Citra Polri Terpuruk, Kompolnas Minta Perbaikan Cepat dan Tepat
Komisioner Kompolnas Muhammad Choirul Anam di Gedung Promoter Polda Metro Jaya, Jumat (10/1/2024).(KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI)
14:46
26 Januari 2025

Citra Polri Terpuruk, Kompolnas Minta Perbaikan Cepat dan Tepat

– Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Choirul Anam, menekankan pentingnya responsivitas dan pendekatan humanis dalam kepolisian untuk memperbaiki citra positif di mata masyarakat.

Pernyataan ini disampaikan menyusul hasil survei Litbang Kompas yang menunjukkan perlunya peningkatan citra institusi kepolisian di kalangan publik.

“Survei Litbang Kompas memberikan masukan yang sangat konstruktif. Kepolisian harus menyikapi hal ini agar kinerja mereka semakin baik dan penerimaan masyarakat meningkat,” kata Anam, Minggu (26/1/2025).

Menurut Anam, responsivitas merupakan faktor utama yang menentukan bagaimana masyarakat menilai kinerja kepolisian.

“Polisi harus cepat bertindak, misalnya saat menerima laporan tindak kejahatan, ancaman, atau potensi bahaya lainnya,” ujar Anam.

“Kecepatan ini yang membuat masyarakat menilai apakah polisi bekerja dengan baik atau tidak,” tambahnya.

Anam mengibaratkan responsivitas polisi dengan unit gawat darurat (IGD) dalam dunia medis.

“Jika tidak segera ditangani, akibatnya bisa fatal. Hal yang sama berlaku pada polisi, ada banyak situasi darurat yang memerlukan tindakan cepat,” ujar Anam.

Ia menekankan pentingnya langkah pertama yang cepat dan tepat dari polisi, termasuk memberikan informasi kepada pelapor terkait tindak lanjut pengaduannya.

“Meski mekanisme responsif sudah diterapkan, hal ini masih belum merata di semua tingkatan,” kata Anam.

Pendekatan humanis juga disorot

Selain responsivitas, pendekatan humanis juga menjadi sorotan. Anam menilai polisi harus menjalankan kewenangannya secara manusiawi, mengingat polisi memiliki hak untuk menggunakan kekuatan, yang sering kali dikritik oleh publik.

Anam mencontohkan, dalam menangani kasus tawuran antarpemuda atau antarkampung, polisi perlu pendekatan komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah daerah atau dinas pendidikan.

“Polisi bisa menghentikan tawuran, tapi untuk menyelesaikan akar masalahnya, dibutuhkan kerjasama lintas sektor,” jelasnya.

Anam juga menekankan bahwa pendekatan humanis yang tepat dapat mengurangi tingkat kekerasan yang dilakukan oleh kepolisian, sehingga berdampak positif pada citra institusi.

Fenomena “no viral no justice” atau penegakan hukum yang hanya dilakukan setelah kasus viral, menurut Anam, dapat diminimalkan jika pelayanan kepolisian sudah responsif dan transparan.

“Profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas adalah kunci. Jika ini sudah terbangun, masyarakat tidak akan lagi bergantung pada viralitas untuk mendapatkan keadilan,” tegasnya.

Namun, Anam mengingatkan agar kepolisian tetap menjaga profesionalisme dalam menangani kasus, terutama ketika ada kendala seperti kurangnya bukti.

“Jangan sampai ada paksaan untuk menyelesaikan kasus hanya karena tekanan publik, karena itu bisa berujung pada kriminalisasi,” tambahnya.

Anam juga menekankan pentingnya penindakan cepat, profesional, dan transparan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota kepolisian.

“Jika ada pelanggaran, tindak secara terbuka. Jika perlu, minta maaf kepada publik. Ini bagian dari membangun kepercayaan masyarakat,” ujarnya.

Kompolnas mengapresiasi upaya kepolisian dalam meningkatkan profesionalitas, akuntabilitas, dan transparansi, namun menegaskan masih ada ruang untuk perbaikan.

“Ketika semua ini diterapkan secara maksimal, citra kepolisian di mata masyarakat pasti akan meningkat,” tegas Anam.

Editor: Kiki Safitri

Tag:  #citra #polri #terpuruk #kompolnas #minta #perbaikan #cepat #tepat

KOMENTAR