



Menjaga Tradisi Kupatan yang Mulai Hilang
–Lagu tradisi warga Tubanan Indah 05, Tandes, dinyanyikan bersahutan. Lagu Suro Wak Iyo Pager Jaro itu penanda awal dimulainya tradisi kupatan.
Acara itu hingga kini terus dijaga, meskipun yang melakukannya hanya beberapa orang. Budayawan Tandes Mustofa Sam menuturkan, ada pantun di sela nyanyian lagu lokal tersebut. Tujuannya agar acara lebih semarak.
"Setelah selesai, acara dilanjutkan dengan pembagian ketupat, lepet, dan sayuran kepada warga yang datang. Kupat dimakan bersama-sama," ucap Mustofa Sam.
Tak hanya itu, upacara kupatan juga dilanjutkan dengan udik-udikan atau membangi uang koin. Koin itu diperebutkan agar mendapat berkah. Jadi, mulai dari anak-anak sampai dewasa ikut berebut.
Founder Kampoeng Dolanan itu mengatakan, acara kupatan aslinya digelar sepekan setelah Lebaran. Tapi karena kemarin beberapa pertimbangan acara itu digelar kemarin. Warga sekitar dan tokoh masyarakat mengundang warga untuk berkumpul.
Menurut dia, acara kupatan tidak seperti dulu. Sekarang tidak banyak warga yang membuat ketupat. Sehingga adat tersebut semakin lama bisa hilang. Karena itu, kupatan menjadi tradisi yang langka sekarang.
"Makanya semua generasi diundang agar bisa melestarikan," ucap Mustofa Sam.