



Elon Musk Menyesal, Akui Kelewatan Kritik Trump di Medsos
- Hubungan antara CEO Tesla Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang tidak baik-baik saja. Keduanya saling serang di media sosial. Bahkan, Trump mengaku tidak mau berbaikan dengan Elon Musk.
Setelah beberapa hari memanas, perselisihan itu tampak mereda. Elon Musk, mengakui menyesal telah melontarkan kritik dan unggahan kontroversial tentang Presiden Amerika Serikat Donald Trump di media sosial.
Pernyataan ini disampaikan Musk di platform X Twitter pada Rabu (11/6/2025) waktu AS.
“Saya menyesal atas beberapa unggahan saya tentang Presiden @realDonaldTrump minggu lalu. Unggahan itu terlalu berlebihan,” tulis Musk melalui akun X pribadinya, tanpa merinci spesifik pernyataan mana yang ia maksud.
I regret some of my posts about President @realDonaldTrump last week. They went too far.
— Elon Musk (@elonmusk) June 11, 2025
Twit penyesalan Musk ini telah dilihat lebih dari 80 juta kali, disukai 707.000 kali, dan di-retweet 106.000 kali.
Tak hanya itu, twit tersebut juga mengundang 119.000 komentar. Beberapa di antaranya memuji Musk bersifat laki alias gentleman karena mau minta maaf secara terbuka.
Beberapa komentar terlihat mendukung Musk karena kritik yang dilontarkannya seputar rancangan undang-undang pajak dan belanja negara bertajuk One Big Beautiful Bill Act.
Ada juga pengguna X yang mempertanyakan, "apakah penyesalan Musk ini datang setelah ada yang mengancamnya?".
Mengingat salah satu unggahan Elon Musk sempat menyebut Presiden Trump terlibat skandal seksual Jeffrey Epstein dalam cuitannya di X.
Kronologi retaknya hubungan Musk-Trump
CEO Tesla Elon Musk menerima kunci dari Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval Gedung Putih pada 30 Mei 2025 di Washington, DC. Musk, yang menjabat sebagai penasihat Trump dan memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah, mengumumkan bahwa ia akan meninggalkan perannya dalam pemerintahan Trump untuk kembali fokus pada bisnisnya.Hubungan antara Elon Musk dan Trump retak akibat perbedaan pandangan terkait rancangan undang-undang pajak dan belanja negara bertajuk "One Big Beautiful Bill Act".
RUU itu diusung Trump dan Partai Republik sebagai bagian dari reformasi fiskal ambisius di periode kedua pemerintahannya.
Musk secara terbuka menentang RUU tersebut, baik dalam wawancara televisi maupun di media sosial. Dalam wawancaranya dengan CBS, Musk menyebut kebijakan itu "merusak kerja Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE)", lembaga baru yang ia pimpin di era pemerintahan Trump.
Ia juga mengklaim bahwa RUU itu akan secara signifikan memperbesar defisit anggaran Amerika Serikat.
Trump merespons dengan keras. Melalui Truth Social, ia memperingatkan akan ada konsekuensi bagi Musk jika sang miliarder mendukung kandidat dari Partai Demokrat yang menentang RUU tersebut.
Trump juga menyinggung kemungkinan pemutusan kerja sama pemerintah dengan perusahaan-perusahaan milik Musk seperti Tesla dan SpaceX.
Di tengah memanasnya konflik, Musk sempat mengancam akan menonaktifkan misi antariksa "Dragon" milik SpaceX, yang saat ini merupakan satu-satunya kendaraan AS untuk membawa astronaut ke dan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Namun, pernyataan itu segera ia tarik kembali.
Trump merespons dengan menyebut bakal mempertimbangkan untuk mencabut kontrak dan subsidi pemerintah yang selama ini diberikan ke perusahaan-perusahaan Musk.
Ketegangan juga menimbulkan spekulasi bahwa kerja sama terkait proyek internet satelit Starlink di lingkup pemerintahan akan dibatalkan.
Meski begitu, pada Senin lalu, Trump menyatakan masih akan mempertahankan layanan Starlink di Gedung Putih.
Pada akhir pekan, Musk tampak mulai meredam ketegangan dengan menghapus beberapa unggahan yang paling kontroversial. Salah satunya adalah unggahan di mana Musk menyebut Trump disebut-sebut dalam “file” milik Jeffrey Epstein, pelaku kejahatan seksual yang telah meninggal dunia.
Gedung Putih sendiri sudah membantah bahwa nama Trump ada di file tersebut.
Musk juga menghapus balasannya terhadap seorang pengguna X yang menyerukan pemakzulan Trump dan penggantian posisi presiden oleh Wakil Presiden JD Vance. Musk sebelumnya sempat membalas dengan kata “yes/ya”.
Konflik antara Elon Musk dan Donald Trump ini menandai akhir dari hubungan erat keduanya yang telah terjalin sejak masa kampanye pemilu 2024.
Di awal masa jabatan Trump yang kedua, Musk bahkan diberi posisi penting untuk memimpin DOGE dan didukung penuh dalam berbagai inisiatif teknologi.
Namun kini, perseteruan yang dimulai dari perbedaan pandangan soal kebijakan anggaran berubah menjadi perang terbuka di media sosial. Meski Musk telah menyatakan penyesalan, belum jelas apakah hubungan keduanya bisa pulih seperti sediakala.
Trump sendiri menegaskan dalam wawancara dengan NBC News terpisah, bahwa hubungannya dengan Musk telah berakhir dan ia tak berminat memperbaikinya, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNBC, Kamis (12/6/2025).
Tag: #elon #musk #menyesal #akui #kelewatan #kritik #trump #medsos