Jetstar Asia Ditutup, Imbas Mahalnya Biaya Operasi di Singapura
Maskapai penerbangan Jetstar(Jetstar)
15:52
11 Juni 2025

Jetstar Asia Ditutup, Imbas Mahalnya Biaya Operasi di Singapura

Maskapai asal Australia, Qantas Airways akan menutup Jetstar Asia, anak usahanya yang berbasis di Singapura.

Keputusan ini diambil karena meningkatnya biaya operasional, tarif bandara yang tinggi, dan persaingan ketat antar-maskapai di kawasan Asia.

Jetstar Asia dijadwalkan berhenti beroperasi pada akhir Juli 2025. Penutupan ini akan berdampak pada sekitar 500 karyawan.

Armada Jetstar Asia yang terdiri dari 13 pesawat Airbus A320 akan dipindahkan ke Australia dan Selandia Baru.

Persaingan di sektor penerbangan berbiaya rendah semakin ketat setelah pandemi. Sejumlah maskapai seperti Scoot dari Singapore Airlines, AirAsia dari Malaysia, dan VietJet dari Vietnam telah memulihkan dan memperluas layanan mereka.

Kondisi ini membuat harga tiket turun dan menekan pendapatan maskapai lain.

Jetstar Asia saat ini melayani 16 rute penerbangan di kawasan Asia dari Bandara Changi, Singapura.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, maskapai ini menghadapi tantangan besar dan tidak mampu memberikan keuntungan sebesar unit-unit lain dalam grup Qantas.

"Biaya kami di Singapura naik sangat tinggi," kata CEO Jetstar Group, Stephanie Tully, seperti dilansir Reuters, Rabu (11/6/2025).

Ia menyebutkan kenaikan dua digit pada biaya bahan bakar, tarif bandara, layanan penanganan darat, dan biaya keamanan.

Menurut Tully, Jetstar Asia hanya mencatatkan laba dalam enam dari 20 tahun beroperasi.

Tahun ini, maskapai itu diperkirakan mencatat kerugian operasional sebesar 35 juta dolar Australia (sekitar Rp370 miliar, dengan kurs 1 dolar Australia sekitar Rp10.587) sebelum bunga dan pajak.

Penutupan ini akan membuat Qantas bisa mengalihkan dana hingga 500 juta dolar Australia (sekitar Rp5,29 triliun) ke bisnis utamanya.

Sebagian besar nilai itu berasal dari 13 pesawat Jetstar Asia, yang akan digunakan untuk mengganti pesawat sewaan mahal di Australia.

Jetstar Asia akan mengurangi jadwal penerbangan secara bertahap hingga penutupan total pada 31 Juli. Penumpang yang terdampak akan menerima pengembalian uang penuh dan, jika memungkinkan, dipindahkan ke maskapai lain.

Qantas memperkirakan akan mencatat kerugian satu kali sebesar 175 juta dolar Australia (sekitar Rp1,85 triliun) akibat penutupan ini, yang akan dibukukan dalam dua tahun keuangan.

Saham Qantas sempat turun sekitar 1 persen setelah pengumuman ini. Meski begitu, grup Qantas menyatakan permintaan perjalanan masih kuat, baik untuk rute domestik maupun internasional.

 

Biaya Tinggi di Singapura

Stephanie Tully menjelaskan, beban biaya Jetstar Asia meningkat tajam dalam 18 hingga 24 bulan terakhir.

Bandara Changi, yang merupakan bandara tersibuk keempat di dunia untuk lalu lintas internasional, telah menaikkan tarif secara bertahap sejak tahun lalu dan akan terus melakukannya hingga 2030. Kenaikan tarif ini digunakan untuk mendanai investasi dan operasional bandara.

Pada Maret 2023, Bandara Changi juga memindahkan Jetstar Asia dari Terminal 1 ke Terminal 4. Terminal ini tidak terhubung dengan sistem kereta bandara, berbeda dengan terminal lainnya. Jetstar sempat menyampaikan keberatan atas keputusan tersebut.

"Kami rasa hal itu berdampak pada bisnis," ujar Tully.

Pengelola Bandara Changi menyatakan kecewa atas keputusan Jetstar Asia meninggalkan Singapura, namun menghormati pertimbangan bisnis maskapai tersebut.

Jetstar Asia menyumbang sekitar 3 persen dari total lalu lintas penumpang di Bandara Changi pada tahun lalu.

Bandara akan bekerja sama dengan maskapai lain untuk mengisi kekosongan kapasitas, termasuk di empat rute yang saat ini tidak dilayani maskapai lain.

Fokus ke Pasar Domestik

Penutupan Jetstar Asia tidak akan memengaruhi operasi Jetstar Airways di Australia maupun Jetstar Japan di Jepang.

Dari 13 pesawat milik Jetstar Asia, enam unit akan digunakan untuk menggantikan pesawat sewaan di Jetstar Australia. Empat unit lainnya akan menggantikan pesawat lama milik Qantas yang selama ini melayani rute industri pertambangan.

Dua pesawat akan digunakan Jetstar Australia untuk meningkatkan kapasitas dan membuka rute baru. Satu pesawat lagi akan dialihkan ke Jetstar Selandia Baru. Perpindahan ini diperkirakan akan menciptakan lebih dari 100 lapangan kerja baru di kawasan tersebut.

Bagi karyawan Jetstar Asia yang terdampak, Qantas akan memberikan tunjangan pemutusan hubungan kerja serta bantuan pencarian kerja, baik di dalam grup maupun di maskapai lain.

Kongres Serikat Pekerja Nasional Singapura (National Trades Union Congress) menyatakan telah mengetahui rencana ini sebelum diumumkan. Mereka kini bekerja sama dengan Singapore Airlines, Otoritas Penerbangan Sipil Singapura, dan Bandara Changi untuk membantu para pekerja yang terdampak.

Singapore Airlines juga telah menyiapkan jalur khusus bagi staf Jetstar Asia yang ingin melamar kerja di dalam grup mereka.

Tag:  #jetstar #asia #ditutup #imbas #mahalnya #biaya #operasi #singapura

KOMENTAR