54
Pekerja melihat gawainya di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (15/7/2024). (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)
12:36
12 September 2024
Melantai di Bursa Efek, Golden Westindo Artajaya Lepas 685,71 Miliar Lembar Saham
- PT Golden Westindo Artajaya Tbk (GWAA) segera melakukan penawaran umum perdana saham atau initial publik offering (IPO) di pasar modal Indonesia dengan menetapkan harga penawaran awal (book building) senilai Rp 100 hingga Rp 120 per lembar saham. Dalam IPO, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 685,71 miliar lembar saham, atau 30 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, dengan nilai nominal Rp 25 setiap saham.
Direktur Utama GWAA Rusdi Djamil Lioe menjelaskan, masa book building pada 10-18 September 2024, pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 September 2024, dan masa penawaran umum pada 27 September- 1 Oktober 2024.
Terkait penggunaan dana hasil IPO, ia menjelaskan senilai Rp 82,28 miliar akan digunakan untuk belanja modal (capex) yaitu pembelian lahan, pembangunan dan pembelian peralatan yang seluruhnya untuk Artemia Hatching Facility.
"Selain itu, juga akan akan digunakan untuk modal kerja, serta investasi dalam bentuk penyertaan modal pada PT Kyorin Group Indonesia," ujar Rusdi, dikutip Kamis (12/9).
Dalam aksinya, bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT Shinhan Sekuritas Indonesia. Rusdi menjelaskan, perseroan adalah pemain utama dalam industri perdagangan pakan pembenihan udang dan ikan, pakan ikan hias, peralatan akuarium, serta pakan beku ikan hias.
"Kami mengoperasikan dua segmen bisnis utama, yaitu aquaculture dan aquatic," ujar Rusdi.
Dalam segmen aquaculture, ia menjelaskan perseroan menyediakan produk pakan pembenihan alami (artemia) dengan merek "Golden West Artemia" dan pakan pembenihan buatan dengan merek unggulan "BernAqua".
Untuk segmen aquatic, lanjutnya, perseroan menawarkan produk pakan ikan hias dengan merek "Hikari", produk pakan beku ikan hias yang diproduksi oleh entitas usaha yaitu PT Kyorin Group Indonesia, serta berbagai peralatan akuarium dengan merek ternama "Eheim".
Rusdi menjelaskan, produk perseroan mencakup pakan pembenihan alami (artemia), pakan pembenihan buatan, pakan ikan hias, dan peralatan akuarium.
Adapun, distribusi menyasar ke pasar domestik, di antaranya Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
"Sedangkan, produk pakan beku ikan hias yang diproduksi PT Kyorin Group Indonesia menyasar segmen pasar ekspor, dengan wilayah pemasaran saat ini mencakup Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan," ujar Rusdi.
Dengan pangsa pasar sebesar 30 persen di Indonesia, kemitraan strategis perseroan dengan pemasok Internasional, di antaranya Great Salt Lake Artemia (Amerika Serikat), Bern Aqua NV (Belgia), Kyorin Co. Ltd. (Jepang), dan Eheim GmbH & Co. KG (Jerman) telah memperkuat posisi Perseroan di dalam persaingan industri selama 30 tahun terakhir.
Dalam kesempatan sama, Direktur GWAA Karolina Leo menyebut perseroan berencana untuk mendirikan dua "Artemia Hatching Facility" dengan total investasi sekitar 40,5 persen dari dana hasil IPO.
"Fasilitas ini nantinya akan memproduksi pakan pembenihan alami siap pakai (ready-to-use) dalam bentuk 'nauplii'. Pendirian Artemia Hatching Facility merupakan inovasi produk yang dikembangkan Perseroan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan industri," ujar Karolina.
Artemia Hatching Facility yang didirikan di Lampung ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal IV 2025, serta Situbondo, Jawa Timur mulai operasi kuartal II 2026. Pada 31 Desember 2023, GWAA mencatatkan pendapatan usaha senilai Rp98,53 miliar, dengan laba periode berjalan senilai Rp16,13 miliar.
Dengan nilai tersebut, perseroan mencatatkan nilai net profit margin (NPM) sebesar 16,38 persen atau lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 10,18 persen. Peningkatan NPM didorong oleh pengelolaan biaya yang efektif oleh perseroan, mencakup beban pokok pendapatan dan beban usaha, dengan rasio keuangan tumbuh dengan sangat baik, dengan return on equity (ROE) mencapai 20,37 persen dan return on asset (ROA) sebesar 14,73 persen pada 2023.
