Maybank Indonesia Bukukan Laba Sebelum Pajak Rp 1,30 Triliun, Naik 53,9 Persen
Maybank Indonesia bukukan PBT Rp 1,30 triliun, naik 53,9 persen di kuartal III-2025(KOMPAS.com/SUPARJO RAMALAN/DOKUMENTASI MAYBANK INDONESIA )
10:52
5 November 2025

Maybank Indonesia Bukukan Laba Sebelum Pajak Rp 1,30 Triliun, Naik 53,9 Persen

- PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) membukukan laba sebelum pajak (PBT) sebesar Rp 1,30 triliun, naik 53,9 persen di kuartal III-2025.

Laba setelah pajak dan kepentingan nonpengendali (PATAMI) meningkat 77,3 persen menjadi Rp 989 miliar.

Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, mengatakan peningkatan PBT dan PATAMI pada sembilan bulan pertama 2025 didukung oleh pendapatan operasional yang menguat, beban overhead yang terkendali, serta penurunan signifikan pada biaya provisi yang turun signifikan.

Lalu, pendapatan bunga tumbuh 3,2 persen, ditopang oleh peningkatan imbal hasil terhadap loan average balance dan portofolio surat berharga, serta penerapan pricing yang disiplin.

Beban bunga tetap tinggi seiring komposisi dana mahal yang lebih besar, sehingga pendapatan bunga bersih (NII) naik 0,8 persen menjadi Rp 5,37 triliun. Marjin bunga bersih (NIM) tertekan 16 bps year-on-year menjadi 4,3 persen pada sembilan bulan 2025.

“Pendapatan nonbunga (NOII) meningkat 10,7 persen menjadi Rp 1,58 triliun, didukung terutama oleh pendapatan Global Markets (GM) yang naik signifikan 618,3 persen menjadi Rp 300 miliar, disumbang dari perdagangan valas dan efek,” ujar Steffano lewat keterangan pers, Rabu (5/11/2025).

Secara keseluruhan, gross operating income meningkat 2,9 persen menjadi Rp 6,95 triliun. Ia memastikan Maybank Indonesia terus memperluas portofolio kredit segmen utama, yakni UKM, korporasi lokal skala besar, dan ritel.

Berkat upaya ini kredit ritel dan nonritel Community Financial Services (CFS) tumbuh 7,8 persen menjadi Rp 86,05 triliun.

Kredit CFS non ritel naik 10,1 persen menjadi Rp 38,43 triliun, didukung pertumbuhan kredit komersial (business banking) sebesar 18,5 persen, diikuti kredit SME+ yang tumbuh 6,4 persen, dan Retail SME (RSME) yang naik 4,3 persen.

Kredit CFS ritel meningkat 6,1 persen menjadi Rp 47,62 triliun, didukung pertumbuhan 9,6 persen pada pembiayaan otomotif, 2,4 persen pada kredit konsumer (kartu kredit dan KTA), serta 2,1 persen pada kredit pemilikan rumah (KPR).

Kredit segmen Global Banking (GB) untuk korporasi lokal skala besar terus mempertahankan momentum pertumbuhan, yakni 7,7 persen menjadi Rp 11,88 triliun.

Bank menerapkan strategi rebalancing pada portofolio GB sehubungan dengan penurunan 29,8 persen pada low-yielding corporate loans, sehingga total kredit GB turun 19,3 persen.

Sejalan dengan rebalancing, total kredit yang disalurkan bank menurun 1,6 persen menjadi Rp 120,42 triliun. Meski demikian, total kredit ini masih ditopang oleh kinerja segmen CFS ritel dan non ritel yang kuat.

Pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp 3,96 triliun, naik 7,0 persen year-on-year, didorong oleh pembiayaan pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan berkelanjutan yang meningkat 56,1 persen menjadi Rp 338 miliar, serta pembiayaan transportasi ramah lingkungan yang tumbuh 72,0 persen menjadi Rp 314 miliar. Pembiayaan berkelanjutan ini mencakup 20,1 persen dari total kredit bank.

Lebih jauh, total aset meningkat 4,6 persen, didorong oleh kenaikan 28,8 persen pada aset produktif lainnya, terutama dari portofolio surat berharga.

Simpanan nasabah tumbuh 13,2 persen year-on-year. Giro dan tabungan masing-masing tumbuh 19,3 persen dan 0,9 persen, sejalan dengan strategi memperkuat pendanaan yang efisien. Deposito berjangka meningkat 14,4 persen pada sembilan bulan tahun ini. Kemudian, rasio CASA tercatat 52,3 persen pada September 2025.

Platform perbankan digital terus menunjukkan pertumbuhan positif. Transaksi melalui M2U (ritel) meningkat 23,4 persen menjadi lebih dari 22 juta transaksi, sementara M2E (korporasi) naik 12,5 persen menjadi lebih dari 3,7 juta transaksi.

Beban overhead terkendali, dengan kenaikan 3,0 persen year-on-year, didukung upaya berkelanjutan mengoptimalkan operasional bank. Cost-to-income ratio (CIR) tercatat 70,4 persen, turun dari 71,4 persen tahun sebelumnya. Rasio efisiensi operasional (BOPO) menurun menjadi 89,1 persen dibanding 92,3 persen pada periode yang sama tahun lalu, mencerminkan pengelolaan biaya yang disiplin.

Laba operasional sebelum provisi (PPOP) tumbuh 2,8 persen year-on-year menjadi Rp 2,05 triliun, sementara provisi membaik 32,1 persen, sejalan dengan pencadangan pre-emptive yang dibentuk tahun sebelumnya.

Non-performing loan (NPL) berada di level 2,4 persen (gross) dan 1,5 persen (net) pada September 2025, membaik dibanding 2,9 persen (gross) dan 1,7 persen (net) pada September 2024. Saldo NPL turun 17,4 persen year-on-year.

Likuiditas tetap terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 77,5 persen, Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 163,6 persen, jauh di atas ketentuan minimum 100 persen, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebesar 118,7 persen.

Posisi permodalan tetap kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 27,1 persen dan Common Equity Tier 1 (CET1) sebesar 25,9 persen.

Ia mengatakan kinerja top-line Maybank Indonesia pada sembilan bulan 2025 terus menguat. Hal ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang berkelanjutan pada segmen utama, peningkatan pendapatan operasional, dan pengelolaan biaya yang disiplin.

“Melalui portfolio rebalancing, kami menyelaraskan kembali fokus bisnis Bank sejalan dengan strategi super growth, dengan tujuan memberikan nilai berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan,” paparnya.

“Untuk itu, kami akan memperkuat segmen utama, khususnya wealth, otomotif, UKM, dan korporasi lokal besar, yang terus menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan solid di tengah kondisi kredit yang ketat. Demikian juga, segmen Business Banking kami telah terus mempertahankan momentum pertumbuhannya sepanjang tahun,” lanjut Steffano.

Tag:  #maybank #indonesia #bukukan #laba #sebelum #pajak #triliun #naik #persen

KOMENTAR