



Faktor Ekonomi Jadi Penghambat Pendidikan, Pentingnya Rencana Keuangan
– Masalah ekonomi masih menjadi salah satu tantangan terbesar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Banyak anak yang terpaksa berhenti sekolah bukan karena kemauan sendiri, melainkan karena kondisi finansial keluarga yang tidak memungkinkan.
Perencana Keuangan Profesional Rista Zwestika Reni CFP®, WMI, WPS mengungkapkan bahwa dari tahun 2020 hingga awal 2023, fenomena anak putus sekolah banyak terjadi di wilayah Jawa Barat.
“Anak-anak ini bukan hanya berhenti sekolah, tapi juga diarahkan untuk menikah muda, bekerja, atau mulai usaha. Itu semua karena tekanan ekonomi,” ujarnya dalam talkshow bertajuk “Cara Cerdas Kelola Keuangan: Persiapkan Anak Kembali ke Sekolah” yang digelar di IKEA Jakarta Garden City, Kamis (19/6/2025).
Data dari Badan Pusat Statistik dan Survei Nasional Anak dan Perempuan 2022 memperkuat pernyataan tersebut. Sekitar 76 persen keluarga di Indonesia menyebutkan alasan ekonomi sebagai penyebab utama anak tidak melanjutkan pendidikan.
Selain itu, Laporan Statistik Pendidikan 2023 juga mencatat bahwa kelompok usia 16–18 tahun memiliki angka putus sekolah tertinggi, terutama karena harus membantu ekonomi keluarga.
“Banyak orangtua merasa tak punya pilihan selain menyuruh anak bekerja atau menikah dini untuk meringankan beban rumah tangga,” jelas Rista.
Sayangnya, keputusan ini sering kali berdampak jangka panjang pada masa depan anak dan memicu konflik dalam rumah tangga. Ketika beban ekonomi meningkat, pertengkaran antara pasangan pun ikut naik, dan anak-anak sering kali menjadi korban keputusan yang bukan berasal dari keinginan mereka.
Mahalnya biaya pendidikan
Salah satu akar persoalan yang ikut memperparah kondisi ini adalah kenaikan biaya pendidikan yang terus terjadi dari tahun ke tahun. Tidak semua orangtua siap dengan biaya masuk sekolah, seragam, buku, hingga kegiatan ekstrakurikuler.
Rista mencatat, sekitar 31 persen anak putus sekolah karena keluarga tidak mampu membiayai kebutuhan pendidikan mereka.
Lebih jauh, ada sekitar 26,9 persen anak memilih keluar dari sekolah karena ingin seperti influencer yang mereka lihat di media sosial yang bisa hidup mewah meski tanpa gelar pendidikan. Sekolah pun tidak lagi dianggap relevan.
“Mereka ingin seperti orang-orang di media sosial, alhasil menganggap sekolah enggak perlu dan punya ilmu juga enggak perlu, yang penting bisa beli mobil mewah,” kata Rista.
Untuk mencegah kondisi ini terus berulang, Rista mendorong orangtua agar lebih bijak dan aktif dalam merencanakan dana pendidikan sejak dini.
Rista menekankan pentingnya orangtua menyusun rencana keuangan pendidikan sejak dini. Dengan persiapan yang matang, anak-anak tidak perlu mengorbankan hak belajarnya hanya karena masalah ekonomi.
“Pendidikan bukan sekadar biaya, tapi investasi masa depan anak. Dan itu butuh perencanaan, bukan keputusan mendadak,” pungkasnya.
Tag: #faktor #ekonomi #jadi #penghambat #pendidikan #pentingnya #rencana #keuangan