



Krisis Pulau Enggano, Menteri KKP Siapkan 4 Solusi Permanen Ini
- Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan empat solusi permanen untuk mengatasi situasi krisis di Pulau Enggano yang saat ini terisolasi.
Pertama, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan memberikan bantuan akses transportasi kapal laut.
Kapal akan menghubungkan transportasi dari Pulau Enggano ke Bengkulu dan sebaliknya.
"Yang pertama, tentu kita akan bantu akses. Artinya kita punya kapal yang kita akan bantu akses dari Pulau Enggano itu ke Bengkulu," ujar Sakti di Kantor KKP, Jakarta, Rabu (25/6/2025).
Solusi kedua, KKP akan membangun kampung nelayan di Pulau Enggano.
Untuk langkah kedua ini sudah dikoordinasikan dengan Gubernur Bengkulu Helmi Hasan.
"Kemarin kita sudah bicara dengan Pak Gubernur juga di sana, untuk kemudian kita akan bangun kampung nelayan. Jadi dengan kampung nelayan itu nanti kita bangun dermaga di situ," kata Trenggono.
"Kemudian kalau ada dermaga, tentu kan kapalnya bisa menyandar juga ya," lanjutnya.
Solusi ketiga yakni membangun cold storage (fasilitas penyimpanan ikan) di Pulau Enggano.
Keempat, KKP akan membantu pembangunan pabrik es di pulau tersebut.
Trenggono menegaskan, keempat solusi akan berlaku secara permanen. "Permanen. Permanen," tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, perkara pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai menciptakan masalah yang serius bagi masyarakat di Pulau Enggano.
Sejak Maret lalu, warga Pulau Enggano praktis terisolasi tanpa akses angkutan laut yang memadai.
Ratusan petani pun memilih tidak memanen hasil kebun mereka karena tidak adanya jalur distribusi dan harga jual yang jatuh.
“Untuk apa panen, bayangkan saja harga pisang kini satu tandan cuma dihargai Rp 20.000. Sementara, biaya angkut dan biaya tebang sudah Rp 15.000. Jadi buat apa dipanen, kalau rugi juga," kata Milson Kaitora, pimpinan kepala suku di Enggano.
Warga Pulau Enggano nekat menyewa kapal nelayan secara patungan untuk membawa hasil bumi meski harga sewa kapal sangat mahal. (POTO: AMAN Bengkulu)Milson mengatakan, beberapa tauke pisang bermodal besar menggunakan jasa sewa kapal nelayan untuk menjemput hasil panen mereka.
Namun, karena kapal kapasitas angkutnya terbatas, jadi tidak bisa menampung hasil bumi seluruh petani.
Hanya beberapa petani yang memang sudah memiliki langganan pembeli tetap di Bengkulu yang bisa menitipkan pisang mereka.
"Jadi kalau yang tak punya relasi tauke, terpaksa pisangnya dibiarkan busuk di pohon," ucapnya.
Di Pulau Enggano, hasil pertanian memang menjadi andalan pendapatan dari seluruh warga, mulai dari pisang, kakao, pinang, daun pisang, jantung pisang, dan lainnya.
Termasuk ikan-ikan jenis tertentu yang menjadi komoditas ekspor.
Namun, sejak tidak ada kapal yang membawa hasil bumi dan laut ini keluar pulau, krisis uang melanda warga Enggano.
"Di warung besar, biasanya omzetnya sampai Rp 10 juta, kini cuma setengah saja. Karena tidak ada yang belanja. Yang ada utang yang menumpuk di warung," ungkap Yudi, warga Meok.
Tag: #krisis #pulau #enggano #menteri #siapkan #solusi #permanen