Pesisir Jawa Dihantui Banjir Rob, Lahan Warga Sudah Lama Terkikis Jadi Perairan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi peringatan ancaman terjadinya banjir pesisir (rob) yang akan melanda wilayah pesisir hingga akhir Januari 2025. BMKG memprediksi air laut akan menggenangi sejumlah kawasan pesisir di Pulau Jawa.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Isnawa Adji mengingatkan warga untuk waspada dengan adanya ancaman banjir rob.
"Wilayah pesisir utara DKI Jakarta diimbau agar dapat mengantisipasi dampak pasang maksimum air laut yang berpotensi terjadinya banjir pesisir," ujar Isnawa kepada wartawan, Minggu (26/1/2025).
Tak hanya Jakarta, potensi banjir rob juga mengancam wilayah pesisir pantai utara (pantura) Kabupaten Tangerang hingga akhir Januari 2025.
"Menurut prediksi BMKG, masih wilayah pesisir utara yang rawan terhadap banjir di musim penghujan 2025 ini," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang.
Ketua RT 06 Kejaron 11, Desa Kohod, Rudianto (35) mengaku kini semakin was-was dengan adanya ancaman banjir rob setiap tahun. Dulu, dekat rumahnya ada empang yang menjadi batas antara lahan dengan lautan.
"Kalau empang sih memang dulu batasnya, kalau nggak salah, itu yang ada patokannya yang paling tengah (laut) tuh. Itu empang," kata Rudianto.
Ia menjelaskan, sejak tahun 2000-an, air laut mulai merangsek lebih jauh ke daratan, bahkan mengancam keberadaan empang yang dulunya menjadi tumpuan hidup sebagian warga.
Daratan pinggir laut kini disebutnya telah berubah menjadi air laut sepenuhnya. Hampir 1 kilometer yang dahulu daratan, kini telah menjadi perairan.
"Air sudah mulai ke sini, karena abrasi dekat empang itu," tambah Rudianto.
Perubahan ini pun membuat sebagian besar warga yang memiliki empang memilih untuk tidak lagi merawatnya, karena usaha itu sia-sia jika nantinya harus digusur oleh air laut yang terus bergerak maju.
Abrasi di pesisir Tangerang ternyata sudah lama terjadi. Pemerintah Kabupaten Tangerang mencatat sejak 1995-2015, lebih kurang 579 hektare lahan alias tanah daratan hilang akibat abrasi. Banyak faktor yang mengakibatkan abrasi, di antaranya pembukaan lahan hutan mangrove untuk dijadikan tambak.
Padahal, katanya, di era 80-90an salah satu desa di pesisir Kabupaten Tangerang yakni Desa Marga Mulya terdapat lahan pertanian semangka.
"Buahnya manis, berkualitas dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun akibat abrasi, lahan tersebut kini sudah hilang tertutup air," pungkasnya.
Tag: #pesisir #jawa #dihantui #banjir #lahan #warga #sudah #lama #terkikis #jadi #perairan