Direktur Utama GWAA Rusdi Djamil Lioe menjelaskan, masa book building pada 10-18 September 2024, pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 September 2024, dan masa penawaran umum pada 27 September- 1 Oktober 2024.
Terkait penggunaan dana hasil IPO, ia menjelaskan senilai Rp 82,28 miliar akan digunakan untuk belanja modal (capex) yaitu pembelian lahan, pembangunan dan pembelian peralatan yang seluruhnya untuk Artemia Hatching Facility.
"Selain itu, juga akan akan digunakan untuk modal kerja, serta investasi dalam bentuk penyertaan modal pada PT Kyorin Group Indonesia," ujar Rusdi, dikutip Kamis (12/9).
Dalam aksinya, bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT Shinhan Sekuritas Indonesia. Rusdi menjelaskan, perseroan adalah pemain utama dalam industri perdagangan pakan pembenihan udang dan ikan, pakan ikan hias, peralatan akuarium, serta pakan beku ikan hias.
"Kami mengoperasikan dua segmen bisnis utama, yaitu aquaculture dan aquatic," ujar Rusdi.
Dalam segmen aquaculture, ia menjelaskan perseroan menyediakan produk pakan pembenihan alami (artemia) dengan merek "Golden West Artemia" dan pakan pembenihan buatan dengan merek unggulan "BernAqua".
Untuk segmen aquatic, lanjutnya, perseroan menawarkan produk pakan ikan hias dengan merek "Hikari", produk pakan beku ikan hias yang diproduksi oleh entitas usaha yaitu PT Kyorin Group Indonesia, serta berbagai peralatan akuarium dengan merek ternama "Eheim".
Rusdi menjelaskan, produk perseroan mencakup pakan pembenihan alami (artemia), pakan pembenihan buatan, pakan ikan hias, dan peralatan akuarium.
Adapun, distribusi menyasar ke pasar domestik, di antaranya Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
"Sedangkan, produk pakan beku ikan hias yang diproduksi PT Kyorin Group Indonesia menyasar segmen pasar ekspor, dengan wilayah pemasaran saat ini mencakup Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan," ujar Rusdi.
Dengan pangsa pasar sebesar 30 persen di Indonesia, kemitraan strategis perseroan dengan pemasok Internasional, di antaranya Great Salt Lake Artemia (Amerika Serikat), Bern Aqua NV (Belgia), Kyorin Co. Ltd. (Jepang), dan Eheim GmbH & Co. KG (Jerman) telah memperkuat posisi Perseroan di dalam persaingan industri selama 30 tahun terakhir.
Dalam kesempatan sama, Direktur GWAA Karolina Leo menyebut perseroan berencana untuk mendirikan dua "Artemia Hatching Facility" dengan total investasi sekitar 40,5 persen dari dana hasil IPO.
"Fasilitas ini nantinya akan memproduksi pakan pembenihan alami siap pakai (ready-to-use) dalam bentuk 'nauplii'. Pendirian Artemia Hatching Facility merupakan inovasi produk yang dikembangkan Perseroan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan industri," ujar Karolina.
Artemia Hatching Facility yang didirikan di Lampung ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal IV 2025, serta Situbondo, Jawa Timur mulai operasi kuartal II 2026. Pada 31 Desember 2023, GWAA mencatatkan pendapatan usaha senilai Rp98,53 miliar, dengan laba periode berjalan senilai Rp16,13 miliar.
Dengan nilai tersebut, perseroan mencatatkan nilai net profit margin (NPM) sebesar 16,38 persen atau lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 10,18 persen. Peningkatan NPM didorong oleh pengelolaan biaya yang efektif oleh perseroan, mencakup beban pokok pendapatan dan beban usaha, dengan rasio keuangan tumbuh dengan sangat baik, dengan return on equity (ROE) mencapai 20,37 persen dan return on asset (ROA) sebesar 14,73 persen pada 2023.
Editor: Estu Suryowati
Tag: #melantai #bursa #efek #golden #westindo #artajaya #lepas #68571 #miliar #lembar #saham