Di Sidang MK, Mahfud Tak Ingin Muncul Persepsi Pemilu Hanya Bisa Dimenangkan Penguasa
Calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD pada sidang perdana perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi. (DERY RIDWANSAH/ JAWAPOS.COM)
19:16
27 Maret 2024

Di Sidang MK, Mahfud Tak Ingin Muncul Persepsi Pemilu Hanya Bisa Dimenangkan Penguasa

  - Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 3 Mahfud MD meminta Mahkamah Konstitusi (MK) dapat mengambil putusan yang bisa menyelamatkan masa depan demokrasi dan hukum Indonesia. Ia tak menginginkan, muncul persepsi pemilu hanya bisa dimenangkan oleh pihak penguasa.   “Kami berharap, MK mengambil langkah penting untuk menyelamatkan masa depan demokrasi dan hukum di Indonesia. Jangan sampai timbul persepsi bahkan kebiasaan bahwa pemilu hanya bisa dimenangkan oleh yang punya kekuasaan atau yang dekat dengan pemegang kekuasaan dan punya uang berlimpah,” kata Mahfud saat menyampaikan pendapat dalam sidang pendahuluan sengketa hasil Pilpres 2024 di ruang sidang MK, Jakarta, Rabu (27/3).   Mantan Ketua MK itu memahami bahwa sidang sengketa Pilpres memang berat untuk dijalani. Terlebih, bagi seluruh hakim yang menangani.   “Pastilah selalu ada yang datang kepada para hakim yang mendorong agar permohonan ini ditolak dan ada pula yang datang yang meminta agar MK mengabulkannya,” ucap Mahfud.   Mahfud memahami bahwa hakim konstitusi akan mengalami perang batin antara mengabulkan permohonan atau menolak sengketa Pilpres. Namun, ia berharap majelis hakim bisa bekerja secara independen, penuh martabat, dan penuh penghormatan.   Lebih lanjut, Mahfud mengingatkan MK tidak serta merta membiarkan segala bentuk kecurangan yang terjadi, yang mengakibatkan demokrasi Indonesia mengalami kemunduran.   “Bagi kami yang penting bukan siapa menang atau kalah melainkan edukasi kepada bangsa ini untuk menyelamatkan masa depan Indonesia,” pungkasnya.

 

Editor: Dimas Ryandi

Tag:  #sidang #mahfud #ingin #muncul #persepsi #pemilu #hanya #bisa #dimenangkan #penguasa

KOMENTAR