AI Tak Hapus Semua Pekerjaan, CEO Nvidia Ramal Pekerjaan Ini Akan Sangat Dibutuhkan
CEO Nvidia Jensen Huang mengaku akan memilih jurusan ilmu fisika jika kembali menjadi mahasiswa di era sekarang. Apa alasannya?(Techspot)
13:33
6 Oktober 2025

AI Tak Hapus Semua Pekerjaan, CEO Nvidia Ramal Pekerjaan Ini Akan Sangat Dibutuhkan

- Dengan kehadiran kecerdasan buatan (AI), generasi muda, khususnya Gen Z, sering diperingatkan bahwa peluang mereka makin sempit karena banyak pekerjaan bisa tergantikan AI.

Di tengah kekhawatiran tersebut, CEO Nvidia Jensen Huang, justru menyampaikan pandangan berbeda.

Menurut Huang, masa depan bukan hanya milik insinyur software atau pekerja kantoran, melainkan juga tukang listrik, tukang kayu, dan para pekerja terampil lainnya.

Dalam wawancara dengan Channel 4 News di Inggris, Huang menegaskan bahwa percepatan pembangunan pusat data atau data center untuk mendukung AI akan menciptakan gelombang besar kebutuhan tenaga kerja terampil.

"Kalau Anda seorang tukang listrik, tukang ledeng, atau tukang kayu, kita akan butuh ratusan ribu orang untuk membangun semua pabrik ini," ujar Jensen Huang.

Menurut Huang, pembangunan data center bukan proyek sekali jadi, melainkan sesuatu yang terus bertambah.

"Segmen pekerja terampil di setiap ekonomi akan mengalami ledakan. Kebutuhannya akan terus berlipat ganda setiap tahun," lanjutnya.

Ilustrasi data center AI. Permintaan tinggi terhadap aplikasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan cloud computing mendorong transaksi data center senilai setidaknya 5,6 miliar dolar AS (sekitar Rp 91,9 triliun) di kawasan Asia-Pasifik pekan ini.handout Ilustrasi data center AI. Permintaan tinggi terhadap aplikasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan cloud computing mendorong transaksi data center senilai setidaknya 5,6 miliar dolar AS (sekitar Rp 91,9 triliun) di kawasan Asia-Pasifik pekan ini.Komentar Huang muncul setelah Nvidia mengumumkan investasi senilai 100 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.654 triliun) untuk mendukung pembangunan data center berbasis chip AI mereka.

Menurut proyeksi McKinsey, belanja modal global untuk data center bisa mencapai 7 triliun dollar AS pada 2030.

Untuk gambaran, satu data center berukuran 250.000 kaki persegi (2,32 hektar) bisa melibatkan hingga 1.500 pekerja konstruksi saat pembangunan. Banyak dari mereka berpenghasilan lebih dari 100.000 dollar AS per tahun tanpa perlu gelar sarjana.

Skalanya pun tak main-main. Satu data center berukuran 2,32 hektar bisa menyerap hingga 1.500 pekerja konstruksi saat proses pembangunan.

Banyak di antara para pekerja berpenghasilan lebih dari 100.000 dollar AS (sekitar Rp 1,65 miliar) setahun, ditambah lembur, tanpa harus punya gelar sarjana.

Setelah beroperasi, data center memang hanya butuh sekitar 50 pekerja penuh waktu untuk perawatan, tapi tiap pekerjaan itu memicu terbentuknya lebih banyak lapangan kerja lain di sekitarnya.

Jensen Huang menilai kondisi ini membuka peluang besar bagi anak muda. Alih-alih hanya membidik pekerjaan kantoran yang rawan tergantikan AI, ia menyarankan generasi muda mempertimbangkan sekolah kejuruan atau jalur keterampilan praktis.

ilustrasi AI menggantikan pekerjaan manusia.canva.com ilustrasi AI menggantikan pekerjaan manusia.Pekerjaan di bidang teknologi tak melulu soal software dan pemrograman. Ada juga sisi fisik dari teknologi, seperti membangun dan merawat infrastruktur AI. Misalnya data center, jaringan listrik, atau sistem pendingin.

"Kalau saya berusia 20 tahun lagi, mungkin saya akan memilih ilmu-ilmu fisik (physical sciences) ketimbang software," kata orang nomor satu di perusahaan bervaluasi 4.567 triliun dollar AS (sekitar Rp 75.653 triliun) ini.

Yang dimaksud ilmu fisik di sini adalah bidang seperti teknik elektro, teknik mesin, fisika terapan, atau keterampilan teknis yang mendukung pembangunan nyata.

Kata bos-bos lainnya

Pandangan Huang ternyata sejalan dengan kekhawatiran para CEO besar lainnya.

CEO BlackRock, Larry Fink, misalnya, sudah menyampaikan ke Gedung Putih bahwa Amerika bisa kehabisan tukang listrik untuk memenuhi kebutuhan data center AI.

"Saya bahkan bilang ke tim Trump, kita bisa kehabisan tukang listrik. Kita memang tidak punya cukup," kata Fink dalam sebuah konferensi terpisah.

CEO Ford, Jim Farley, juga menyoroti hal serupa. Menurutnya, ambisi pemerintah AS untuk memindahkan kembali rantai pasok manufaktur ke dalam negeri (reshoring) tidak akan tercapai jika tidak ada tenaga kerja yang cukup.

"Bagaimana kita bisa membangun semua ini kalau tidak ada orangnya?" ujar Farley.

Kementerian Pendidikan AS pun sudah mulai memperluas program sekolah kejuruan, memberi sinyal bahwa jalur pendidikan vokasi akan semakin penting di masa depan.

Tren bergeser: dari kantor ke lapangan

Ilustrasishutterstock IlustrasiRiset terbaru dari Yale Budget Lab memang menunjukkan belum ada disrupsi besar-besaran di pasar kerja akibat AI dalam 33 bulan sejak peluncuran ChatGPT. Namun, tren jangka panjang tetap mengarah pada perubahan jenis pekerjaan yang dibutuhkan.

Di satu sisi, banyak orang cemas pekerjaan kantoran bisa berkurang akibat otomasi. Namun di sisi lain, pembangunan infrastruktur fisik untuk mendukung AI justru mendorong peluang baru.

Jika prediksi Huang benar, dekade berikutnya bisa jadi masa keemasan pekerja lapangan seperti tukang listrik, tukang kayu, tukang ledeng, dan pekerja konstruksi, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Fortune, Senin (6/10/2025).

Tag:  #hapus #semua #pekerjaan #nvidia #ramal #pekerjaan #akan #sangat #dibutuhkan

KOMENTAR