

Dana hasil aksi korporasi akan digunakan untuk memperkuat modal dan menambah penyertaan saham pada beberapa entitas, termasuk pembelian 44,1 persen saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK).

Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Semua rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.

Tag:  #daftar #emiten #yang #riuh #rights #issue #pasar #modal #bersiap #sambut #aksi #jumbo

KOMENTAR