Ledakan Penjualan Kendaraan Listrik, Indonesia Ikut Tancap Gas Manfaatkan Dominasi Tiongkok
Test drive mobil listrik pada ajang PEVS 2025 yang dihelat di JiExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. (Istimewa)
17:16
18 Juni 2025

Ledakan Penjualan Kendaraan Listrik, Indonesia Ikut Tancap Gas Manfaatkan Dominasi Tiongkok

Giias

 

- Pasar kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) dunia tengah mengalami percepatan luar biasa, dan Indonesia tidak mau tertinggal. Mengacu pada laporan Electric Vehicle Sales Review Q1 – 2025 dari PwC, tren kendaraan listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) secara global disebut menunjukkan pertumbuhan paling agresif sepanjang sejarah untuk kuartal pertama dengan lonjakan global sebesar 42 persen dibanding tahun lalu. 

 

Pangsa pasarnya kini mencapai 16 persen secara global, tertinggi sepanjang masa. Tak bisa dimungkiri, Tiongkok masih menjadi raja dalam arena kendaraan listrik. 

Negeri Tirai Bambu ini menyumbang lebih dari 60 persen penjualan BEV dunia dan mencatat pertumbuhan 55 persen secara tahunan. Dengan dukungan stimulus besar-besaran dari pemerintah, penetrasi BEV di Tiongkok mencapai 27 persen hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Namun, geliat kendaraan listrik juga mulai terasa kuat di Indonesia. Total penjualan kendaraan elektrifikasi, termasuk BEV, plug-in hybrid (PHEV), dan hybrid, melonjak 43,4 persen pada kuartal pertama 2025. 

Dari Januari hingga Maret, tercatat 27.616 unit kendaraan listrik terjual, naik signifikan dibandingkan 19.260 unit pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan paling mencolok terjadi pada segmen BEV yang tumbuh fantastis hingga 152,5 persen. PHEV pun mencatat lonjakan 44,8 persen.

Pertumbuhan pesat ini tentu tak lepas dari berbagai insentif yang digelontorkan pemerintah. Sepanjang tahun 2025, pemerintah Indonesia membebaskan 100 persen pajak penjualan barang mewah (PPnBM) untuk impor dan penjualan kendaraan listrik. 

Ditambah lagi, ada perpanjangan pembebasan PPN serta dorongan besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat industri EV, dengan memanfaatkan posisi strategis sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, bahan baku utama baterai EV.

Langkah ambisius pun sudah dirancang Indonesia menargetkan menjadi produsen baterai EV terbesar ketiga di dunia pada 2027, serta memproduksi 600.000 unit EV secara lokal pada 2030. Pemerintah juga menargetkan 2 juta unit BEV mengaspal di jalan-jalan Indonesia pada tahun tersebut.

Namun di balik euforia sektor EV, pasar otomotif secara keseluruhan di Indonesia tengah menghadapi tekanan. Kenaikan PPN dari 11 persen menjadi 12 persen pada awal tahun ini membuat harga mobil merangkak naik. 

Hal ini diperparah oleh suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi, yang membuat konsumen cenderung menahan pembelian.

“Meski pasar kendaraan ringan secara umum menurun, segmen kendaraan listrik tetap menyimpan peluang besar,” ujar Lukmanul Arsyad, Industry and Services Leader & Partner di PwC Indonesia melalui laporannya.

Ia menyebut bahwa investasi asing langsung, insentif pajak, dan pengembangan infrastruktur pengisian daya menjadi motor utama pertumbuhan EV di Tanah Air.

Menurutnya, pangsa kendaraan listrik dari total penjualan mobil penumpang Indonesia telah meningkat dari 9 persen di 2023 menjadi 15 persen di 2024, dan diperkirakan akan menyentuh angka 29 persen pada tahun 2030.

Dengan kombinasi antara insentif, investasi, dan kesadaran lingkungan yang terus tumbuh, Indonesia kini tengah bersiap menjadi pemain kunci dalam peta kendaraan listrik global. (*)

Editor: Dinarsa Kurniawan

Tag:  #ledakan #penjualan #kendaraan #listrik #indonesia #ikut #tancap #manfaatkan #dominasi #tiongkok

KOMENTAR