



Viral Warga Pulau Enggano Menjerit: Terisolasi 4 Bulan, Panen Membusuk, Orang Sakit Tak Bisa Keluar
- Sebuah pesan dari Pulau Enggano dibagikan oleh jurnalis @harry_siswoyo viral di media sosial (medsos) setelah diunggah ulang oleh aktivis lingkungan dan sutradara dokumenter Dandhy Laksono lewat akun Instagram-nya @dandhy_laksono.
Pesan itu menggambarkan kondisi mengenaskan ribuan warga Enggano, sebuah pulau terpencil di Samudera Hindia, yang sudah empat bulan terakhir terisolasi total karena tidak ada kapal besar yang bisa merapat.
“Sejak Maret 2025, transportasi laut menuju Pulau Enggano terhenti akibat dangkalnya alur Pelabuhan Pulau Baai, Kota Bengkulu," tulis Harry dalam laporannya.
Pulau yang dihuni oleh sekitar 4.000 jiwa itu kini seolah-olah terputus dari Indonesia. Tidak ada akses kapal penumpang, tidak ada kapal barang.
Orang sakit tak bisa berobat ke kota. Sembako makin langka. Ekonomi lokal perlahan mati suri. Yang paling menyayat hati, hasil bumi, seperti pisang, kakao, pinang, jengkol, kelapa, hingga ikan menumpuk tanpa bisa dipasarkan dan akhirnya membusuk.
“Orang-orang terkurung. Warga yang kritis terpaksa bertahan. Sejumlah warga Enggano sudah mendesak agar ada kapal alternatif untuk mereka. Namun tak pernah diwujudkan,” lanjutnya.
Menurut warga, pemerintah Provinsi Bengkulu berdalih tengah menunggu proses pengerukan alur pelabuhan rampung. Namun, warga menilai solusi darurat seharusnya bisa diambil.
Banyak kapal alternatif sebetulnya bisa dikerahkan untuk sekadar menyambung nyawa logistik dan distribusi hasil bumi mereka.
Ironisnya, hingga awal Juni 2025, baru satu kapal ferry, Kapal Pulo Tello, yang berhasil menjangkau pulau itu. Namun karena kondisi pelabuhan masih belum normal, kapal hanya bisa berhenti di tengah laut. Penumpang terpaksa dipindahkan satu per satu menggunakan kapal Basarnas.
“Sejauh ini, proses antar jemput penumpang sudah mencukupi meski dengan skema turun di tengah. Namun, yang memprihatinkan, belum ada kapal yang bisa membawa hasil bumi milik masyarakat adat Enggano,” ungkap Harry.
Tak ada kebijakan darurat dari pemerintah untuk mengevakuasi atau menyalurkan logistik hasil bumi. Warga yang masih memiliki koneksi ke pengepul di kota pun harus membayar mahal hingga Rp 20 juta untuk menyewa kapal nelayan agar bisa membawa hasil panen mereka keluar dari pulau.
“Sayangnya, banyak warga yang tak punya akses dan uang sebesar itu, terpaksa membiarkan hasil panen mereka membusuk di kebun,” tulis Harry, menutup laporannya dengan kalimat getir.
Kisah ini menyulut gelombang simpati dan kemarahan warganet. Banyak yang mempertanyakan kehadiran negara di pulau-pulau terluar yang kerap terlupakan. Di tengah gegap gempita proyek strategis nasional, suara dari Enggano menjadi pengingat bahwa keadilan pembangunan belum benar-benar merata.
Bahkan dalam unggahan yang dibagikan oleh Dandhy Laksono, terlihat warga membuang hasil panen mereka ke laut. Pisang yang banyak jumlahnya, hasil panen masyarakat, dibuang ke laut karena membusuk.
#SaveEnggano kini mulai menggema di media sosial, sebagai seruan agar pemerintah segera bertindak sebelum Enggano benar-benar lumpuh.
Tag: #viral #warga #pulau #enggano #menjerit #terisolasi #bulan #panen #membusuk #orang #sakit #bisa #keluar