Emir Moeis Menilai Belum Ada Sosok yang Mampu Menggantikan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP
Sebab, dia menilai saat ini belum ada sosok yang mampu menggantikan Megawati sebagai nakhoda kapal besar partai berlambang banteng moncong putih itu.
Termasuk, Hasto Kristiyanto yang dinilai masih pantas menjadi Sekjen PDIP di tengah tantangan bangsa saat ini.
"Kalau yang mau gantikan ya harus sanggup seperti Bu Mega, dan sementara saya lihat masih bisa Bu Mega," kata Emir usai menghadiri peringatan HUT ke-52 Partai di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1/2025) malam.
Emir juga menilai Megawati meskipun tidak lagi menjabat sebagai Presiden ke-5 RI, masih berperan besar dalam menjaga keutuhan NKRI.
Bahkan, Megawati, kata dia, tetap menjaga demokrasi tetap tegak berdiri saat ini.
"Enggak menikmati hiruk pikuk bunga-bunga reformasi dan sebagainya. Tapi justru kita yang menjaga," terangnya.
Sementara, Emir mengatakan Hasto sebagai jangkar kapal yang dinakhodai oleh Megawati.
Dia berpandangan jika Hasto berperan penting agar kapal besar NKRI tidak terombang-ambing oleh pengaruh buruk seperti kapitalisme, neoliberalisme, maupun komunisme.
"Karena bagaimanapun Pak Hasto itu pendamping Ibu, bagaikan jangkar. Ibu itu nakhoda, bukan hanya jangkar partai, tapi NKRI, supaya kapal tidak oleng," kata mantan anggota DPR RI ini.
Meski begitu, saat ini Hasto tersandung perkara hukum dalam sebuah kasus yang melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dia pun menyakini bahwa Hasto pantas sebagai Sekjen partai.
Emir lantas membandingkannya dengan Nelson Mandela yang tetap memimpin Afrika Selatan dari dalam penjara saat dituduh melakukan sabotase dan bersekongkol menggulingkan pemerintahan.
"Pak Hasto tetap harus jadi Sekjen. Kalau kita dalam keadaan terpuruk, misalnya dia ditahan, dia tetap bisa jadi Sekjen. Nelson Mandela aja dari penjara bisa mimpin Republik Afrika Selatan, kenapa kita enggak bisa?" tegas dia.
Sebagai informasi, dalam pidato politik selama lebih dari tiga jam pada acara HUT ke-52 PDIP, Megawati mengulas sejarah politik tiga zaman.
Saat para pendiri negara seperti Hatta, Sjahrir dan Agus Salim serta ayahnya Soekarno atau Bung Karno berupaya memerdekakan dan membentuk Indonesia menjadi negara berkepribadian kuat.
Lalu, Bung Karno harus menerima nasib diasingkan di era Orde Baru.
Kemudian, di era Megawati, dirinya membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menegakkan hukum di republik ini.
Tag: #emir #moeis #menilai #belum #sosok #yang #mampu #menggantikan #megawati #sebagai #ketua #umum #pdip