



Pro Kontra WorldID Rekam Retina Mata Warga Indonesia dengan Beri Imbalan Uang
- World Coin, World App atau WorldID yang belakangan banyak melakukan kegiatan perekaman retina mata masyarakat dengan iming-iming imbalan uang menuai pro dan kontra. Sebabnya adalah World Coin ini merekam retina atau iris mata masyarakat yang merupakan data biometrik penting, unik dan tidak dimiliki setiap orang.
Di beberapa kantor perwakilan yang banyak berdiri di Jabotabek, dan kini sudah diblokir oleh pemerintah dalam hal ini Komdigi, World App melalui World Coin melakukan kegiatan perekaman data biometrik iris mata warga. Mereka diberi imbalan uang, dalam bentuk aset digital.
Warga yang tergoda dengan uang instan langsung saja berbondong-bondong menyerbu kantor perwakilan World App. Dengan gimmick gamifikasi dan tantangan membedakan manusia dan AI, retina mata masyarakat direkam dengan alat serupa teropong yang langsung memindai mata.
Menanggapi hal tersebut, beberapa pakar di bidang siber telah memperingatkan. Bahaya memberikan akses rekam biometrik berupa retina mata berpotensi mengancam di kemudian hari karena di masa depan, nantinya identitas pribadi akan berubah ke bentuk yang lain, dalam hal ini data biometrik seperti retina mata dan sidik jari.
Pakar Keamanan Siber Alfons Tanujaya berpendapat bahwa hadirnya World App yang merekam retina mata masyarakat sebetulnya punya potensi untuk membantu memecahkan beberapa masalah di Indonesia. Salah satunya adalah identitas kependudukan, dengan catatan, pengelolaan datanya dapat dilakukan dengan sangat transparan.
"Kalau pengelolaan datanya transparan dan diaudit oleh lembaga independen dan memenuhi standar kaidah keamanan, harus diberi kesempatan. Mengapa? Karena dengan identifikasi yg diberikan oleh WorldID itu akan sangat membantu memecahkan beberapa masalah di Indonesia," jelas Alfons dihubungi JawaPos.com.
Alfons memberi contoh, seperti kegiatan war tiket, selama ini kalau ada war tiket seperti misalnya pertandingan sepak bola atau konser, yang menang adalah yang memiliki koneksi kencang dan menggunakan banyak bot yang akan mendapatkan banyak tiket.
Nah, dengan sistem WorldID, ini bot dikatakan tidak akan bisa menjalankan aksinya karena akan terdeteksi dan dihentikan sebelum beraksi. Demikian pula sistem WorldID ini bisa membantu menghadapi masalah akun bot buzzer yg banyak disalahgunakan untuk kepentingan negatif.
"Akun-akun bot akan bisa dicegah melakukan posting atau memberikan kesan seakan-akan semua bot itu mewakili banyak individu pemilik akun padahal itu adalah bot yg dikendalikan oleh beberapa orang saja," terang Alfons.
Bahkan jika diimplementasikan dgn baik, sistem WorldID ini bisa membantu mencegah penyalahgunaan identitas dimana satu individu akan terdeteksi jika membuat KTP, SIM atau paspor lebih dari satu kali karena meskipun orangnya bisa ganti nama dan identitasnya, tetapi biometriknya akan tetap sama dan terdeteksi oleh sistem.
Soal data bocor bagaimana? Jalau dikelola dengan baik dan di enkripsi dengan baik,alu di audit oleh institusi terpercaya, harusnya isu-isu kebocoran dan potensi pencurian data dari rekam data biometrik oleh World App bisa diantisipasi
Lalu soal data pribadi yg dikelola oleh negara lain. Sebenarnya sudah banyak data pribadi orang Indonesia yang dikelola asing. Seperti misalnya data Google Maps, Waze dan banyak lagi.
"Itu kan juga berbahaya kalau bocor dan disalahgunakan. Tapi kita tenang saja, karena apa? Karena manfaatnya besar dan dikelola oleh perusahaan yang cukup bertanggung jawab. Apakah ada resiko bocor? Ya ada. Apakah ada resiko dieksploitasi? Ya ada," tegas Alfons.
Alfons meminta WorldID untuk diberikan kesempatan. Atau, pemerintah bisa bekerja sama dengan WorldID dan meminta mereka patuh dengan aturan setempat, misalnya minta data biometrik orang Indonesia disimpan di Indonesia dan bisa diawasi.
"Jadi justru Indonesia bisa dapat teknologi yg baik dan data masyarakat tetap aman," tandas Alfons.
Tag: #kontra #worldid #rekam #retina #mata #warga #indonesia #dengan #beri #imbalan #uang