



Bos Hypefast: Ramadhan Momen untuk Perkuat Hubungan dengan Konsumen
– Hypefast menyatakan, Ramadhan bisa menjadi momentum strategis bagi brand lokal untuk memperkuat hubungan dengan konsumen. Untuk itu brand lokal memerlukan strategi dalam memenangkan pasar Ramadhan 2025.
Menurut studi dari Redseer, rata-rata pengeluaran masyarakat Indonesia selama Ramadhan diproyeksikan mencapai Rp 4,8 juta. Hal ini mencerminkan daya beli yang tinggi sekaligus peluang besar bagi brand lokal untuk meningkatkan interaksi dan penjualan.
Perubahan perilaku konsumen selama Ramadhan menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam kebiasaan berbelanja. Data dari Think With Google mengungkapkan bahwa 72 persen konsumen menganggap Ramadan sebagai waktu terbaik untuk mendapatkan penawaran menarik, dan 78 persen konsumen lebih terbuka untuk mencoba brand baru, membuka peluang bagi brand untuk menarik perhatian audiens baru.
"Ramadhan selalu menjadi momen spesial bagi brand untuk membangun hubungan lebih dekat dengan konsumen. Dengan tren belanja dan kebiasaan konsumen yang dinamis, brand perlu menerapkan strategi yang bersinergi antara semua channel yang dimiliki untuk memenangkan pasar," ujar CEO Hypefast Achmad Alkatiri dalam keterangannya, Rabu (19/2/2025).
Achmad menekankan, waktu promosi menjadi faktor krusial dalam efektivitas kampanye Ramadhan, karena berkaitan langsung dengan pola konsumsi konten selama bulan suci.
"Saat Ramadhan, perubahan kebiasaan dalam mengakses konten turut mempengaruhi waktu berbelanja. Studi menunjukkan bahwa banyak orang sudah mulai merencanakan pembelian sejak seminggu sebelum menerima THR. Dengan memahami pola ini, brand dapat menentukan waktu yang tepat untuk mengoptimalkan strategi promosi terutama yang melibatkan penawaran-penawaran spesial," jelas Achmad.
Periode menjelang Maghrib dan waktu Sahur menjadi dua momen utama dimana interaksi digital meningkat signifikan. Saat berbuka puasa, banyak orang mengakses media sosial untuk mencari hiburan, informasi promosi, atau bahkan melakukan transaksi last-minute sebelum malam tiba. Begitu juga pada saat sahur, ketika konsumen menghabiskan waktu sebelum Subuh untuk menelusuri konten, menonton video, atau berbelanja online.
Dengan memahami pola ini, brand dapat mengoptimalkan strategi pemasaran digital mereka dengan menyesuaikan waktu unggahan dan penayangan iklan agar lebih relevan dengan kebiasaan konsumsi konten selama Ramadan. Kampanye yang diluncurkan pada jam-jam dengan tingkat keterlibatan tinggi akan memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan perhatian audiens dan meningkatkan konversi penjualan.
Selain digital, pola ini juga berdampak pada strategi offline. Promosi di toko atau pusat perbelanjaan cenderung lebih efektif pada sore menjelang berbuka, ketika orang mulai mencari makanan dan kebutuhan lainnya, serta puncaknya adalah seminggu sebelum Lebaran, saat urgensi belanja meningkat. Dengan memahami kebiasaan konsumsi konten selama Ramadan, brand dapat lebih strategis dalam menentukan waktu promosi untuk memaksimalkan dampak dan keterlibatan audiens.
Strategi menangkan pasar Ramadhan 2025
Sebagai House of Brands terbesar di Asia Tenggara yang mendukung pertumbuhan brand lokal sebut dia, pihaknya merangkum strategi utama dalam memenangkan pasar Ramadhan 2025. "Dengan memahami tren perilaku konsumen, brand dapat mengoptimalkan platform digital dan offline untuk meningkatkan konversi selama bulan suci ini," katanya.
Live shopping
Salah satu tren yang semakin diminati adalah belanja live shopping. Data menunjukkan bahwa 46 persen-61 persen pengguna di kategori kecantikan, perawatan rumah, dan elektronik menemukan produk melalui demonstrasi secara langsung. Hal ini didukung oleh data TikTok selama Ramadhan 2024 yang mencatat lonjakan interaksi berkat fitur ini.
Konten
Selain itu, tren konten Employee Generated-Content (EGC) terbukti memiliki tingkat interaksi yang cukup tinggi. Dengan memberdayakan karyawan untuk berbagi konten yang autentik, brand dapat meningkatkan jangkauan dan kredibilitas mereka di pasar. Mereka membangun kepercayaan dengan audiens dan memanusiakan brand dengan berbagi wawasan dan pengalaman yang organik. Menjadikan ini salah satu strategi yang patut dicoba dalam kampanye Ramadhan.
Hastag
Optimalisasi hashtag juga dapat meningkatkan visibilitas konten, seperti pada platform TikTok ada #racuninTikTok (400M+ views) dan #takjil (2,6B+ views). Pada Ramadan 2024 ditemukan bahwa 62 persen dari 1,5T+ tayangan video di TikTok berkaitan dengan konten belanja.
Data dari Redseer menunjukkan bahwa 70 persen konsumen secara aktif mencari informasi sebelum membeli. Oleh karena itu, penting untuk memastikan visibilitas produk di platform digital, salah satunya dengan mengoptimalkan penggunaan hashtag yang trending selama Ramadan.
Offline
Meskipun platform digital berkembang pesat, 69 persen konsumen Indonesia masih lebih memilih berbelanja langsung di toko. Preferensi ini sebagian besar dipengaruhi oleh kebiasaan budaya Ramadan di Indonesia, karena banyak konsumen lebih suka mencoba pakaian baru sebelum melakukan pembelian, memperkuat daya tarik berbelanja offline.
Tag: #hypefast #ramadhan #momen #untuk #perkuat #hubungan #dengan #konsumen