



Cerita Warga Barcelona Terusir dari Tempat Tinggal Imbas Pariwisata Massal
- Fenomena pariwisata massal menyisakan cerita pilu bagi warga yang tinggal di kawasan wisata Barcelona, Spanyol.
Mereka terusir karena diduga tempat yang ditinggalinya akan beralih fungsi menjadi tempat penginapan para turis.
Pepi Viu (80) menceritakan kisahnya di sela-sela aksi demonstrasi menolak fenomena pariwisata massal di Barcelona pada Minggu (15/6/2025) lalu. Pepi mengaku baru saja diusir dari rumah yang telah ditinggalinya selama hampir satu dekade di dekat tempat wisata populer di Barcelona.
Pepi menduga pemilik rumah ingin mendapatkan uang sewa yang lebih besar daripada seorang pensiunan tersebut.
Pepi kini tinggal di sebuah hostel. Ia ingin mencari tempat tinggal yang lebih cocok untuknya tetapi harga sewa rumah telah melonjak hampir 70 persen sejak terakhir kali ia menyewa.
"Saya tidak dapat menemukan apa pun – dan tidak ada dukungan. Saya merasa tidak memiliki perlindungan dan itu menyedihkan," kata Pepi yang terlihat lemah dan bersandar pada tongkat seperti dikutip dari BBC pada Selasa (17/6/2025).
"Sekarang hanya ada flat turis, tetapi kami penduduk membutuhkan tempat tinggal!," tambah Pepi.
Pepi adalah salah satu warga yang terusir dari Barcelona. Di beberapa wilayah kota, hampir semua warga setempat seperti Pepi telah diusir.Pepi adalah salah satu warga yang terusir dari Barcelona. Di beberapa wilayah kota, hampir semua warga setempat seperti Pepi telah diusir.
Di jalan beraspal yang sempit di kawasan Gothic Quarter, tepat di jantung pariwisata Barcelona, Joan Alvarez berjuang untuk apartemen yang telah disewa keluarganya selama 25 tahun, dan dengan harga yang terjangkau.
Pemiliknya telah mengakhiri kontrak, tetapi Joan menolak untuk pergi.
Sebagian besar apartemen di gedungnya telah dibagi menjadi kamar-kamar untuk menghasilkan lebih banyak uang sewa.
Tempat yang ditinggali Joan memiliki lantai keramik dan teras yang menghadap ke katedral, adalah salah satu dari sedikit yang masih utuh.
"Ini bukan hanya tentang uang, tetapi juga prinsip," jelasnya, sambil berjalan di antara tanaman-tanaman pot sambil berbincang.
"Ini pusat kota Barcelona dan hampir tidak ada satu pun dari kami yang tinggal sebagai penduduk. Seharusnya tidak seperti itu," kata Joan.
"Perumahan seharusnya bukan bisnis besar. Ya, ini propertinya, tetapi ini rumahku," tambah Joan.
Demonstrasi tolak pariwisata massal
Aksi demonstrasi tolak pariwisata massal di Barcelona, Spanyol, Minggu (15/6/2025). Para peserta aksi menembakkan pistol air ke toko-toko di sekitar lokasi.Sejumlah orang menggelar aksi demontrasi menolak fenomena pariwisata massal di kawasan Eropa Selatan pada Minggu (15/6/2025). Aksi demonstrasi tersebut berlangsung di Barcelona (Spanyol), Portugal, dan Italia.
Adapun aksi demontrasi tersebut diorganisir oleh aliansi "Eropa Selatan Melawan Over Tourism" yang beranggotakan kelompok-kelompok dari Barcelona, Portugal, dan Italia. Mereka menggelar aksi demonstrasi secara paralel dengan Barcelona sebagai lokasi pusat demonstrasi.
Mereka berjalan kaki sembari membawa spanduk dan meneriakkan tuntutan. Di Barcelona, mereka berupaya untuk menuju Gereja Katolik Sagrada Familia yang telah diblokade oleh polisi.
Para demonstran juga terlihat menembakkan pistol air ke wisatawan dan etalase toko, menyalakan smoke bomb, serta menempelkan stiker bertuliskan “Pembelaan Warga, Turis Pulang” di jendela hotel dan toko-toko.
Di antara teriakan massa terdengar yel-yel “Liburanmu, deritaku,” serta spanduk yang berbunyi “Pariwisata massal membunuh kota” dan “Keserakahan mereka menghancurkan kami”.
Apa pemicu demonstrasi tolak pariwisata massal di Barcelona?
Hasil foto Tecno Camon 40 4G di Sagrada Familia Barcelona.
Dilansir dari Reuters, aksi demonstrasi di Barcelona tersebut dipicu oleh fenomena pariwisata massal merugikan mereka. Pariwisata yang tak terkendali membuat harga perumahan naik dan membuat orang-orang setempat keluar dari tempat mereka tinggal.
Isu utama yang menjadi pemicu aksi demonstrasi ini adalah dampak sosial dan ekonomi dari pariwisata yang tak terkendali.
Tingginya jumlah kunjungan turis menyebabkan harga sewa tempat tinggal melonjak dan memaksa warga sempat meninggalkan lingkungan tempat tinggal mereka.
Dikutip dari Global News, jumlah turis yang berkunjung ke Barcelona sepanjang tahun 2024 mencapai 26 juta turis. Sementara itu, jumlah populasi di Barcelona hanya berjumlah 1,6 juta.
Salah satu massa demonstran di Barcelona, Varia Arana mengatakan, para peserta demonstrasi membutuhkan pariwisata yang bertanggung jawab bukan pariwisata massal. Pariwisata yang dibutuhkan adalah pariwisata yang menghargai kesehatan, para pegiat wisata, dan saling menghargai orang-orang yang bekerja di bidang wisata.
"Karena apa, mass tourism membuat kami dekat dengan kemiskinan. Kami tidak mendapatkan apa-apa dari model wisata mass tourism. Mass tourism berdampak kepada sektor perumahan. Karena semakin banyak turis datang, kami dipaksa keluar dari apartemen sehingga pemilik apartemen bisa menyewakan ke turis," kata Varia.
"Kami tidak dapat hidup di kota ini. Harga sewa (apartemen) sangat mahal karena AirBnb dan juga ekspatriat yang datang dan tinggal di sini karena musim," kata Marina sambil membawa spanduk bertuliskan "Your AirbnB used to be my home" seperti dikutip dari BBC.
Marina menjelaskan, tujuan para demonstran bukan untuk menghentikan pariwisata. Menurutnya, sektor pariwisata merupakan hal yang baik.
"Namun, pariwisata yang baik perlu harga yang normal." tambah Marina.
Tag: #cerita #warga #barcelona #terusir #dari #tempat #tinggal #imbas #pariwisata #massal