



Dampak Perang Iran-Israel, Menperin Minta Industri Diversifikasi Sumber Energi
- Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengingatkan industri manufaktur Indonesia untuk mengantisipasi dampak perang Iran-Israel.
Utamanya terhadap ketergantungan industri dalam negeri pada energi impor sebagai bahan baku maupun komponen input produksi.
"Industri dalam negeri diminta lebih efisien gunakan energi dalam proses produksi. Penggunaan energi lebih efisien dari berbagai sumber dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri," ujar Agus dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Ilustrasi pabrik
Agus juga mendorong pelaku industri untuk melakukan diversifikasi sumber energi yang digunakan dalam produksi.
Hal ini menjadi krusial mengingat ketergantungan pada energi fosil impor dari Timur Tengah akan terdampak konflik geopolitik yang sedang berlangsung.
“Industri nasional harus mulai mengandalkan sumber energi domestik, termasuk energi baru dan terbarukan seperti bioenergi, panas bumi, serta memanfaatkan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif,” lanjut Agus.
Selain itu, Agus jug mengingatkan industri untuk mengantisipasi gangguan pada rantai pasok global. Terutama pada rantai pasok bahan baku industri karena jalur logistik bahan baku dan produk ekspor industri melewati Timur Tengah.
"Industri juga harus mengantisipasi dampak perang Iran-Israel terhadap gejolak nilai tukar mata uang yang berakibat terhadap inflasi harga input produksi dan penurunan daya saing ekspor produk industri," tegas Agus.
Ilustrasi produksi minyak, kilang minyak, harga minyak.
Ia kemudian menjelaskan, dampak langsung konflik Iran-Israel paling terlihat di pasar energi, yang mana peran Timur Tengah sebagai penghasil minyak utama yang menyumbang hampir 30 persen produksi global, membuat pasar waspada.
Selain itu, gangguan pada produksi energi Iran yang produksinya mencapai 3,2 juta barrel per hari akan memicu gangguan pasokan sekaligus memicu fluktuasi harga energi di pasar internasional.
Sementara itu, saat ini harga minyak Brent telah berfluktuasi antara 73 hingga 92 dollar AS per barrel pasca meletusnya perang Iran-Israel.
Volatillitas harga energi dunia ini juga semakin tinggi seiring dengan munculnya ancaman penutupan selat Hormuz yang telah menjadi urat nadi jalur pasokan energi dunia.
"Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia sangat rentan terhadap gejolak harga energi dan pangan dunia, dan gangguan rantai pasok bahan baku," tambah Agus.
Diberitakan sebelumnya, ketegangan di Timur Tengah kian memanas setelah Israel meluncurkan rentetan serangan rudal ke berbagai fasilitas militer dan nuklir Iran pada Jumat (13/6/2025).
Serangan ini menewaskan sejumlah pejabat tinggi Iran dan memicu respons balik dari Teheran. Serangan dimulai pada dini hari, bertepatan dengan hari istirahat dan ibadah di Iran.
Salah satu target utama adalah fasilitas nuklir bawah tanah di Natanz yang telah beberapa kali menjadi sasaran serangan Israel.
Iran pada Jumat (13/6/2025) tengah malam waktu setempat langsung membalas serangan Israel dengan menembakkan nyaris 100 rudal ke Ibu Kota Tel Aviv.
BBC melaporkan, beberapa suara ledakan besar terdengar di Tel Aviv dan orang-orang berlarian mencari perlindungan.
Tag: #dampak #perang #iran #israel #menperin #minta #industri #diversifikasi #sumber #energi