



Emiten BUMN Tak Lagi Dapat PMN, Ini Rekomendasi Sahamnya
Sejumlah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersiap menghadapi rencana pemerintah yang akan meniadakan Penyertaan Modal Negera (PMN).
Asal tahu saja, Chief Operating Officer (COO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Dony Oskaria mengatakan bahwa ke depan tidak ada lagi PMN kepada perusahaan-perusahaan baik pelat merah maupun swasta.
Meski demikan, Dony mengungkapkan, perusahaan-perusahaan tersebut bakal mendapatkan tambahan maupun penyertaan modal (equity) lewat Danantara melalui hasil pengelolaan BUMN-BUMN.
Perbedaan utama Perum dan Persero terletak pada kepemilikan modal, tujuan usaha, serta fleksibilitas dalam pengelolaan.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto juga resmi mencabut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2022 yang mengatur soal PMN. Sebagai gantinya, saat ini diterbitkan PP Nomor 20/2025 yang diteken pada 6 Mei 2025.
“PP Nomor 34 Tahun 2022 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke dalam Modal Saham PT Waskita Karya Tbk dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,” demikian bunyi Pasal 1 PP No 20/2025.
Sebagai salah satu sektor yang selama ini rutin dapat kucuran PMN, para emiten BUMN Karya pun mendukung dan bersiap menjaga kinerja ke depan.
Corporate Secretary PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Ngantemin mengatakan, pihaknya menyambut baik skema dukungan penyertaan modal melalui Danantara. Langkah tersebut diyakini dapat menjaga keberlanjutan dan mendukung percepatan penyelesaian infrastruktur strategis untuk mewujudkan Asta Cita.
Saat ini, WIKA tengah mengerjakan 29 Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk di Ibu Kota Negara (IKN) yang didukung oleh dana PMN tahun 2024. Asal tahu saja, WIKA dapat PMN Rp 6 triliun pada tahun lalu melalui skema penerbitan saham baru atau rights issue.
Ilustrasi saham, IHSG.
"WIKA fokus menjalankan proyek-proyek yang sedang berjalan dan menjaga kualitas pekerjaan dengan metode lean construction agar operasional proyek dapat berjalan dengan efektif dan efisien," ujarnya kepada Kontan, Kamis (26/6).
Corporate Secretary PT Adhi Karya Tbk (ADHI) Rozi Sparta mengatakan, pihaknya juga mendukung rencana pemerintah melalui Danantara terkait mekanisme PMN.
ADHI tetap optimistis bahwa sinergi dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya akan mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Saat ini, ADHI punya dua proyek yang didanai oleh PMN, yaitu Tol Solo Yogyakarta dan Tol Yogyakarta Bawen.
"PMN diberikan kepada ADHI pada tahun 2022 untuk kebutuhan ekuitas atas penyelesaian 2 proyek tersebut," ujarnya kepada Kontan, Kamis (26/6/2025).
Untuk menjaga kinerja di tengah absennya PMN, ADHI akan terus mengoptimalkan kompetensi inti dan menerapkan prinsip operational excellence untuk memastikan keberhasilan dalam memperoleh proyek baru dan menyelesaikan proyek eksisting.
"ADHI akan mempertimbangkan opsi-opsi strategi keuangan lainnya seperti skema pendanaan lainnya yang bersifat jangka panjang," paparnya.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan melihat, penghentian skema PMN yang digantikan oleh mekanisme penyertaan modal melalui Danantara memberikan arah baru dalam pembiayaan BUMN.
Dengan tidak lagi melalui jalur persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pendanaan ini menawarkan proses yang lebih cepat dan efisien asalkan tetap berbasis parameter yang ketat dan profesional.
Ilustrasi Pasar saham. Ingin tahu kapan waktu terbaik beli saham? Pelajari cara menghitung harga wajar saham agar tak salah langkah investasi.
Dampak dari rencana itu bisa positif terhadap kinerja BUMN, karena emiten pelat merah kini dapat memperoleh akses modal tambahan tanpa membebani fiskal negara.
"Namun, efektivitasnya akan sangat bergantung pada kualitas rencana bisnis dan disiplin evaluasi yang dilakukan oleh Danantara," ujarnya kepada Kontan, Kamis (26/6/2025).
Di tengah transisi kebijakan Danantara, indeks IDX BUMN20 justru mencatat kinerja yang lebih baik dari IHSG. Per 26 Juni 2025, IDX BUMN20 hanya terkoreksi sekitar 0,93 persen YTD, dibandingkan IHSG yang melemah sekitar 2,58 persen.
Penguatan indeks BUMN20 ditopang oleh beberapa emiten BUMN komoditas dan infrastruktur yang sedang terdorong kinerjanya, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), dan PT PP Tbk (PTPP), yang mencatatkan kenaikan signifikan sejak awal tahun.
Memasuki kuartal II dan paruh kedua 2025, Ekky melihat, prospek kinerja BUMN relatif positif. Untuk kuartal II, sektor energi dan bahan baku masih berpeluang mencatat pertumbuhan.Terutama, jika harga komoditas stabil tinggi dan Bank Indonesia (BI) kembali memberi sinyal pelonggaran suku bunga.
"Namun untuk sektor lainnya, seperti properti, perbankan, dan konsumer, mungkin akan masih tertekan kinerjanya di kuartal II," paparnya.
Dari sisi investasi, beberapa saham BUMN dalam IDX BUMN20 cukup layak dikoleksi. Misalnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dinilai menarik karena valuasinya yang masih rendah dengan price to book value (PBV) di bawah 1x, kinerja year to date (YTD) yang impresif, serta prospek pertumbuhan yang baik di tengah tren suku bunga menurun.
Lalu, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) juga menawarkan prospek pertumbuhan berkelanjutan dari bisnis gas yang resilien dan transisi ke energi bersih. PGEO juga potensial seiring kenaikan bobot indeks dan valuasi yang belum mahal.
Ilustrasi saham. Apa itu IPO dalam saham? IPO adalah. Keuntungan IPO.
Sementara, TINS layak untuk spekulatif buy karena memanfaatkan tren kenaikan harga Komoditas dan sentimen positif kendaraan listrik.
Nanti, saat kondisi geopolitik global membaik, saham perbankan dan properti mungkin bisa jadi pilihan menarik karena valuasi yang murah.
"Saham batu bara juga bisa jadi pilihan karena harga komoditas sudah mulai menguat namun belum ter apresiasi ke harga sahamnya," ungkapnya.
Secara keseluruhan, transisi suntikan dana dari PMN ke Danantara menandai era baru bagi pembiayaan BUMN yang lebih terfokus dan profesional.
Dengan dukungan manajemen yang disiplin dan fundamental yang solid, emiten-emiten BUMN terpilih bisa menjadi tulang punggung penguatan indeks ke depan.
"Investor sebaiknya fokus pada saham BUMN yang memiliki valuasi menarik, posisi strategis di sektor unggulan, dan dukungan struktural dari kebijakan nasional, terutama di sektor energi, keuangan, dan tambang," katanya.
Ekky pun merekomendasikan beli akumulasi untuk BRIS di harga terakhir Rp 2.580 per saham dengan target Rp 2.700 per saham di swing pertama dan target lanjutan di Rp 3.000 per saham.
Lalu, PGEO juga menarik dikoleksi selama harganya bertahan di atas Rp 1.250 per saham dengan target harga di Rp 1.600 per saham. (Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Emiten BUMN Tak Lagi Dapat PMN, Cermati Prospek dan Rekomendasi Sahamnya