Harga Lebih Murah, Pengusaha Lokal Pede Bisa Saingi Internet Starlink
Teknologi internet Starlink diuji coba pada beberapa titik di IKN. [ANTARA]
17:32
4 Juni 2024

Harga Lebih Murah, Pengusaha Lokal Pede Bisa Saingi Internet Starlink

Pengusaha satelit lokal percaya diri bisa bersaing dengan layanan internet Starlink milik Elon Musk yang baru saja meluncur ke Indonesia. Mereka yakin kalau bisnis dalam negeri belum tergerus. 

Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Anggoro Kurnianto Widiawan mengungkapkan, teknologi satelit orbit rendah alias Low Earth Orbit (LEO) yang dipakai Starlink memang bisa mendisrupsi bisnis pengusaha satelit yang sudah ada di Tanah Air. Lebih lagi satelit LEO memang memiliki keunggulan karena lebih efisien.

Kendati begitu, Anggoro mengaku kalau pengusaha satelit lokal harus fokus pada konsumen yang sudah ada.

"Makanya itu kami harus meng-create, mengerti area-area mereka (Starlink), mengkaji lebih dalam," katanya saat konferensi pers di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Baca Juga: Nggak Perlu Takut Nomor Mati saat Haji! Indosat Kasih Paket Internet Murah Banget

Ia mengakui kalau Starlink memang lebih baik dari segi konektivitas. Namun bedanya, layanan internet milik perusahaan SpaceX itu hanya fokus pada bisnis mereka. 

Anggoro menjelaskan kalau Starlink melayani konsumen secara langsung melalui platform pribadi seperti web resmi. Perusahaan asal Amerika Serikat itu dinilai kurang dalam hal publikasi karena semua informasi yang dibutuhkan pelanggan sudah tersedia.

Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Anggoro Kurnianto Widiawan (tengah) saat konferensi pers di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (4/6/2024). [Suara.com/Dicky Prastya]Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Anggoro Kurnianto Widiawan (tengah) saat konferensi pers di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (4/6/2024). [Suara.com/Dicky Prastya]

"Begitu pula dengan Tesla kan. Mereka kurang publikasi, hanya menyediakan informasi di situs," lanjut dia.

Sementara itu, pengusaha satelit lokal dinilainya memiliki keunggulan tersendiri meskipun kalah di konektivitas daripada Starlink. Ia mencontohkan, masyarakat bisa saja memilih layanan lokal yang ditawarkan oleh orang terdekat mereka, atau yang disebutnya sebagai agen.  

"Contoh misalnya, kita masyarakat yang suka society, 'eh ada rezeki nih, kamu bantuin ya'. Itu bedanya. Kami memanfaatkan agen-agen kami. Kami manfaatkan local player. Jadi mereka akan memilih ujung-ujungnya kan? Mana yang comfortable buat user dan masyarakat," paparnya.

Baca Juga: Investasi Modal Dengkul ala Elon Musk, Starlink Buat Telkomsel Cs Kebakaran Jenggot

Anggoro berpandangan, para pengusaha satelit lokal harus membuat value creation alias meningkatkan nilai manfaat bisnisnya. Mereka diminta untuk tidak fokus dalam persaingan konektivitas karena yang terjadi adalah perang harga.

"Value creation adalah kita harus memahami karakteristik kebutuhan pelanggan. Sebagai contoh m-banking. membutuhkan security, membutuhkan integrity for information, confindentiality, reliability. Kita terlalu terjebak dengan murah, tapi belum tentu secure. Tidak semua orang butuh murah," imbuhnya.

Contoh lainnya, layanan internet dari pengusaha satelit lokal juga unggul dalam kepercayaan karena berada dalam negeri. Selain itu, biaya yang dikeluarkan masyarakat juga masih dipegang oleh perusahaan dalam negeri, bukan asing seperti Starlink.

"Terus ada trust network, terus dari sisi kepemilikan negara. 'Wah kalau ini saya membantu negara nih,' kan ada orang seperti itu," timpalnya.

Sekjen Asosiasi Satelit Indonesia (ASI) Sigit Jatiputro saat ditemui di Kantor KPPU, Jakarta, Rabu (29/5/2024). [Suara.com/Dicky Prastya]Sekjen Asosiasi Satelit Indonesia (ASI) Sigit Jatiputro saat ditemui di Kantor KPPU, Jakarta, Rabu (29/5/2024). [Suara.com/Dicky Prastya]

Harga Starlink lebih murah

Sebelumnya Sekretaris Jenderal Asosiasi Satelit Indonesia (Sekjen ASSI), Sigit Jatiputro mengutarakan, harga Starlink lebih murah apabila dibandingkan pemain lokal.

Ia mencontohkan, harga lokal yang paling murah untuk layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) unlimited milik pengusaha lokal bisa Rp 3,5 juta per bulan. Sedangkan harga internet Starlink hanya dijual Rp 750 ribu.

"Bisa dihitung berapa kali lipat perbedaan harganya," kata Sigit saat ditemui di kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Jakarta pada Rabu (29/5/2024).

Selain itu, harga perangkat Starlink juga dinilainya lebih murah karena dibanderol Rp 7,8 juta yang kini diskon menjadi Rp 4.680.000. Sedangkan harga perangkat milik pengusaha lokal paling murah Rp 9,1 juta. 

Melihat harga Starlink lebih murah, Sigit mengakui kalau perusahaan milik Elon Musk itu bakal mengancam pemain lokal. Meskipun baru hadir 1-2 minggu di Indonesia, ia blak-blakan bisnis satelit lokal sudah terasa mulai menurun.

"Walaupun ini baru 1-2 minggu, tapi sudah terasa penurunan di eksisting (bisnis lokal). Jadi menurut saya kalau dibilang mengganggu, sudah terasa penurunan penjualan eksisting VSAT lokal," keluhnya. 

Sigit memang belum mengetahui seberapa besar efek penurunan bisnis lokal dengan kehadiran Starlink di Indonesia. Namun ia memprediksi kalau perusahaan dalam negeri tidak akan bertahan dalam waktu setahun ke depan.

"Saya tidak tahu tapi kalau diambil ekstremnya mungkin pemain VSAT dalam negeri tidak akan bertahan dalam setahun," imbuhnya. 

Sigit menjelaskan, jumlah pemain bisnis satelit di Indonesia mencapai 15. Kebanyakan semua perusahaan itu menyediakan layanan untuk kategori bisnis seperti tambang atau wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).

Kini, Starlink juga menyediakan layanan internet untuk kalangan bisnis maupun residensial (individu). Menurutnya, 15 pemain bisnis satelit lokal sudah terimbas dengan perusahaan milik Elon Musk tersebut.

"Ada 15 pemain perusahaan merasakan hal yang sama menurut saya," curhat dia."Semua kalah dari sisi harga, jauh banget, bagaimana mau survive?" ketus dia.

Editor: Dicky Prastya

Tag:  #harga #lebih #murah #pengusaha #lokal #pede #bisa #saingi #internet #starlink

KOMENTAR